Fimela.com, Jakarta Aktris Happy Salma melalui Titimangsa foundation menunjukan konsistensinya menghadirkan pagelaran seni budaya Indonesia lewat pertunjukan teater. Yang akan segera hadir, Happy Salma bekerjasama dengan aktor Nicholas Saputra akan menghadirkan pertunjukan bertajuk Sudamala: Dari Epilog Calonarang yang terinspirasi dari pentas tradisi Bali yang berakar dari sastra.
Berlangsung pada 10 dan 11 September 2022 di Gedung Arsip Nasional RI, Jakarta Barat, Pementasan Sudamala: Dari Epilog Calonarang merupakan karya kolaborasi antara 80 orang seniman dan maestro Bali dan juga beberapa kota lainnya. Menurut Happy Salma, pertunjukan tersebut akan menjadi pertunjukan terbesar yang pernah ia buat bersama Titimangsa Foundation.
"Ini pertama kali kami membawa seni tradisi ke kota besar. Kami membawa sekitar 90 seniman lintas disiplin dari Bali ke Jakarta," ungkap Happy Salma saat konferensi pers di Oppo Gallery, Gandaria City, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Advertisement
Advertisement
Soal Durasi
Tak hanya dari banyaknya seniman yang terlibat, Happy Salma juga menyebut jika pertunjukan Sudamala: Dari Epilog Calonarang juga menjadi tantangan tersendiri karena berakar dari budaya turun temurun yang sudah berlangsung selama ratusan tahun di Bali. Maka dari itu, guna mengakomodir pementasan tersebut ke Jakarta, durasinya pun akan diperpendek dan hanya berlangsung sekitar 2 jam pertunjukan.
"Durasinya bukan 6 sampai 8 jam, kita saring menjadi 2 jam," tegas Happy.
"Salah satunya kita melakukan riset antara akademisi dan pelaku, di sini benang merahnya tentang pembersihan. Jadi intisarinya kita selalu merefleksikan diri karena di sini bercerita tentang sesuatu yang ada di dunia, benar dan salah, hitam dan putih, dan sebagainya," paparnya.
Inti Cerita
Sudamala: Dari Epilog Calonarang sendiri akan menceritakan tentang kisah Walu Nateng Dirah, seorang perempuan yang memiliki kekuatan dan ilmu yang luar biasa besar serta ditakuti banyak orang termasuk raja yang berkuasa saat itu, Airlangga. Hal ini pula yang menyebabkan tak banyak pemuda yang berani mendekati putri semata wayangnya, Ratna Manggali.
Walu Nateng Dirah merasa kecewa dan mengekspresikan kepedihannya dengan menebar berbagai wabah. Luka hatinya itu akhirnya sementara terobati, setelah Ratna Manggali menikah dengan Mpu Bahula.
Kehidupan pernikahan ini ternyata dicederai Mpu Bahula. Ia yang ternyata adalah utusan pendeta kepercayaan Raja Airlangga untuk mengambil pustaka sakti milik Walu Nateng Dirah yang akhirnya jatuh ke tangan Mpu Bharada. Walu Nateng Dirah kecewa dan murka, kemurkaanya lalu menimbulkan wabah yang menyengsarakan banyak orang.
Setelah Mpu Bharada mengenali ilmu yang dimiliki Walu Nateng Dirah, Ia lantas menantang Walu Nateng Dirah untuk beradu ilmu, agar dapat menuntaskan bencana dan wabah yang melanda.