Sukses

Entertainment

Festival Bedhayan 2024 Kembali Digelar, Dibuka dengan Diluncurkan Lima Komposisi Piano Jaya Suprana

Fimela.com, Jakarta Dikenal sebagai pendiri Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI), Jaya Suprana juga merupakan seorang pebisnis, budayawan, komponis, pianis, dan juga penulis. Karya-karyanya banyak yang menjadi inspirasi lahirnya karya lain.

Termasuk 'Buku Cipta Bedhayan Terhadap Karya Musik Jaya Suprana' yang terinspirasi dari lima karya komposisi piano Jaya Suprana. Karya ini diluncurkan sebagai pembuka acara Festival Bedhayan 2024 yang digelar di Jakarta.

Diketahui, festival budaya ini tahun lalu sukses diselenggarakan di Yogyakarta. Kali ini, panitia dari Laskar Indonesia Pusaka dan Jaya Suprana School of Performing Arts bersama Swargaloka, menggelarnya di Gedung Kesenian Jakarta, Pasar Baru, Jakarta Pusat, Minggu (18/8/2024).

Lima Komposisi

Peluncuran karya tersebut merupakan inisiatif Aylawati Sarwono untuk menuliskan segala sesuatu terkait karya Bedhayan berdasarkan inspirasi dari lima komposisi piano Jaya Suprana yang menginspirasi terciptanya bedhayan.

Lima komposisi tersebut adalah Tembang Alit, Uro-Uro, Aduhai Indonesia, Trireminiskensa, dan Terima Kasih Ayla. Komposisi tersebut diaransemen ke dalam bentuk orkestra gamelan oleh Prof. Dedek Wahyudi dan Lukas Danasmoro.

Sukma Lima Karya Bedhayan ini turut dituliskan dengan detil oleh sang koreografer Maestro Dewi Sulastri dan Lila Noviastantri agar dapat dipelajari dan ditarikan oleh semua masyarakat pecinta Bedhayan sehingga dapat memperkaya kancah tari Jawa klasik.

Buku ini dipersembahkan untuk mendirgahayu 75 tahun Jaya Suprana dan seluruh teman-teman pecinta Tari Jawa.

Perjalanan Bedhaya

Aylawati Sarwono, selaku ketua Umum acara Festival Bedhayan menjelaskan Bedhaya yang merupakan warisan tarian sakral yang awalnya hanya diperuntukkan di lingkungan keraton saja.Tetapi, pada perjalanannya, Bedhaya mengalami perkembangan yang membawa beberapa perubahan yang menyesuaikan ruang dan waktu serta tujuan pementasan.

"Pergeseran tersebut membawa istilah bedhaya yang mulanya dikhususkan bagi keraton dan dipenuhi syarat-syarat khusus lainnya mendapatkan istilahnya yang baru, yaitu 'Bedhayan'," kata Aylawati Sarwono.

Bedhayan akhirnya bisa dinikmati dan ditarikan oleh umum. Gerakan dalam tarian ini, kata Aylawati, sangat bagus untuk kesehatan karena ada olah raga, olah pikiran dan pernapasan. "Seperti senam Yoga di India dan Taichi di Cina. Indonesia juga punya yang merupakan warisan leluhur yaitu Bedhayan," ucap Aylawati.

Dalam Bedhayan, pakem-pakem atau aturan baku berupa syarat-syarat khusus yang berlaku pada bedhaya menjadi fleksibel. Menampilkan 15 grup tari, Festival Bedhayan 2024 menghadirkan 5 pengamat budaya serta akademisi tari yang terdiri dari GKR Wandansari Koes Moertiyah, KP Sulistyo S. Tirtokusumo, Wahyu Santoso Prabowo, S.Kar., M.S., Dra. M. Heni Winahyuningsih, M.Hum., dan Theodora Retno Maruti.

Festival Bedhayan dilaksanakan dalam dua sesi pada hari yang sama. Berbagai UMKM produk lokal wastra, aneka jajanan tradisional makanan dan minuman, aksesoris, dan kecantikan turut serta selama acara berlangsung.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading