Fimela.com, Jakarta William Gozali alias Willgoz, chef yang merupakan jebolan Masterchef Indonesia season 3 menjadi bagian dalam sebuah program yang telah disampaikan oleh Sanofi Pasteur Indonesia dalam rangka menyambut peringatan Hari Kesehatan Nasional melalui kampanye #SantapAman pada tanggal 11 November 2021 lalu.
Selain Willgoz, program yang dihadiri oleh dokter spesialis penyakit dalam, dr. Suzy Maria, Sp.PD-KAI tersebut sedikit menyikapi tentang kebiasaan masyarakat yang berubah seiring pandemi Covid-19 yang terjadi.
Dalam survei yang dilakukan CLSA Indonesia, selama pandemi pada 450 responden, sebanyak 70 persen di antaranya menjadi lebih sering memesan makanan secara online dibandingkan sebelum terjadinya pandemi. Namun, meski terlihat efisien, ada bahaya kesehatan yang harus diwaspadai saat memesan jajanan online.
Advertisement
William Gozali, pria yang juga seorang YouTuber ini ikut serta untuk mensosialisasikan bahwa seseorang bisa menderita penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti penyakit tifoid sekaligus bagaimana cara pencegahannya.
BACA JUGA
Advertisement
Jangan Dianggap Remeh
Demam tifoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella Typhi melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi. Contohnya, seseorang bisa terkena penyakit ini saat menyantap makanan yang tidak disiapkan dengan benar.
Seperti ketika mengkonsumsi bahan makanan atau menggunakan alat makan yang dicuci dengan air yang terkontaminasi bakteri, hingga melakukan kontak tidak langsung dengan penderita penyakit tifoid seperti menyantap makanan yang mereka sajikan.
Sebab faktanya, seseorang bisa saja terlihat sehat namun sebenarnya menderita penyakit tifoid, hanya saja tidak menunjukan gejala dan bisa menularkan kepada orang lain. Penyakit akut ini memiliki gejala demam yang meningkat secara bertahap tiap hari serta lebih tinggi pada malam hari, nyeri otot, sakit kepala, kelelahan dan lemas, serta munculnya ruam.
Tifoid pada Anak
Pada anak-anak, tifoid disertai dengan sering mengalami diare, sementara orang dewasa cenderung mengalami konstipasi. Sementara komplikasi yang dapatditimbulkan oleh demam tifoid berupa pendarahan atau perforasi usus.
Data WHO memperkirakan 11-20 juta orang sakit karena demam tifoid dan mengakibatkan kematian sebanyak 128.000-161.000 orang setiap tahunnya di seluruh dunia. Kasus terbanyak demam tifoid sendiri terdapat di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Di Indonesia, demam tifoid termasuk penyakit endemik sebab prevalensi demam tifoid yang cukup tinggi yaitu mencapai 500 kasus per 100.000 penduduk per tahun.
Berdasarkan studi yang dilakukan di daerah kumuh di Jakarta, diperkirakan insidensi demam tifoid adalah 148.7 per 100.000 penduduk per tahun pada rentang usia 2–4 tahun, 180.3 pada rentang usia 5–15 tahun dan 51.2 pada usia diatas 16 tahun.
Advertisement
Pencegahan
Food borne disease seperti demam tifoid dapat dicegah dengan cara menjaga sanitasi dan higienitas pribadi dan menghindari kontak dengan penderita. Mengingat Indonesia masih negara dengan endemik tifoid, maka vaksinasi merupakan langkah optimal serta efektif untuk mencegah demam tifoid.
Menurut dr. Suzy, cara kerja vaksinasi untuk penyakit tifoid yaitu meningkatkan sistem imun tubuh untuk melawan infeksi bakteri Salmonella Typhi. Salah satu jenis vaksin tifoid yang umum digunakan adalah vaksin tifoid injeksi polisakarida Vi yang memberikan perlindungan terhadap penyakit tifoid sebesar 74%.
“Vaksinasi dapat dilakukan mulai usia dua tahun ke atas dan untuk mendapatkan perlindungan maksimal, seseorang direkomendasikan mendapat vaksinasi tifoid setiap tiga tahun sekali,” kata dr. Suzy.
Dengan melakukan vaksinasi tifoid, seseorang yang sangat suka mengonsumsi jajanan online tidak perlu khawatir menderita penyakit tifoid melalui makanan yang mereka konsumsi. Sementara manfaat lain yang dapat dirasakan oleh seseorang yang berprofesi sebagai chef atau bertugas menyiapkan makanan.