Fimela.com, Jakarta Indonesia merupakan negara dengan hutan tropis terluas kedua di dunia, tetapi juga menjadi negara dengan tingkat deforestasi yang tertinggi keempat di dunia. Fakta tersebutlah yang menginspirasi Arfan Sabran melahirkan film dokumenter Bara (The Flame).
“Bara (The Flame)” resmi tayang di Indonesia pada Senin (29/11). Kisahnya mengangkat tentang isu lingkungan di Kalimantan. Padahal, bagi masyarakat Dayak, hutan sangat berharga dan mereka hidup bergantung dengan hutan tersebut.
Dokumenter ini fokus pada perjuangan Iber Djamal, seorang penduduk asli Kalimantan yang berjuang mendapatkan hak waris hutana adat miliknya. Rencananya, hutan seluas lebih dari dua hektar tersebut akan dialokasikan dengan kelapa sawit.
Advertisement
BACA JUGA
Advertisement
Kehangatan Keluarga
Meski fokus film ini adalah isu lingkungan, tetapi sang sutradara, Arfan Sabran, memperlihatkan sisi kehangatan keluarga kakek Iber. Film ini memperlihatkan sosok kakek Iber sebagai seorang kakek, suami, dan pemimpin di tengah masyarakat.
Ketika ditanya soal sisi kekeluargaan dalam film ini, Arfan Sabran menjawab bahwa ia memang selalu tertarik mengangkat tentang keluarga. “Bagi saya cinta dalam keluarga itu nomor satu,” ujar Arfan Sabran dalam konferensi pers Bara (The Flame) di Plaza Indonesia XXI, Jakarta, Senin (29/11).
Dalam pemutaran perdana film tersebut hadir pula Dian Sastrowardoyo. Menurutnya, adegan kebersamaan kakek Iber dengan keluarganya membuatnya berkaca. “Itu bikin kita berkaca kalau di rumah masih gitu nggak ya sama yang tertua di keluarga kita, kayanya nggak,” ujarnya.
Film dokumenter ini diproduseri oleh Gita Fara dan menggandeng Yayasan Dian Sastrowardoyo, juga Sejauh Mata Memandang sebagai kolaborator.
Sebelum tayang di Indonesia, Bara (The Flame) sudah lebih dulu tayang di Vision du Reel Film Festival di Swiss pada April 2021, DMZ Documentary Film Festival di Korea pada September 2021, dan BIfed Ecology Film Festival di Turki pada Oktober 2021 dan selanjutnya akan tayang di Jogja NETPAC Asian Film Festival 2021 dan di Singapore International Film Festival 2021 pada akhir November 2021.
Penulis: Nathania Marisa