Fimela.com, Jakarta Isu bullying kembali menerpa artis K_Pop, kali ini melibatkan grup April dan salah satu mantan personelnya, Hyunjoo. Seperti dilansir dari Soompi, tuduhan itu bermula dari sebuah unggahan seseorang yang mengaku sebagai saudara dari Hyunjoo.
Ia mengatakan jika Hyunjoo keluar dari April pada 2016, alasan yang diungkap adalah sang artis ingin fokus di dunia akting. Akan tetapi hal tersebut tidak benar. "Dia dirundung dan dikucilkan di grup, dan karena itu, ia menderita banyak hal seperti gangguan panik dan masalah pernapasan. Ia bahkan ingin mengakhiri hidupnya," tutur sang penulis.
Ia juga menyatakan surat yang diunggah Hyunjoo ketika mundur dari April sebenarnya buatan dari agensi. "Namun, setelah menulis surat ini, Hyunjoo seakan jadi seseorang yang mengkhianati timnya demi keuntungan sendiri dan ia menerima banyak komentar jahat yang sulit didengar," jelas penulis.
Advertisement
BACA JUGA
Advertisement
Dibully Seluruh Personel April
Setelah surat itu dipublikasikan, seseorang yang mengklaim sebagai teman Hyunjoo menceritakan jika temannya itu ruduh oleh semua personel April. "Pada waktu itu, semua anggota April merundungnya, dan selain Chaekyung dan Rachel, tak ada yang cuma jadi penonton," ujarnya.
Ia menuduh Somin, mantan personel April yang kini bergabung dengan KARD sebagai orang pertama yang membenci Hyunjoo. Naeun dituduh mencuri sepatu Hyunjoo dengan alasan hanya meminjam, sementara Yena dan Jinsol disebut kerap melempar kalimat sarkastis.
Klaim Agensi April
DSP Mendia selaku agensi April pun mengeluarkan pernyataan terkait kabar tersebut. Mereka menjelaskan jika sejak awal Hyunjoo bergabung dengan DSP untuk menjadi seorang aktirs.
Namun setelah dibujuk, ia akhirnya bersedia bergabung dengan April. "Sejak debutnya dikonfirmasi, Hyunhoo tidak secara penuh berpartisipasi dengan aktivitas tim karena dia bergulat dengan permasalahan fisik dan mental," ujar juru bicara agensi.
Saat itu tak hanya Hyunjoo, tapi juga para anggota lain memiliki konflik karena hal ini. "Semua orang melalui masa sulit, dan berdasarkan situasi saat itu, sudah jelas bahwa tak ada yang bisa disebut sebagai pelaku atau korban," lanjutnya.
Advertisement