Fimela.com, Jakarta Tak ada yang tahu pasti jalan karier seorang musisi selama hidupnya. Begitu pula yang dialami penyanyi Didi Kempot yang baru saja mengembuskan napas terakhirnya di usia 53 tahun.
Dijuluki sebagai Godfather of Broken Heart, atau maestro tembang loro ati, Didi Kempot menuai kembali suksesnya di tahun 2019. Sosoknya kembali muncul dengan fenomena ambyar yang marak Setahun belakangan.
Didi Kempot mampu membuat Indonesia bernyanyi lagu-lagunya yang berbahasa Jawa. Tak peduli suku, ras atau kelas sosial, karyanya mampu menjangkau relung hati terdalam, terutama sisi-sisi patah hati dalam diri seseorang.
Advertisement
BACA JUGA
Advertisement
Ciri Khas
Didi Kempot sudah memulai karier bermusiknya sejak era 80an sebagai musisi jalanan. Namun keteguhannya bermusik membawanya sampai sejauh ini dengan lagu-lagu yang jadi hits.
Di era 90 hingga 2000an awal, lagu ciptaan Didi sudah banyak dikenal, dengan ciri khas tema patah hati. Ia juga kerap menulis lagu yang terinspirasi dari tempat ikonis di suatu daerah, sebut saja Terminal Tirtonadi atau Stasiun Balapan yang melegenda.
Persona Didi Kempot juga sangat khas di atas panggung, dengan style yang nyaris tak berubah dari masa ke masa. Kini kita semua kehilangan sosok sang pejuang musik tersebut.
Fenomena Ambyar
Masa keemasan Didi Kempot seolah terulang kembali di tahun 2019. Beberapa kejadian seolah bekerja sama melejitkan karier sang seniman, mulai dari video Sobat Ambyar yang menangis di konser, hingga tulisan menggugah yang membuat orang kembali melek dengan karyanya.
Sejak itu Didi Kempot banyak manggung di acara on air maupun off air, termasuk beberapa acara yang anak muda banget. Namun sukses itu juga merupakan andil dari konsistensinya dalam berkarya.
Bertahun setelah masa kejayaan di era 2000an, Didi Kempot tak henti berkarya. Lagu-lagu yang ia rilis di tahun 2016 dan 2017 pun meraih takdirnya di 2019 dan 2020, menjadikan sosok Didi Prasetyo legenda yang tak tergantikan.
Advertisement