Fimela.com, Jakarta Tissa Biani menjadi satu dari enam pemeran utama dalam film KKN di Desa Penari. Ia kali ini berperan sebagai Nur, mahasiswi berhijab yang tengah melakukan kuliah kerja nyata (KKN) di sebuah desa di Jawa Timur.
"Berperan sebagai Nur. Perempuan hijaber, dia agamis dan rasa keingintahuannya tinggi. Dia juga sangat sensitif terhadap hal mistis," kata Tissa di kantor KLY, Gondangdia, Jakarta Pusat, baru-baru ini.
Tissa sedikit membocorkan bagaimana alur dalam film yang dibesut oleh MD Pictures tersebut. "Cerita tentang 6 mahasiswa niatnya sekadar KKN di daerah yang awalnya mereka pikirg a akan terjadi apa-apa. Setelah datang ga seperti yang dibayangkan. Banyak hal aneh dan mistis," ujarnya.
Advertisement
BACA JUGA
Advertisement
Terbebani
Sebagaimana diketahui, cerita KKN di Desa Penari merupakan sebuah thread di Twitter yang kemudian menjadi viral. Cerita tersebut dikatakan penulisnya sebagai kisah nyata yang terjadi beberapa tahun silam.
Ini pula yang membuat Tissa merasa terbebani. Apalagi ketika berbicara mengenai budget film yang dikeluarkan sangat fantastis. "Cukup terbebani dengan karakter yang aku miainkan," ujar Tissa.
"Ga tahu true (story) atau tidak, tapi ekspektasi tinggi. makanya aku sebagai pemain berikan yang terbaik dan berikan nyawa pada karakter Nur. Banyak riset dengan baca buku dan thread-nya," imbuhnya.
Menguras Tenaga
Sebagai pemeran muda, Tissa Biani berusaha untuk menaklukkan segala tantangan yang dihadapi. Termasuk di film yang disutradarai oleh Awi Suryadi ini, ada beberapa hal yang menjadi tantangan baginya.
"Ini film horor kedua. Yang pertama adalah Makmum. Kalau bicara tantangan, sebenarnya sama, perbedaan karakternya aja sih tantangannya. Syuting full di Jogja, sebulan lebih, ama reading di Jakarta hampir 3 bulan. Di hutan pinus, Gunung Kidul juga," paparnya.
"Pasti ada tantangan di setiap karakter baru. Di sini lebih ke persiapan fisik. Jujur banyak adegan yang menguras tenaga. Mulai adegan nari, banyak adegan yang kayak scene malam. Juga pemain diwajibkan untuk berdialek Jawa, dan juga bahasanya sedikit-sedikit," lanjutnya.
Advertisement