Fimela.com, Jakarta Awan kelam sedang melingkupi rakyat Indonesia, pasalnya Presiden ke-3 Indonesia BJ Habibie meninggal dunia pada Rabu (11/9/2019) pukul 18.05 WIB. Ia menghembuskan napas terakhirnya dalam usia 83 tahun di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.
Seperti diketahui, BJ Habibie menyelesaikan gelar S3 dengan nilai rata-rata 10 di Rheinisc Westfälische Technische Hochschule (RWTH) Aachen. Di lingkungan industri pesawat, aeronautic, ilmuwan international, dan aerospace, ia dijuluki sebagai Mr Crack.
Advertisement
BACA JUGA
Julukan itu sebagai penghormatan para ahli atas penemuannya yang dapat menghitung crack propagation on random sampai ke atom-atomnya yang menjadi penyebab keretakan di badan dan sayap pesawat.
Temuannya ini berawal dari jatuhnya pesawat Fokker 29 dan Starfighter F-104. Tentu saja peristiwa ini menimbulkan kehebohan lantaran tidak ada yang tahu penyebabnya.
Saat itu Departemen Pertahanan Jerman menantang para ahli untuk menemukan penyebabnya. Siapa yang menyangka jika BJ Habibie yang ketika itu bekerja di perusahan penerbangan Hamburger Flugzeugbau, berhasil menemukan penyebab jatuhnya Fokker 29 dan Starfighter F-104.
Dari situlah lahir Teori Habibie, Prediksi Habibie, dan Faktor Habibie. Rumusan Habibie tersebut dapat dilihat di buku pegangan tentang prinsip-prinsip ilmu desain pesawat terbang standar NATO, Advisory Group for Aerospace Research and Development.
Ahli aerodinamika Jerman, Prof Dr Ing B Lascka dalam tulisannya menyebutkan jika crack propagation merupakan temuan BJ Habibie yang sangat penting dalam dunia penerbangan. Ini merupakan sumbangan terbesar Habibie dalam dunia penerbangan.