Fimela.com, Jakarta Menjadi bagian dari sebuah superband bernama Barasuara mungkin jadi kejutan yang tak pernah dibayangkan Cabrini Asteriska Widiantini dalam hidupnya. Bersama rekan-rekan bermusiknya, perempuan yang akrab disapa Asteriska atau 'Ichyl' ini semakin dikenal dan memiliki banyak pendengar yang disebut Penunggang Badai.
***
TokoVe 8 Juni 2014, adalah momen penting yang mengawali jalan Barasuara untuk menggaungkan musiknya yang energinya menyala-nyala. Dari gig sederhana itulah Iga Massardi, Gerald Situmorang, TJ Kusuma, Puti Chitara, Asteriska dan Marco Steffiano melesatkan peluru-peluru mereka di skena musik tanah air.
Advertisement
BACA JUGA
Namun perkenalan Asteriska sendiri dengan musik sudah terjadi sejak lama. Berawal dari hobinya ngeband di bangku sekolah, ia makin bersemangat bermusik dari cafe ke cafe. Keinginannya terjun di musik pun makin kuat saat melihat seorang wedding singer.
"Jadi aku tuh udah punya band dari SD, aku emang suka banget ngebentuk band. Untuk acara perpisahan kelas, dari SD, SMP sampe SMA pun gitu. Trus aku dapet kesempatan nyanyi di cafe dan dapet duit dari situ. Akhirnya aku tau banget nanti kalau udah lulus sekolah aku mau cari uang di suara. Pas aku mau lulus kuliah aku pengen jadi penyanyi wedding karena keren banget, dandan, anggun pakai dress, dapet uangnya banyak dan bawain lagu-lagu cinta yang suasananya positif ," ungkap Asteriska dalam wawancara khusus dengan Fimela.com di Selatan Cafe Kemang, Jakarta Selatan belum lama ini.
Dedikasi Asteriska terhadap musik diwujudkan dalam penampilannya bersama Barasuara dalam vokal maupun tarian khasnya. Di saat yang sama organ kreatifnya tak tahan untuk membuat karya solo yang dibuat berdasarkan sesuatu yang sangat ia suka. Dua album yakni Distance dan Past Possessions telah dirilis masing-masing pada 2015 dan 2018.
Perbincangan kami dengan perempuan berzodiak Pisces ini pun beralih ke sesuatu yang tak kalah penting baginya, yakni traveling. Di mata Asteriska bertualang atau bepergian mengeksplor destinasi wisata yang 'tak main aman' memberi kepuasan tersendiri. Setiap tahun ia selalu meluangkan waktunya untuk melakukan perjalanan, mencari celah di sela jadwal manggung Barasuara yang kian padat.
"Karena aku sendirian aku carinya tempat-tempat yang susah. Kalau misalnya yang gampang bisa nanti-nanti. Kan mumpung masih muda, ada tenaga buat angkat tas gunung yang gede. Susah tuh yang kaya gimana sih, yang kayak negara ketiga, negara-negara eksotik kaya Maroko, Turki. ," ujarnya.
Di sore yang cerah itu Asteriska mengungkap bagaimana musik mempengaruhi hidupnya, sampai cerita mengenai kejadian tak mengenakkan yang ia alami saat traveling. Simak kutipan wawancara selengkapnya berikut ini.
Advertisement
Visi Solo Karier dan Barasuara
Setiap orang memiliki jalur dan waktu mereka sendiri untuk meraih sukses. Sebelum jadi idola para penikmat musik seperti sekarang Asteriska juga sempat menapaki tahapan dan rintangan yang tak mudah.
Ia mengaku sempat manggung dari cafe ke cafe, bernyanyi di acara wedding bahkan sempat berbelok arah ke profesi lain. Akan tetapi takdir menuntunnya ke jalan yang memang ia harapkan.
Cerita pertemuan kamu dengan musik dimulai dari mana?
Jadi aku tuh udah punya band dari SD, aku emang suka banget ngebentuk band. Untuk acara perpisahan kelas, dari SD, SMP sampe SMA pun gitu. Trus aku dapet kesempatan nyanyi di cafe dan dapet duit dari situ, padahal untuk anak SMA 'wah gue dapet uang dari suara gue'. Akhirnya aku tau banget nanti kalau udah lulus sekolah aku mau cari uang di suara. Suaraku harus menghasilkan uang.Trus kesampean tuh, pas lulus aku diajakin temen untuk main reguleran dari Senin sampe Minggu selama dua tahun, sampe aku sakit liver dan kecapean karena kuliah sambil nyari uang, tapi buatku menyenangkan banget.
Pas aku mau lulus kuliah ngeliat orang nyanyi di wedding aku bilang ke mamaku 'kayanya aku pengen jadi penyanyi wedding karena keren banget, anggun pakai dress, dapet uangnya banyak dan bawain lagu-lagu cinta yang suasananya positif kan. Trus orang juga bisa nonton sambil makan, jadi kayanya jadi wedding singer itu santai dan dapet uangnya gede.
Tantangannya apa saja waktu itu?
Selain reguleran Senin sampe Minggu itu, aku juga ambil job di event-event perusahaan gitu kan, tiba-tiba kok habis semua. Ada aja yang kontraknya selesai dan nyari penyanyi lain. Apakah ini pertanda aku harus kantoran kah? Itu aku sedih banget sih, aku bahkan sempet daftar di di sekolah internasional ngajar anak playgroup gitu ngajar musiknya. Di wawancara ketiga aku ditanyain kalau kamu ngajar tiba-tiba ditawarin bikin album diambil nggak? Aku langsung jawab saya ambil, tapi nggak langsung berhenti, tapi akan cari penggantinya, dan sebagainya. Trus nggak ada panggilan lagi setelah itu, tapi ga dipanggil aku lega dan seneng banget karena mungkin ini bukan jalanku, jadi kayak terima kasih Tuhan...
Lalu akhirnya bergabung dengan Barasuara?
Waktu itu aku iseng genjreng-genjreng di TokoVe dan aku nggak tau ternyata di belakangku itu ownernya, Mas Firzi. Trus aku ditawarin main sebulan sekali di situ bawain lagu apa aja yang aku mau, dan dari situlah akhirnya Mas Iga menemukan gue. Jadi Bara latihan doang selama dua tahun, dan kita nggak pernah pengen band yang jadi karier, bahkan kita nggak membicarakan akan punya album, cuman kita bikin lagu trus yuk kita rekam, gitu sih.
Pentingnya musik bagi Asteriska
Tapi aku tahu musik sebegitu pentignya buat aku sih karena aku kayanya harus jadi performernya di panggung, atau pegang micnya. Karena aku tau nyanyi itu ekspresiku bahwa dengan bernyanyi aku bebas menyanyikan lagu apapun yang aku mau, yang cocok dan aku ingin share ke orang, energi yang kusampaikan ke kalian adalah getaran suaraku. Trus aku bebas berekspresi melalui tampilanku.
Lalu tentang album solo, apa yang ingin dicapai dari situ?
Karena itu karya. Kita sebagai manusia pasti pengen berkarya apapun bentuknya. Satu-satunya yang aku bisa membuat lagu, jadi harus dibikin dalam file supaya orang bisa denger. Aku usahain banget nabung yang dari cafe aku buat rekaman itu. Mau terkenal apa nggak, itu urusan nanti. Yang penting aku punya file MP3 yang bisa aku upload, bikin CD dan orang lain bisa denger. Kalau orang lain ga mau denger nanti gue simpen buat cucu-cucu gue. Cuman kan terbentu juga dengan Bara orang-orang jadi penasaran dengan karya soloku.
Sejauh ini responnya lumayan, walaupun kebanyakan bahasa Inggris tapi dia punya segmennya sendiri. Dan aku nggak ngitung yang denger berapa, nggak mikirin materi, karena di Bara keinginan aku untuk punya pendengar banyak udah kesampaian.
Kenapa Harus Traveling?
Traveling di era sekarang mungkin lebih banyak diasosiasikan kepada vlogger dan hiruk pikuk social media. Namun bagi Asteriska ada keseruan lain yang bisa didapat selain mencari-cari spot terbaik untuk selfie dan membagikannya kepada khalayak.
Kenapa traveling penting buat kamu, sampai rela keluar uang banyak?
Traveling itu penting banget, udah dari 2011 sejak aku merasa kehilangan arah karena patah hati. Ternyata aku ketagihan menemukan hal baru, ketemu orang baru pemikiran baru, pengalaman dan temen baru dan terutama falsafah hidup baru. Aku kan jarang pergi yang rame-rame, jadi punya banyak kesempatan untuk aku refleksi diri, jadi lebih sensitif. Kayak misalnya orang jalan aja aku mikirin orang ini energinya kayanya lagi apa, lebih sering berandai-andai tapi itu waktunya aku mengenal diri sendiri.
Kalau di Jakarta kita kan sibuk sendiri dengan pola yang sama, kegiatan yang sama. Traveling itu adiktif, jadi kayak dua atau tiga bulan nggak pergi tuh kayak sakau, ini harus pergi ke mana sendirian, kayanya butuh recharge. Dan aku rasa itu sama kaya orang pengen punya rumah, atau mobil. Dan aku belum ada panggilan hati ke situ, uangnya aku untuk beli tiket. Dan aku tidak mencari popularitas dengan bepergian karena aku sudah melakukan itu sebelum social media booming. Mungkin sekarang banyak orang nyari foto bagus, ya aku juga bawa kamera tapi yang biasa aja, karena foto dan video itu jadi bonus. Tapi pengalaman dan perasaan yang aku dapet nggak ada apa-apanya dari harga tiket. Makanya aku nggak masalah ngeluarin uang besar jadi tiket pesawat karena ini yang aku butuhin secara jiwa.
Dari 100 persen pemasukan berapa yang diarahkan ke traveling?
Bisa jadi lebih dari 50%, karena tahun kemarin kan aku pergi 3 kali jadi kayanya lebih dari 50, haha. Banyak banget mungkin ya. Cuman di Bara kan nggak banyak liburnya jadi paling banyak sebulan di bulan puasa. Itu pun aku jadinya bolos karena sebulan sebelumnya belum ada job masuk. Lagian kita nggak nyangka di bulan puasa akan ada gig rock yang nggak keduga gitu.
Apa kriteria tempat traveling yang kamu kunjungi?
Karena aku sendirian aku carinya tempat-tempat yang susah. Kalau misalnya yang gampang bisa nanti-nanti. Kan mumpung masih muda, ada tenaga buat angkat tas gunung yang gede. Susah tuh yang kaya gimana sih, yang kayak negara ketiga, negara-negara eksotik kaya Maroko, Turki.
Apa tips solo traveling buat para perempuan?
Sebagai cewek kita harus menjaga badan kita banget sih. Kalo emang nggak mau konsen banget jaga diri sampe ga bisa tidur ya jangan ambil kendaraan umum yang malem. Atau kalau nggak pengen nenda ya jangan nenda. Intinya gini sih, kalau kita berani aku yakin alam semesta kayak nangkep keinginan baik kita. So far aku sih nggak pernah ngalamin hal yang jelek kecuali ya itu pelecehan seksual kayak disentuh-sentuh pas lagi tidur itu kan di luar dugaan kita banget ya.
Padahal tuh bus isinya banyak orang bule juga tapi nggak ada yang nolongin, karena mereka ada komplotannya kayak kenek sama pelakunya. Aku tau sih itu pasti ada traumanya tapi kita harus langsung switch kayak 'Lo trauma, tapi lo akan lebih aware lagi'. Itu permainan mental banget sih kalau emang kita lagi sendirian. Untungnya aku nggak pernah trauma sampai yang kapok gitu. Pasti akan ada kemungkinan hal nggak enak, tapi jangan sampe itu dipikirin sampe berlarut-larut, karena kita masih ada beberapa hari survive di negara orang. Kalau kita berani aura kita bisa dilihat sama orang, jadi aku kalau lagi di luar trus tau mau digangguin aku bertingkah yang jelek kaya ngupil, atau duduknya sembarangan, biar nggak jadi sasaran.
Nah trus kalo lo traveling sendirian dandannya jangan terlalu cantik, kecuali tujuan lo memang untuk mencari cowok, Tapi kalau untuk keamanan mendingan ga usah dandan yang terlalu, atau pake asesoris. Gue orang yang berpakaian terbuka nggak masalah, tapi pinter-pinter nempatin diri juga kalo misalnya di luar sendirian pake baju terbuka pasti rasa khawatirnya lebih gede.