Fimela.com, Jakarta Film Pocong The Origin akhirnya siap tayang 18 April 2019. Film ini adalah karya Monty Tiwa yang tertunda. Skenario film Pocong The Origin asudah ditulis Monty pada di tahun 2005. Film ini berkisah tentang Ananta (Surya Saputra) yang dihukum mati sebagai pembunuh.
Namun, Rudi (Tegar Satrya), Kepala Lapas di sebuah kota di Jawa Tengah, dan tim tak bisa mengeksekusi mati Ananta bahkan sampai dua kali. Itu karena dalam tubuh Ananta dipercaya ada ilmu hitam dan membuat dia hanya mempan dibunuh oleh darah dagingnya.
Perjalanan memakamkan Ananta di tanah kelahirannya, Cimacan, Jawa Barat, membuat Sasthi (Nadya Arina) dan sipir penjara Yama (Samuel Rizal) mengalami kejadian aneh. Untung ada Ki Endang (Tyo Pakusadewo) yang juga membantu.
Advertisement
BACA JUGA
Berperan sebagai Ananta, Sury Saputra harus mengalami banyak siksaan saat syuting. Surya mengaku tidak berpikir dua kali saat ditawari Chand Parwez Servia, produser film ini. Peran Ananta, dirasakan menjadi tantangan tersendiri buat ayah dua anak ini.
"Bermain film Starvision seperti pulang ke rumah kembali. Pertama kali saya berakting lewat produksi PH ini. Apalagi, saya ditawarkan peran yang unik," kata Surya seperti dikutip dari Liputan6.com. Penasaran? Simak 4 alasan buat nonton film Pocong The Origin berikut ini.
Advertisement
1. Totalitas
Pemain film ini tampil total. Surya, misalnya, lebih dari setengah film harus berakting dengan dibalut kain kafan. Selain itu, dalam film garapan sutradara Monty Tiwa ini ada beberapa adegan Sasthi meyeret mayat ayahnya, Ananta dalam balutan kain kafan. "Jadi bayangkan adegannya ya. Dan saya enggak pakai pemeran pengganti," tambah Surya Saputra sambil terkekeh.
2. Seram
Nuansa suram dalam film ini sudah terasa bahkan hanya dengan melijat trailernya. Perpaduan gambar suram, tembang Jawa, dan cerita yang mencekam membuat film ini layak dinanti. Selain Monty, skenario Pocong The Origin juga ditulis oleh Eric Tiwa, kakak Monty.
Advertisement
3. Drama Keluarga
Satu sisi yang kuat selain horor dalam film ini adalah drama keluarga. Hubungan ayah dan anak digambarkan lebih dari sekadar karakter antagonis dan protagonis. Seperti manusia yang punya sisi abu-abu, Ananta juga punya alasan di balik kebrutalannya sehingga menjadi seorang kriminal.
Surya berhasil memperlihatkan sisi manusia Ananta dalam adegan-adegan kilas balik, membuat penonton bisa memaklumi sikap Sasthi yang bertentangan dengan pandangan orang lain menghadapi Ananta si pembunuh.
4. Disisipi Humor
Tak cuma seram, film ini diseimbangkan dengan karakter dan dialog penuai tawa yang diwakili oleh aktor Samuel Rizal sebagai sipir sekaligus supir pengantar jasad Ananta. Samuel melepaskan diri dari stereotipe pria kalem misterius yang terbentuk sejak membintangi Eiffel I'm in Love (2003).