Fimela.com, Jakarta Cek Toko Sebelah The Series akan mulai tayang di HOOQ pada 19 Desember 2018. Serial ini terdiri dari 12 episode yang akan tayang pada hari Senin dan Rabu tiap pekannya.
Serial ini memiliki potensi banyak penonton karena diadaptasi dari film laris tahun 2017 berjudul sama. Film Cek Toko Sebelah menjadi salah satu film yang sukses pada tahun 2017 lalu. Film garapan Ernest Prakasa itu pun meraup 2,5 juta penonton.
Dion Wiyoko dan Ernest Prakasa masih membintangi serial ini. Namun, ada beberapa hal berbeda dalam penggerapannya. Berikut 4 perbedaan film dan series Cek Toko Sebelah.
Advertisement
BACA JUGA
1. Sutradara
Dalam penggarapan film ini, Ernest dibantu dua sutradara lainnya, yaitu Arie Kriting dan Bene Dion. Untuk pemilihan keduanya, menurut Ernest dirinya hanya mengajak orang yang sudah berangkat dari penulis.
"Sebenernya mau ada regenerasi sutradara aja sih di Cek Toko Sebelah the Series. Tapi memang aku ingin ajak yang sudah berangkat dari penulis. Untuk seorang yang baru dan bukan dari sekolah film cara terbaik jadi sutradara ya ngerti skenario. Kalau ngerti kan mereka sudah punya modal. Memang secara teknis pengetahuan kita sedikit, tapi skenario sudah bagus. Nah mereka kan pernah nulis skenario juga pernah jadi comedy consultant," ujar Ernest Prakasa.
Advertisement
2. Format
"Pasti beda teknis pembuatannya pasti beda formatannya. Karena di serial, aku harus cari format yang enak untuk skrip series. Ini terjadi bukan setelah film tapi di tengah-tengah film, saat Erwin cuti selama satu bulan yang diceritain sedikit di film. Saat cuti itu kita zoom in," kata Ernest ditemui di kawasan, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (18/12/2018).
3. Cerita
"Cerita juga pasti beda," ujar Ernest. Kisah series ini bercerita tentang Erwin (Ernest Prakasa) yang ingin memajukan toko milik ayahnya, Koh Afuk (Chew Kin Wah), agar lebih modern dan efisien.
Erwin yang melihat kondisi toko masih menggunakan cara lama yang tidak efisien. Namun, Koh Afuk merasa ragu dengan rencana sang anak. Para pegawai juga menanggapinya dengan tidak serius.
Advertisement
4. Komedi Lebih Berat
Menurut Ernest tak mudah untuk membuat serial, dikarenakan unsur komedinya akan menjadi lebih berat. "Ini fokusnya di komedi di toko. Sehingga memodernisasi tokonya. Setelah tahu unsur modernisasi kita bikin plot di setiap episode seperti film. Lalu ada sub plot yang wajar terjadi di serial komedi," pungkas Ernest.