Fimela.com, Jakarta Sebelum terjun ke industri musik, para musisi atau penyanyi seringkali terinspirasi dari sosok yang mereka idolakan. Hal serupa dialami Vadi Akbar, yang telah menyukai musik swing dan jazz ala 40s.
Kecintaannya terhadap genre tersebut rupanya didapat dari kebiasaan di keluarga. Vadi menuturkan jika orangtuanya-lah yang punya andil memperkenalkan musik di masa kecilnya.
"Kebetulan emang lahir di keluarga yang musik banget. Ibu gue dulu guru les piano, dan dengernya lagu-lagu swing atau jazz kayak Nat King Cole gitu-gitu, jadi akhirnya terbiasa dan suka sama musiknya," ungkap Vadi kepada Fimela.com belum lama ini.
Musik yang mungkin masuk kategori jadul tersebut terbukti tetap punya banyak peminat. Salah satu artis yang sukses dengan konsep ini adalah Michael Buble. Dan Vadi Akbar tampaknya punya satu ikatan khusus dengan sosok penyanyi asal Kanada tersebut.
Advertisement
Pengaruh jazz
Di awal kemunculannya di industri musik, Vadi Akbar mengusung genre musik yang identik dengan broadway tersebut. Bahkan beberapa orang yang mengidentikkannya sebagai Michael Buble-nya Indonesia.
Namun jika melihat materi musik Vadi belakangan, nuansa dan image itu tak lagi terlihat. Rupanya adik kandung Vidi Aldiano ini memang telah mengubah arah musiknya.
"Gue emang seneng musik yang jazz lawas gitu, dan cukup idealis waktu itu untuk bawa genre kaya Michael Buble, dan setiap tampil pake jas, setelan rapi gitu-gitu. Tapi lama kelamaan kepikiran agak ribet juga ketika harus promo atau tampil live, ga mungkin kan bawa horn sections 40 orang tiap kali tampil," ungkapnya.
Ubah haluan
Vadi Akbar pun memutuskan untuk bervolusi dengan musiknya. Yang terbaru ia tunjukkan di single bertajuk Ruang Untuk Bahagia yang dirilis Agustus lalu.
Dengan konsep aransemen yang lebih dominan dengan suara gitar, dirasa Vadi paling cocok untuknya sekarang. Bukan hanya karena sisi praktikal, tapi juga karena itu membuatnya nyaman.
"Di lagu Ruang Untuk Bahagia ini gue tulis sendiri lagunya dan jadi lebih leluasa aja untuk menunjukkan identitas. Bukannya sombong atau apa, tapi seorang seniman akan lebih puas ketika yang dibawakan berasal dari ekspresinya sendiri," pungkasnya.