Fimela.com, Jakarta Banyak cara musisi untuk mengeksplorasi dan memperkaya musikalitasnya. Dan grup musik The Overtunes memilih jalur kolaborasi sebagai ruang untuk mengekspresikan karya musiknya lebih jauh.
Ialah sosok Monita Tahalea yang dipilih oleh Mikha Angelo, Reuben Nathaniel, dan Mada Emmanuelle dari The Overtunes untuk berkolaborasi di single terbarunya yang berjudul Bicara. Lagu Bicara sendiri menjadi original soundtrack untuk film produksi Starvision berjudul Belok Kanan Barcelona.
***
Advertisement
Berkolaborasi dengan penyanyi bersuara khas macam Monita Tahalea ternyata merupakan mimpi lama The Overtunes yang menjadi kenyataan. Mikha Angelo sebagai vokalis The Overtunes menilai suara Monita sangat cocok untuk menjadi 'lawan bercakap-cakap' dirinya untuk single Bicara.
"Dari awal (membuat lagu Bicara) udah tau lagu ini secara lirik memang dibutuhkan teman duet karena secara lirik menyangkut dua karakter yang saling bercakap-cakapan. Sejak itu kita mikirin (teman duet), pilihan pertama dan satu-satunya yang ada di pikiran kita ya Monita Tahalea doang," kata Mikha Angelo di kantor Fimela.com beberapa waktu lalu.
Benar saja, kolaborasi keempat insan musik ini terbukti membuahkan karya yang indah. Mereka benar-benar mematangkan konsep dari lagu hingga video klip artistik yang membuatnya jadi karya yang keindahannya utuh.
Banyak hal yang dibicarakan secara eksklusif oleh The Overtunes dan Monita Tahalea terkait kolaborasi mereka di lagu Bicara. Mulai dari awal tercetusnya ide untuk berkolaborasi sampai konsep video klip yang kental bernuansa tahun 90an. Seperti apa? Simak kutipannya berikut.
Advertisement
Chemistry Mikha - Monita
Berkolaborasi artinya menyatukan dua patokan musik yang berbeda dalam sebuah karya baru. Beruntung bagi The Overtunes dan Monita Tahalea, mereka memiliki kemiripan genre musik yang membuatnya tak butuh waktu lama untuk beradaptasi dengan musikalitas masing-masing.
The Overtunes, bisa diceritain soal kolaborasinya dengan Monita Tahalea di lagu Bicara?
Mikha: jadi untuk kolaborasi lagu Bicara ini prosesnya udah lumayan lama sih untuk lagunya. Lagunya aku tulis lebih dari setahun lalu. Jadi dulu tuh pernah aku upload di YouTube versi demonya untuk tau pendapat orang-orang yang dengerin. Lagunya belum pernah dipikir untuk jadi sesuatu yang serius pada saat itu. Dari awal udah tau lagu ini secara lirik emang dibutuhkan teman duet, karena secara lirik menyangkut dua karakter yang saling bercakap-cakapan. Jadi kemaren pas kita udah mulai ngumpulin lagu untuk album kedua, barulah disitu lagu bicara ini diomongin lagi dan harus nyari temen duetnya. Sejak itu kita mikirin, pilihan pertama dan satu-satunya yang ada di pikiran kita ya Monita Tahalea doang. Berawal dari situ sampai akhirnya ka Monita juga mau terlibat, baru kita ketemu di studio dan selesain lagu Bicara ini.
Kenapa pilih Monita Tahalea untuk jadi teman duet?
Mikha: Karena ngefans sih awalnya. Kita sangat mengagumi karya kak Monita dari lama, terus kaewna pingin suatu hari nanti kalau kita selesai main musik dan liat ke belakang tuh punya kolaborasi yang berarti buat kita. Jadi ini salah satu yang dari dulu kita mau dan akhirnya kecapaian. Selain itu ya dari segi suara juga cocok. Cuma ya kita emang bikin duetnya yang emang bener-bener cocok, punya meaning yang spesial buat kita, dan Monita salah satu kolaborasi yang kita mimpiin.
Monita, gimana pas pertama kali diajak kolaborasi sama The Overtunes?
Monita: Waktu pertama diajak kolaborasi, denger lagunya, dan tau mereka yang akan nyanyiin dan bikin lagunya, langsung iya sih. Tapi setelah beberapa kali ketemu dan denger alasan mereka kenapa pilih aku, langsung, 'heeeh so sweet', hehehe. Jadi kalau aku pribadi sih seneng banget bisa terlibat di perjalanan musik mereka lewat lagu Bicara ini.
Ada penyesuaian-penyesuaian dari segi musik saat kalian berkolaborasi?
Reuben: Ada sih, ada tapi sedikit doang. Tapi sedikitnya itu mengubah segalanya sih. Aku di teks sama kak Monita H-1 sebelum rekaman, sebelumnya nggak ada komunikasi apapun jadi kayaknya ngeri, 'jangan-jangan nggak suka sama lagunya nih'. Cuma di hari itu tuh baru kita ngobrol dan ngobrolnya tuh lebih ke teknikal. Dari situ baru kita bikin demonya lagi, ganti nada dasar sebetulnya. Tapi pas di studio perubahannya lebih ke vokalnya dan jadi banyak variasinya gitu. Itu yang bikin kolaborasinya asik, lebih ke detail kecil yang seru.
Mikha: Monita di situ lebih meng-encourage kita yang nyuruh-nyuruh gitu. Karena ada Monita jadi brainstorming-nya tuh beda dari yang kita cuma betiga doang. Bener kata Reuben, mengubah suasananya. Di situ berasa perubahan kecil tapi efeknya besar banget buat kita.
Reuben: Latar belakang musik kita, The Overtunes dan Monita Tahalea sebenernya nggak yang jauh-jauh banget juga walaupun ada yang beda. Cuma itu sih yang bikin adaptasinya nggak terlalu susah. Nggak kayak yang kita harus kolaborasi sama yang beda aliran musik.
Proses rekamannya sendiri berapa lama?
Reuben: Sehari sih walaupun sempet bikin demonya tapi kita ganti nada dasarnya dan musiknya kan diambil ulang lagi, jadi sehari kita rekaman semua part-nya.
Mikha sebagai pencipta, lagu Bicara ini terinspirasi dari momen apa?
Mikha: Lupa sih. Maksudnya mungkin emang imajinasi aja cerita antara dua orang yang saling mengungkapkan rasa cintanya. Aku nggak ngerti juga inspirasinya dari mana cuma salah satu skenario yang kepikiran aja. Emang baru aja buat kita karena sebelumnya aku belum pernah songwriting dari dua perspektif yang bales-balesan, ini kali pertama dan untungnya in the end apalagi sekarang udah ada video klipnya jadi makin banyak intepretasi orang, makin seru pandangan tentang lagu ini buat aku.
Â
Kalian pernah ngalamin situasi kayak yang digambarin di lagu Bicara ini?
Reuben: Sering sih, hahaha. Apakah itu kecenderungan laki atau aku doang, tapi gitu, gampang kan ngasih janji ke orang tapi nggak bisa nepatin terus sedih, jadi dengerin lagu Bicara ngerasa, waduuuh tambah sedih.
Monita: Sering sih, apalagi cewe pengennya dingertiin tapi nggak ngomong juga akhirnya salah faham mulu. Situasi ini sehari-hari banget sih, sering terjadi sama orang-orang.
Mada: Pernah dan kasusnya berlanjut, hahaha. Ada lah dua sampai tiga kali.
Mikha: Harusnya pernah sih ya. Saya bukan action ngomongnya, ini kan nggak mesti dia butuh sesuatu. Maksudnya lebih ke rasa percaya satu sama lain kan bisa juga tuh. Jadi kayaknya pernah sih aku, harusnya pernah lah.
Menurut kalian, lagu Bicara ini enaknya didengerin pas ngapain?
Mada: Sebenernya unik banget vibe lagu ini ya didengerin pas on the road bisa, lagi galau bisa. Sebenernya bisa dibilang ini lagu kita yang paling imbang dan masuk ke semua situasi, jadi gua bebas kapan aja enak.
Mikha: Lagi di jalan sih kayaknya. Antara di mobil atau di kereta sambil lihat pemandangan atau sekaligus di tempat yang sunyi banget jadi bener-bener dengerin lagu itu sih.
Monita: Aku di jalan atau di kamar, pakai earphone yang lagi santai-santai gitu, itu terbaik.
Reuben: Lagunya harus pakai headset bagus, tempatnya bisa di ayunan taman. Tapi suasana hatinya harus merasa bersalah kali, kita banyak ngomong tapi nggak bisa ngelakuin apa yang kita janjiin, pakai lagu ini tuh bisa sampai nangis dan ngulang tiga kali, hehehe.
Imaji dalam video musik
Guna mendukung suasana yang terbangun dari lirik lagunya, single Bicara pun sudah resmi merilis video klip yang terbilang cukup unik. Jika biasanya musisi era sekarang lebih banyak bermain di video lirik, lagu Bicara milik The Overtunes dengan Monita Tahalea diberi treatment berbeda dengan video klip yang memiliki alur cerita seperti kembali ke era kejayaan musik 90an.
Video klipnya menarik, lokasinya dimana?
Mikha:Â Di taman wisata Capolaga, itu di daerah Cicadas. Dari Lembang naik lagi. Setelahnya sempet di Cikole juga.
Konsepnya video klipnya sendiri seperti apa sebenarnya?
Mada: Ini (video klip) datang dari sutradara dan timnya. Dia datang dengan ide dasar mau ngangkat cerita bertema fabel gitu karena ngerasa udah lama dia nggak lihat video yang gitu. Terus dipresentasiin ke kita dengan storyline-nya kita scientist nyari jamur langka, makanya ada anjing kita juga. Cuma karena di lapangan ada kendala jadi storyline-nya agak menggantung gitu. Jadi ada satu scene yang harus kita lanjutin cuma nggak dapat izin, jadi kita biarkan video klipnya nanggung gitu.
Seberapa esensial music video untuk lagu kalian?
Mada: Karena dalam satu sisi, di lirik pun butuh penjelasan. Jadi mereka mau mengembangkan dari lirik dan orang bisa dapat maksud lagunya.
Mikha: Kita sih karena ide dasarnya nggak terlalu terlibat, sebetulnya itu pilihan kita juga kita fokus di musiknya. Kita kemarin percaya sama story yang dibikin dan kita suka sih karena belum pernah bikin video klip yang ada story-nya gitu. Jadi buat kita sih seru.
Saat banyak musisi lebih suka bikin video lirik, kenapa kalian mutusin untuk membuat video klip?
Mikha: Iya sih kita secara personal dari dulu emang pingin bikin video klip yang proper emang bagus gitu. Kemaren sebelum-sebelum ini belum ada yang bener-bener kita jaga kualitasnya, baru kali ini. Itu dia kenapa kita mau bikin video klip, at least kita pengen lah punya satu video klip yang kita suka.
Kalau kalian sendiri mengartikan lirik dari lagu Bicara ini seperti apa?
Mikha: Aku nggak pengen ngasih tau sih, hahaha. Karena aku nggak pengen pengaruhin first impression orang tentang lagunya sih.
Reuben: Walaupun udah sangat terbantu sih karena dilagunya ada suara laki dan perempuan jadi lebih jelas. Mungkin kalau Mikha doang yang nyanyi lebih harus mikir, tapi ini harusnya udah lebih jelas sih intepretasinya.
Monita: Aku pertama denger lagu ini kalau dari fikiran aku sih kayak dialog dua orang yang nggak diungkapin gitu. Cewek ama cowok kan gitu ya, punya keinginan tapi dipendem dan mencoba membaca fikiran masing-masing yang akhirnya salah persepsi. Gitu sih aku ngebayanginnya. Isi hati yangg simpel, nggak diungkapin, tapi diungkapin lewat lagu ini.
Mada: Sebenernya idea dan gambarannya mirip sama apa yang kak Monita gambarin, cuma kalau gua pribadi karena mengenal Mikha juga dari sisi dia menulis lirik itu selalu menceritakan ingin mengungkapkan perasaan tapi nggak bisa ngasih tau yang bener-bener gitu, kayak lu nggak berani nyampein, itu gambaran besarnya sih.
Setelah lagu Bicara ini, kalian ada project apa lagi?
Mikha: Kita (The Overtunes) bakal masuk studio lagi. Kemaren 31 Agustus kita baru rilis 5 lagu baru part 1 dari album kedua kita. Jadi Desember kita mau rilis 5 lagi, semoga prosesnya lancar.
Kalau Monita?
Monita: Aku ada satu project soundtrack film lagi Terus udah mulai masuk workshop lagi untuk album ketiga, udah ada tiga lagu cuma lagi stuck nulis lirik. Masuk album ketiga lebih seru cuma makin sulit juga karena banyak yang mesti digali lagi dari musik dan liriknya.
Kalian sama-sama lagi proses album baru, menurut kalian masih penting nggak album fisik di era digital sekarang?
Monita: Buat aku dua-duanya sama pentingnya. Walaupun kita hidup di era digital tapi aku pribadi masih sangat pengen jalanin fisiknya. Karena waktu kita nyanyi di daerah yang penggunaan digitalnya belum banyak mereka juga masih nyari tuh CD-nya. Buat aku CD fisik itu bisa jadi barang koleksi yang 10 tahun lagi kalau dirawat baik masih bisa diputar. Digital era dan fisik kan itu kayak putaran, sekarang mungkin serba mobile, tapi kita nggak pernah tahu beberapa tahun lagi mungkin balik lagi ke CD, sekarang aja orang udah banyak yang balik ke vinyl. Jadi kita ikutin digital era tapi jangan tiba-tiba ninggalin fisik.
Mikha: Kalau bisa milih sih pengen rilis fisik. Walaupun aku pendengar musik digital, tapi kita pengen lihat fisiknya body of art yang kita bikin, itu lebih berasa sih sebenernya. Aku sih support CD dan vinyl, sebagai merchandise lebih enak fisik.