Fimela.com, Jakarta Perjalanan karier sebagai musisi tak jadi satu-satunya hal menarik yang bisa dikulik dari seorang Bams eks Samsons. Peran lain pemilik nama lengkap Bambang Reguna Bukit ini sebagai suami sekaligus ayah dari satu orang anak pun memiliki kisah tersendiri.
***
Ya, di masa kejayaan sebagai seorang vokalis, Bams sempat menjadi salah satu 'don juan' di industri hiburan tanah air. Nama-nama seperti Nia Ramadhani dan Tyas Mirasih sempat mengisi perjalanan cinta lelaki berlesung pipi ini.
Advertisement
BACA JUGA
Namun, petualangan cinta sang 'don juan' pun berhenti di sosok perempuan bernama Mikhavita Wijaya. Tepat pada 17 Januari 2014, keduanya mengucap janji suci pernikahan di GPIB Paulus, Menteng, Jakarta Pusat. Lalu, menggelar resepsi di salah satu hotel mewah beberapa hari kemudian.
Tak perlu waktu lama bagi Bams dan Mikha untuk menambah kebahagiaan di keluarga kecilnya. Masih di tahun 2014, tepatnya tanggal 29 September, putri pertama mereka, Eleanor Reguna Bukit lahir ke dunia.
Menikah dan telah dikaruniai buah hati, diakui Bams dan Mikha, sedikit-banyak perubahan hadir di hidup mereka. Kehadiran Eleanor di tengah keduanya dirasakan sebagai pelengkap kebahagiaan di keluarga kecil mereka.
"It's fun (menikah dan punya anak). Seru sih. Karena kita sudah punya baby juga. Jadi, beda lah ya waktu dari pacaran, menikah, dan sebelum punya baby itu beda. Fun-nya beda, challenge-nya beda. Fun sih overall," kata Mikha saat berbincang dengan Bintang.com di kediamannya di kawasan Antasari, Jakarta Selatan, Minggu (9/9/2018).
"Happy sih gue nikah karena memang pengin, pengin punya anak. Dulu bisa fun, tapi nggak ada tanggung jawab, dalam arti, kita masih pacaran gitu. Kalau sekarang sudah ada istri, sudah ada anak, jadi ya fun, yang lebih bertanggung jawab saja," timpal Bams.
Melalui sebuah wawancara eksklusif, Bintang.com mencoba mengulik bagaimana Bams eks Samsons dan Mikhavita Wijaya menjalani hari-hari sebagai pasangan suami istri. Di samping itu, perkembangan sang buah hati, Eleanor, pun jadi topik perbincangan dengan keluarga yang selalu tampak harmonis ini.
Advertisement
Menikah Berarti Saling Mengerti
Empat tahun menjalani biduk rumah tangga, Bams eks Samsons dan Mikhavita Wijaya sadar betul atas landasan dari janji mereka. Tak saling menuntut pasangan untuk menjadi sempurna, Bams dan Mikha memilih untuk saling mengerti agar pondasi yang sudah terbangun tetap kokoh.
Sampai usia empat tahun pernikahan, masih ada perbedaan pendapat di antara kalian?
Bams: Kalau akhir-akhir ini sudah nggak terlalu banyak ya. Kalau dulu awal-awal iya karena memang kita belum totally tahu masing-masing kayak apa sih. Tapi, kalau sekarang sudah lebih pada, 'Ya sudah lah masalah kecil, ngapain digedein sih'.
Rumah tangga kalian terbilang selalu harmonis dan jauh dari kabar kurang sedap, apa rahasianya?
Bams: Kalau dari gue, saling ngerti aja sama jangan ada yang dipendam.
Mikha: It's about compromising each other. Karena kan, when we got married, kita hidup dengan seseorang yang sebenarnya dari keluarga berbeda, yang beda culture-nya. Jadi, compromising dan menghormati, menghormati kelebihan dan kekurangan pasangan kita.
Berumah tangga tentunya nggak lepas dari masalah. Kalau untuk kalian berdua, hal apa sih yang kerap jadi masalah?
Bams: Sebenarnya pembelajaran dalam empat tahun ini yang paling kerasa itu seperti yang Mikha bilang, saling menerima. Karena perubahan itu proses. Susah lho untuk mengubah sikap manusia dan ngarepin dia berubah.
Gue berubah, itu butuh proses. Mungkin ada yang nggak bisa berubah dan itu yang bisa di-compromise. Ya sudah lu harus terima pasangan lu. Karena ya you can't expect anyone jadi kayak yang lu mau 100 persen, nggak bakal bisa.
Saat ada masalah, bagaimana cara kalian menyelesaikannya?
Bams: Ya diomongin langsung. Karena pernah dicoba nunggu, malah ngerusak hubungan.
Untuk mbak Mikha, sosok Bams di rumah sebagai suami dan ayah seperti apa sih?
Mikha: I think he is a good father. Karena kan some times kayak kalau saya berangkat, he doesn't mind to take care of the baby as a partner yang bisa mengerti kalau kita berdua sama-sama sibuk. Kalau saya sibuk, dia memahami dan nggak bekeberatan jaga anak waktu saya tidak di rumah. Fun juga karena di rumah sama Eleanor masih lari-lari. Fun dan responsible, humble.
Nah, mas Bams lihat mbak Mikhavita itu istri yang seperti apa?
Bams: Gue sih lucky banget punya istri kayak dia kalau boleh jujur. Karena memang ya dia care sama apa yang dia perlu lakukan. Kalau gue, yang paling gue senang itu dia sayang sama orangtua gue, sama anak gue. Dia care nggak cuma sama gue doang, itu point plus.
Kalian tipe pasangan romantis nggak sih?
Bams: Nggak gitu. Kalau lagi pengin romantis ya romantis, cuma nggak tiap saat. Kita berdua ada saatnya romantis ada saatnya nggak, jadi seperlunya saja.
Mbak Mikha, hal paling romantis yang pernah dilakuin suami itu apa?
Mikha: Hal romantis yang impress sampai sekarang dibikinin lagu waktu nikah di altar. I was so happy dan speechless lah. Itu sih the best moment.
Kalau kalian diminta menilai kekurangan masing-masing pasangan?
Bams: Kalau dia meluap-luap sama kekurangan dia kalau yang nggak penting itu nggak jalan, hahaha. Tapi, memang itu dia, kalau meledak ya meledak. Cuma ya itu dia, sama, pasti gue juga ada kekurangan.
Mikha: Kekurangan Bams apa ya, aku sih orangnya menerima, hehehe. Dia moody sih.
Bams: Dia memang nggak suka, gue moody banget sih. Gue bisa kadang-kadang swing banget dan jeleknya itu cuma gue tunjukin ke bini gue. Di depan orang gue bisa happy dan baru drop di rumah.
Bedanya apa sih kalian sebelum dan setelah punya anak?
Mikhavita: Kita kan kalau sudah nikah itu, especially wanita yang lebih dewasa karena tanggung jawabnya lebih banyak. Jadi ibu itu kan beda ya, musti ada tanggung jawab pada anak kita. Jadi, beda lah pembelajarannya, dari anak mengajarkan kita, dari suami mengajarkan kita, pasti kita jadi lebih wise, lebih beda lah.
Bams: Karena kan kalau kita nggak sempat ngalamin abis nikah terus honeymoon period, itu nggak ada. Bini gue beberapa minggu (setelah nikah) langsung isi (hamil). Memang ya drastis banget berubahnya pas punya anak.
Waktu belum punya anak, walaupun istri sudah isi masih bisa happy ya, dalam arti masih bisa happy berduanya lebih banyak. Kalau sekarang kan sudah kebagi sama anak. Jadi, hidupnya lebih bertanggung jawab sebagai istri, sebagai suami, lebih ke situ kalau menurut gue.
Beri yang Terbaik untuk Sang Buah Hati
Tak sekedar menjadi sosok terbaik bagi pasangan, Bams eks Samsons dan Mikhavita Wijaya juga melakukan peran serupa untuk sang buah hati, Eleanor Reguna Bukit. Mereka satu suara hanya ingin memiliki dua anak agar bisa memberi hanya hal-hal terbaik untuk masa depan anak-anaknya kelak.
Hampir usia empat tahun, bagaimana perkembangan Eleanor?
Bams: Gue blessed banget dikasih anak yang sehat, juga pintar. Nggak sampai taraf yang nyusahin gue, masih bisa. Kalau pun nyebelin, masih bisa ke-handle gitu. Jadi, happy lah gue.
Sampai saat ini, kalian ingat nggak momen-momen tertentu soal tumbang kembang Eleanor?
Mikha: Waktu 10 bulan dia sudah bisa humming kayak ada nadanya. Umur setahun sudah bisa membaca 1-10 dan sudah bisa lihat karakter dari A-Z, dia sudah tahu. I'm verry happy karena dia brilian lah ya.
Bams: Yang paling gue ingat sekarang, comment-nya dia yang paling lucu. Dulu adik gue yg paling kecil itu rada gendut, agak kelihatan boobs-nya as a man. Terus anak gue comment sesuatu yang bikin gue dan semua orang ngakak. Dia bilang ke mommy-nya, 'Mommy, how come Pauda have boobies like you? He is a guy'. Itu umur 2 tahun lebih dan kita benar-benar ngakak.
Eleanor suka baca buku ya?
Bams. Ia dia suka. Buku apa aja. Orang dia tau kondensasi, gue aja nggak ngerti. Dia nangkepnya cepat banget, intinya itu.
Mikha: Tadi pagi dia minta bacain buku yang kayak quote-quote gitu. Dia bisa duduk se-jam minta aku bacain quote dan jelasin artinya apa, gawat banget.
Punya anak perempuan, Bams bakal memposisikan diri ke anak itu seperti apa nantinya?
Bams: Jujur gue belum tahu karena dia cewek. Mungkin kalo dia cowok, gue akan cuek banget deh. Tapi, anak gue cewek gitu. Gue nggak tahu kalau gue taruh sebagai teman bisa apa nggak. Gue sih pengin sebagai teman, nggak over protective. Tapi, nggak tahu gue bisa apa nggak. Karena over protective itu yang gue tahu nggak akan baik ke anaknya.
Kalian tipikal orangtua yang pro atau kontra soal gadget untuk anak?
Bams: Pro gadget gue. Tapi, bukan game ya. Bukan karena gue bilang gadget itu bagus, cuma gadget juga nggak jelek asal dipilah-pilah apa yang boleh dia buka. Kita filter. Taruh apapun di iPad-nya, apa yang kita mau dia tahu, selain itu jangan. Tapi, dia jarang sih megang gadget. Dia megang gadget itu kalau pas gue antar ke sekolah sama kalau makan, sisanya nggak.
Mau-nggak mau Eleanor akan semakin tumbuh dewasa, ada ketakutan apa sih sebagai orangtua melihat lingkungan dan pergaulan saat ini?
Bams: Kalau dia sudah ngerti memakainya (gadget dan socmed), kalau dia SMP atau SMA, itu baru seram. Karena sekarang really crazy.
Mikha: So far, Eleanor itu kita mendidik ada value-nya. Kayak harus menghormati orang lain, bersyukur. Itu yang menurut aku jadi bekal dia ke depan.
Bams: Kalau dari gue yang paling penting value itu tadi. Jadi, lu kasih benar-benar real picture yang baik, yang benar, dan yang salah itu seperti apa. Itu menurut gue yang berhasil dikasih tahu ke kita berdua sama orangtua kita.
Dunia gue bebas banget. Cuma gue nggak ngelakuin apapun tuh. Gua nggak make (narkoba) sama sekali. Nyoba pernah, tapi nggak make. Jadi, ya gitu sih. Tahu batasan yang baik dan benar itu yang mana.
Ingat umur anak sekarang, apa sudah kepikiran untuk tambah momongan?
Bams: Memang schedule dia sama saya lagi parah banget. Jadi, mikirnya takut nggak keurus. Cuma pengin (tambah anak). Kita pengin dua (anak). Setelah dua tutup pabrik. Kenapa? Karena kita penginnya anak kita tuh kita bisa memberikan semua yang sebagus mungkin, dalam arti segalanya kita kasih yang terbaik, jangan setengah-setengah.
Jadi, sekolahnya mesti yang paling bagus, segalanya paling bagus, kayak orangtua saya kasih saya yang paling bagus pada zaman itu. Nah, kita ngitung-ngitung cuma mampunya dua anak. Jadi, semuanya mesti quality number one. Perihal nanti dia jadi number one atau tidak, yang penting kita sudah do all parts as a parent.
Sebagai orangtua, apa sih harapan terbesar kalian untuk anak ke depan?
Bams: Paling pertama jadi orang yang bisa support dirinya sendiri. Jadi, kayak dia bisa jadi manusia yang benar. Baru abis itu dia bisa berguna untuk orang lain. Menurut gue, zaman sekarang terserah deh mau jadi apa, yang penting halal dan bisa jadi besar di situ. Menurut gue, sekarang penting banget ngikutin passion karena jadi apa saja bisa berhasil kok.
Mikha: Just one, to be happy. That's it. Happiness in life, that's the point. Orang sukses pun belum tentu happy. Setelah happy, pasti ada impact positive vibes ke dia.