Fimela.com, Jakarta Bagi seorang pemeran, berlakon dengan sebaik-baiknya dalam sebuah film tentu menjadi sebuah keharusan. Demikian halnya dengan aktor Taura Danang Sudiro atau lebih akrab dipanggil Tora Sudiro. Tantangan tersebut yang akhirnya membuatnya terus betah di ranah peran.
***
Ia bahkan mengaku sangat senang dalam proses penggarapan sebuah film. Ada namanya masa reading, di mana dirinya menggunakan saat tersebut untuk mendalami sebuah karakter yang didaulatkan kepadanya.
Advertisement
"Menantang banget. Gue lebih suka prosesnya, seperti ketika proses reading, pendalaman karakter," kata Tora Sudiro di kantor Falcon Pictures, kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan, belum lama ini. Sederet judul film dengan genre beragam sudah pernah dilakoni Tora.
BACA JUGA
Misalnya saja Arisan!, Banyu Biru, Janji Joni, Nagabonar Jadi 2, Quickie Express, Laskar Pelangi, Preman In Love, The Wedding & Bebek Betutu, Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss!, Cek Toko Sebelah, dan lainnya. Di film pertamanya, Arisan!, Tora langsung meraih Piala Citra sebagai Aktor Utama Terbaik di FFI 2004.
"Sekarang gue lagi terlibat dalam film Gila Lu Ndro. Jadi Indro disini, tapi bukan Indro-nya Warkop DKI. Project selanjutnya sih belum ada, paling main band ama Stevie Item," tutur pria kelahiran Jakarta, 10 Mei, 45 tahun lalu. Film Gila Lu Ndro juga dibintangi Indro Warkop dan Mieke Amalia.
Tora Sudiro termasuk multi bakat. Di sisi lain tampilannya yang garang, ternyata dirinya merupakan sosok yang humoris. Pengakuan tersebut banyak dilontarkan teman-teman artis yang pernah terlibat pekerjaan dengannya.
Tak heran ketika ia mampu menggawangi program komedi yang sukses di jamannya, Extravaganza. Selain itu Tora juga mampu bermain musik dengan baik. Ia pernah membentuk band The Cash bersama dua mantan personil Clubeighties yaitu Vincent dan Desta. Saat ini ia mengaku punya proyek bareng Stevie Item.
Namun, Tora bukannya mau meninggalkan ranah akting ke musik. Karena justru menurut banyak karibnya dirinya memiliki kecocokan dengan dunia akting. Saat ini bermain musik seperti saat refreshing di antara keseriusan perannya di seni peran.
Kepada Bintang.com, Tora Sudiro membeberkan bagaimana dunia akting telah memberikan warna dalam kehidupannya. Bukan tanpa halang dan rintang pastinya, ketika Tora menjalani karir di industri entertainment. Namun ia mampu merasakan bagaimana 'didewakan', tanpa menjadi pemenang Piala Citra sekalipun.
Advertisement
Selalu Tertantang Saat Main Film
Bermain dalam project film selalu meninggalkan rasa baru bagi Tora Sudiro. Setiap film memiliki karakteristik tersendiri, juga dalam sosok karakter yang diperankannya. Kali ini, Tora dipercaya untuk memerankan tokoh Indro dalam film Gile Lu Ndro.
Apa peran kamu di Gila Lu Ndro?
Peran diminta untuk menjadi Indro. Tapi bukan Indronya Warkop, Indro aja.
Tapi kebawa Indro Warkop gak?
Mungkin ada sedikit kebawa ya. Bagaimanapun saya juga lumayan nyaman sama karakter Indro. Sampai sekarang ketemu ama orang juga pasti dibilangnya Jangkrik Boss.
Apa rasanya satu scene ama istri?
Iya. Alhamdulillah. Dah lama banget gak beradegan sama dia. Di sini jadi pasangan suami istri. Kalau ama orang lain kan bisa bikin ketawa, karena dia gak tahu gue lucunya dimana. Nah kalau ama Mieke dia udah tahu lucunya gue. Jadi dia gak ketawa, justru menurut gue lebih tertantang ama istri sendiri.
Ada cerita unik?
Waktu syuting sih gue tidur mulu. Paling gampang tidur sih gue sebenarnya. Cerita unik ya paling krunya laki semua, latahan semua. Paling lihat Pak Dhe (Indro Warkop) kepanasan. Itu kan kostumnya panas banget ya. AC dibawa kemana-mana, hahaha.
Gak ada tantangan, atau adegan berat?
Bukan gak ada tantangannya. Karena peran gue disini sebagai benang merah. Kalau dibandingkan beban peran dengan yang sebelumnya, dulu Warkop-nya itu, nama besar. Ya tapi beda sih ya.
Apa alasan kita harus nonton film ini?
Rasa yang beda, secara skrip, kritik sosialnya bagus. Komedi juga ada. Efek CGI juga gue pasti yakin menarik meski belum lihat hasilnya.
Yakin bakal sukses?
Kalau sukses mana gue tahu. Karena gue dulu pernah bikin film bagus, ternyata gak ramai. Kita gak mengira sukses justru meledak. Makanya kita gak akan pernah tahu sih. Beberapa film yang kita pikir bakal meledak, ternyata justru tidak.
Main bareng Indro Warkop lagi, chemistry sudah aman?
Iya, gue juga sering banget nongkrong sama klubnya om Indro. Lumayan sering ya. Ngomongin motor, dan lainnya. Kalau sama om Indronya sih sering banget berkomunikasi.
Ada project lain?
Bikin band. Lagi proses penggarapan lagu, kayak bisa aja yak. Kemarin juga sinetron Tukang Ojek Pengkolan. Ke depan belum ada lagi, paling promo-promo aja. Baru mau tayang film Tiga Dara 2. Tapi syutingnya udah beres.
Film dan musik, passion kamu dimana?
Dulu kan The Cash ya. Band lucu-lucuan. Kalau sekarang itu yang ajak Stevie Item. Musiknya udah tahu lah. Dia ngajak gue tapi guenya yang komedi. Senang aja sih coba-coba. Ternyata nyanyi tuh gak mudah ya.
Refreshing dari kesibukan akting yang serius?
Beda banget ya emang. Ya berdiri di depan banyak orang, kita gak tahu siapa. Itu juga tantangan banget.
Tora Sudiro Dibikin Nangis Penonton
Piala Citra merupakan sebuah pengakuan bagi seorang pemeran. Tak sedikit para aktor atau aktris yang rela melakukan akting berat demi mendapatkan penghargaan tertinggi bagi insan perfilman Tanah Air. Namun, bagi Tora Sudiro ada penghargaan tertinggi selain penghargaan dari Festival Film Indonesia tersebut.
Akankah ada niat suatu saat pindah haluan?
Gue sih dah pernah bilang ama Stevie Item. Gue mau berhenti dari akting, mau serius di musik. Tapi dia malah ketawa. Dia bilang ini aja gue gak yakin. Hahahaa.
Dunia akting bagi Tora seperti apa?
Gue tuh senang sama prosesnya. Bagaimana pencarian karakter, proses reading. Tapi kesini proses tersebut bisa dibilang semakin hilang. Biasanya sebulan, lalu menjadi 2 minggu, lalu jadi seminggu aja. Waktu perankan karakter, berhasil bikin orang tertawa, menangis di bioskop, itu rasanya gimana gitu.
Awal ke akting, siapa yang ngajak?
Kalau bisa dibilang sih teh Nia Dinata ya. Dulu gue kerja di advertising, kebetulan lihat filmnya teh Nia, Ca Bau Kan. Dia bilang mau ngajak gue, dan beneran ngajak di film Arisan!.
Jadi film paling berkesan?
Kalau itu banyak banget. Memang tiap film punya warna sendiri. Arisan yang pasti, karena itu film pertama. Quickie Express juga suka karena keren dari baju sampai setting, retro banget, lo gak dapat di film manapun.
Nagabonar Jadi 2 juga, karena gue ngefans ama om Deddy Mizwar ya. Termasuk kerjasama ama om Indro ya. Karena mereka adalah legenda di Indonesia.
Paling ada kisah menarik di film apa?
Film Preman in Love. Sutradaranya Rako Prijanto. Ngetop banget di Jawa Tengah. Kita gak tahu film itu berhasil sampai gue pulang ke tempat syuting, di Wonosobo. Dua tahun setelah syuting, gue kesana. Dari gerbang sampai ke tempat acara, pada teriak nama gue dalam karakternya, Sahroni.
Mereka pada teriak Sahroni, sikat. Itu yang bikin gue nangis ya. O ternyata gini ya rasanya. Film itu bisa menjadi culture. Gue ngasih tahu ke Rako dan yang lainnya, mereka ketawa, gila gitu. Itu gue rekam. Gue berasa pulang kampung.
Itu penghargaan tertinggi dibandingkan Piala Citra?
Iya bener sih. Karena luar biasa banget rasanya.
Target sebagai entertainer?
Banyak ya. Kadang pengen main yang serius banget ya. Pengen akting sama anak gue. Pengen jadi Youtubers ya. Mereka punya ide sendiri, garap sendiri, keren banget.
Gue lagi kagum ama Ria Ricis. 5 juta viewers dia. Ngelakuin sendiri, setiap hari yang dipikirkan cuman konten. Besok mau bikin apa. Otak mikir terus, kreatif. Itu tantangan ya.
Sebagai pemeran, Tora Sudiro memang ingin terus berkarya. Ia mengaku belum ingin berhenti dari dunia yang membesarkan namanya dan dikenal luas oleh publik. Meski sudah pernah meraih Piala Citra dan sukses lewat film komedi, ia berharap bisa mendapatkan peran-peran yang lebih mengeksplor kemampuannya.
Â