Fimela.com, Jakarta Soal akting, Tara Basro sudah membuktikan ia merupakan salah satu talenta yang tak bisa diremehkan. Piala Citra sebagai Pemeran Wanita Utama Terbaik di Festival Film Indonesia (FFI) 2015 mampu diraihnya.
Dalam beberapa judul film, seperti Catatan (Harian) Si Boy, Pendekar Tongkat Emas, Killers, A Copy of My Mind, 3 Srikandi, Ini Kisah Tiga Dara, dan Pengabdi Setan, Tara nyata memberikan sumbangsih akting yang maksimal.
Dan kini Tara mencoba melebarkan sayap sekaligus melakoni tantangan lain. "Biasanya sih memang main film, tapi entah kenapa aku kepengen main di web series," kata Tara Basro di preskon Viu Original Series Halustik, kawasan Menteng, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Advertisement
BACA JUGA
Di series yang disutradarai oleh Nia Dinata, Lucky Suwandi, dan Andri Cung tersebut ia bermain sebagai Kanti, seorang banker muda yang beralih profesi menjadi penasehat keuangan plus spiritual.
"Aku sebenarnya belum bisa cerita banyak. Tapi sedikit bocoran Kanti ini dia banker, she is a very strong independent woman, yang mandiri, logical," lanjut Tara yang beradu peran dengan Richard Kyle, Lutesha, dan Natalius Chendana. Tara sadar bahwa digitalisasi sudah merambah ke banyak segi kehidupan, termasuk film. Karenanya, ia ingin menorehkan jejak aktingnya tak hanya di film layar lebar.
Menurut Tara Basro, film horor adalah genre film yang paling jujur.
"Kepengin aja karena semuanya sekarang udah mulai ke digital," tuturnya. Dari segi teknis juga terdapat perbedaan yang mendasar antara produksi web series dengan film. Ia mengatakan bahwa approachnya beda sekali dengan layar lebar. Juga ada maintenance berkesinambungan terhadap karakter yang diperankan.
"Kalau film kan cuma paling sejam dua jam, kalau ini panjang gitu. Gimana caranya memelihara karakternya selalu menarik, dan ceritanya juga. Tantangannya lebih kayak ke marathon sih, setiap hari di set bener-bener nginget episode sebelumnya apa. Menarik sih karena ritme bekerjanya sangat berbeda dengan film," tandas Tara Basro.
Â