Fimela.com, Jakarta Sineas senior Adisurya Abdy sudah cukup lama vakum membuat film. Kini setelah 14 tahun absen, ia kembali dengan menyutradarai film Stadhuis Schandaal. Meskipun lama vakum, Adisurya tetap berkiprah di bidang film sambil mengamati perkembangan perfilman Indonesia.
Karena itu ia sudah mempelajari banyak hal lebih dulu sebelum memutuskan untuk membuat film kembali. “Sebenarnya kalau soal penciptaan terutama di dunia film ini gak ada pensiunnya. Saya dari umur 20 sudah bikin film sampai sekarang tapi lebih banyak liburnya, hahaha. Sekarang saya kembali lagi dan ya harus belajar lagi,” ujar Adisurya Abdy di gedung PPHUI Kuningan, Jakarta Selatan, beberapa hari lalu.
Ia menyadari kondisi perfilman sekarang berbeda dengan beberapa tahun lalu terutama teknologinya. Begitu juga dengan selera penonton yang saat ini lebih didominasi anak muda atau remaja. Kondisi ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi Adisurya Abdy.
Advertisement
BACA JUGA
Ia pun membuat hal yang baru dengan menghadirkan sebuah cerita dengan kemasan apik memanfaatkan teknologi film terbaru, computer generated imagery (CGI). Ia menyadari minat dan selera penonton terus berubah.
Ketika film memasuki zaman mileneal, para pelaku film juga harus bisa eksis dan hadir di era kekinian. Sementara itu, film Stadhuis Schandaal mengangkat unsur sejarah dengan pendekatan kekinian, agar dapat diterima oleh generasi milenial. Hal itulah yang membuat film ini unik dan menarik.
Film berlatar sejarah diramu dengan fiksi dan cerita yang menarik, menghibur dan ditampilkan dengan style kekinian. Menurut Adisurya sudah banyak film berlatar sejarah, tapi karena penggarapannya jauh dari aspek menghibur membuat cenderung kurnag diminati penonton, khususnya milenial.
Advertisement
Unsur Sejarah dan Kekinian
"Kelemahan film kita adalah mengangkat kisah nyata , ada unsur sejarahnya tapi tidak dalam wujud kekinian, dalam artian memakai format pendekatan hiburan dan pop," terang pria yang menempuh pendidikan di Advanced School for Film Directing di Los Angeles, Amerika Serikat ini.
Para pelaku industri perfilman menurut Adisurya Abdy, tidak bisa menghindari hal itu karena penonton film di Indonesia rata-rata didominasi dari kalangan berusia 12 hingga 27 tahun. Ada dua kurun waktu yang ditampilkan dalam film ini, yaitu setting zaman kolonial pada abad ke-16 dan kekinian (modern).
Film ini diperkuat sejumlah artis muda seperti Amanda Rigbi, Tara Adia dan Hanif Hawakin serta aktor senior seperti Rensi Milano, Volland Humonggo, George M. Taka dan Roweina Umboh. Selain menyutradarai, Adisurya juga menulis skenario Stadhuis Schandaal. Film produksi Xela Pictures akan tayang di bioskop mulai 26 Juli mendatang.