Fimela.com, Jakarta Lebaran 2018 ini Prilly Latuconsina merasakan sesuatu yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Pasalnya Prilly tak bisa mencicipi makanan karena giginya baru saja dioperasi
Diakui Prilly, dirinya memang sempat ingin mencoba makanan menu khas lebaran. Namun karena giginya yang masih sakit, ia pun mengurungkan niatnya.
Advertisement
BACA JUGA
Â
"Ya Allah bukan lagi. Dari semalem mamah pas masak aku bilang 'Mah maaf nggak bisa bantuin masak. Daripada aku ngiler.' Yaudah sih kebetulan tahun ini pembantu nggak pulang. Jadi nggak dosa kalau nggak bantuin. Karena memang wangi banget, aku sampe ngunci kamar karena ngiler. Tapi gimana, sikat gigi saja susah daripada Lebaran makin bengkak akhirnya terima saja," ujar Prilly Latuconsina saat ditemui dikediamannya, Tangerang, Banten,belum lama ini
Meski sempat ngiler, diakui Prilly dirinya pun mengambil hikmahnya tidak banyak mencicipi menu khas lebaran. Dengan begitu, menurutnya berat badannya takkan drastis naik.
Â
"Itu hikmahnya. Kita harus lihat dari sisi positifnya. Di saat semua orang makan kalap, aku makan bubur bayi. Jadi berat badan nggak nambah. Jadi liburan oke gitu kan. Tetep bagus. Jadi ada sisi bagusnya. Positifnya nggak gendutan pas lebaran," papar Prilly Latuconsina.
Prilly Latuconsina mengaku sang ibunda akan menyiapkan makanan menu lebaran usai dirinya sembuh. "Tapi mamah udah janji sih kalau sudah sembuh bakalan dimasakin menu yang sama," ujar Prilly Latuconsina.
Â
Advertisement
Lebaran, Lyra Virna-Fadlan Nikmati Jenis Masakan Beda Daerah
Hari Raya Idul Fitri selalu menjadi hari bahagia bagi umat Islam. Disebut sebagai hari kemenangan setelah berjuang menahan hawa nafsu selama bulan puasa, hari yang juga disebut Lebaran itu menjadi hari spesial demikian pula dengan keluarga Lyra Virna dan Fadlan.
Beberapa jenis masakan khas Lebaran disediakan. Juga di keluarga Lyra dan Fadlan. Uniknya, karena keduanya berasal dari latar belakang daerah dan budaya yang berbeda, jenis masakan yang disediakan pun memiliki aneka ragam.
Â
"Pastinya ada, ketupat Betawi beda, ketupat dari istri saya beda, saya menikmati dua ketupat berbeda tapi Masha Allah enak banget," kata Fadlan di kawasan Semanggi, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Ditambahkan oleh Fadlan, antara masakan Betawi dengan masakan istrinya memiliki perbedaan rasa. Namun justru itu yang membuatnya senang karena bisa merasakan jenis masakan yang beragam jenis dan rasa.
"Bumbu-bumbunya beda, kalau Betawi ada ketupat sayur, ada semur kalau istri saya bikin ya opor, rendang, sambel udang," tutur Fadlan.
Â
Kali ini, keluarga Lyra dan Fadlan tidak melakukan mudik. "Saya nggak punya kampung. Istri yang punya kampung tapi orangtuanya di sini," ujar Fadlan. "Aku lagi haid, jadi nggak mudik sih," lanjut Lyra.
Soal tradisi, di masyarakat Betawi juga banyak dilakukan ketika Lebaran. Satu yang menjadi hal wajib pada keluarga Fadlan adalah kumpul bersama keluarga besar di hari pertama Lebaran. Beberapa anggota keluarga yang tinggal di luar kota pun biasanya pulang ke Jakarta.
"Tradisi orang Betawi banyak. Saya kumpul hari pertama, banyak keluarga saya banyak banget dan itu harus kumpul di sana. Semua harus pulang ke Jakarta," tukas Fadlan.
Â
Tak Ada Tradisi Kumpul Keluarga Besar Nirina Zubir saat Lebaran
Mudik telah menjadi sebuah tradisi bagi masyarakat Indonesia ketika Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran tiba. Namun, tradisi yang biasanya memiliki tujuan untuk bertemu dengan keluarga besar ini tak ada pada keluarga Nirina Zubir.
"Susah sih kalau mudik. Kakak ada yang di Shanghai, Bali, Malang, Jakarta. Kebersamaan ya paling ama keluarga kecil aja, atau nyamperin ke keluarga suami," kata Nirina Zubir di kantor Bintang.com, kawasan Gondangdia, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Â
Semenjak kecil, Nirina dan saudaranya sudah terdidik mandiri dan menghargai satu sama lain. Karenanya, mereka selalu mengambil kemudahan dalam segala hal dan tak mempermasalahkan yang kecil.
"Keluarga saya memang simple. Tak memaksakan hal, semisal Lebaran harus pulang semuanya. Karena situasi dan kondisi kan berbeda-beda ya. Kalau misalkan kondisi keuangan lagi gak baik kan kasihan misalkan dipaksa pulang," ujar Nirina.
"Dengan harga tiket yang selangit saat Lebaran. Pakai pesawat atau kereta pun sama saja. Keluarga udah sangat fleksibel banget. Buat kita nggak terlalu penting buat jahit baju bersama. Susah banget ngumpulin keluarga," imbuh Nirina.
Â
Pemeran film Get Married ini tak mempermasalahkan ketika mudik sudah menjadi tradisi masyarakat. Namun, yang menurutnya perlu dikaji ulang adalah ketika kondisi tak memungkinkan, namun justru dipaksakan.
"Karena Lebaran harus memaksakan segala sesuatunya. Mungkin boring ya, tapi aku menghargai fleksibilitas itu. Karena ngelihatnya banyak orang ketika Lebaran sampai jual motor, harus pulang kampung, lalu balik lagi dengan nol," ucapnya.
"Itu yang buat Na, tradisi yang bisa dibilang sangat disayangkan. Mungkin karena Na bukan dari kampung. Siapa sih yang gak pengen kumpul bareng ama keluarga. Tapi mendingan nanti pas low season, harga tiket murah, lebih banyak keluarga yang bisa ditemui," tambah Nirina.
Â
Momentum kebersamaan bagi Nirina bisa dilakukan dengan bermacam cara, tak perlu dengan kehadiran fisik. Apalagi dengan kemajuan teknologi seperti dewasa ini. "Beda ya ama orang lain. Buat saya kapanpun bisa buat momen kebersamaan," ujarnya.
"Buat aku momen kebersamaan kalau bisa ya bisa, kalau gak ya gak memaksa. Sekarang kan dibantu oleh teknologi ya, merasa sangat bersyukur hidup di masa yang dimudahkan teknologi. Jadi kebersamaan dalam hal apapun," tukas Nirina.
Â
Advertisement
Tak Punya Kampung, Marsha Timothy Lebaran di Jakarta
Aktivitas mudik yang telah menjadi rutinitas tahunan masyarakat ibukota juga dilakukan oleh kalangan artis. Banyak dari mereka yang menyempatkan waktu untuk mudik atau pulang kampung saat Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran tiba.
Namun, Marsha Timothy tak termasuk dalam golongan pemudik. Marsha tak pernah merasakan mudik ketika momentum hari raya. Ia mengaku tak memiliki kampung halaman sehingga selama ini selalu merayakan Lebaran di Jakarta.
"Lebaran kita sih selalu di Jakarta. Nggak pernah keluar kota. Jadi nggak ada pulang kampung," ujar Marsha Timothy di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, beberapa waktu lalu.
Â
Biasanya berlibur ke luar negeri merupakan pilihan bagi masyarakat ibukota yang tak mudik. Tapi, rencana Marsha untuk melakukan liburan ke luar negeri pun tak ada. "Nggak (ada rencana) sih," imbuhnya.
Seperti diketahui, Marsha terlibat dalam produksi beberapa film. Salah satunya adalah Kulari ke Pantai. Ia pun siap melakukan proses promosi terkait film tersebut, bahkan ketika waktu Lebaran.
Â
Film Kulari ke Pantai merupakan film garapan Mira Lesmana dan Riri Riza. Selain Marsha, beberapa pemain juga ikut terlibat diantaranya Lukman Sardi, Ibnu Jamil, Dodit Mulyanto, Karina Suwandhi, Mo Sidik, dan lainnya.
"Tahun ini masih promo Ku Lari Ke Pantai. Jadi saya juga nggak kemana-mana. Karena kan tayangnya 28 Juni. Paling libur Lebaran sebentar terus mulai promo lagi," tukas Marsha Timothy.
Â
Tradisi Lebaran Tata Janeeta di Kampung Halamannya
Setiap orang memiliki tradisi masing-masing saat merayakan lebaran. Bagi Tata Janeeta, tradisi yang tak boleh ditinggalkan setiap hari raya Idul Fitri ialah mudik ke kampung halaman di Bandung, Jawa Barat.
"Kalau lebaran harus kumpul karena pas hari H (lebaran) dikeluarga itu biasanya ada sungkeman. Tahun ini kumpul semua. Abis sungkeman itu kita makan bareng, keliling ke rumah keluarga, bagi-bagi THR," ucap Tata Janeeta di bilangan Pancoran, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Momen yang selalu mengharukan bagi ibu dua anak itu saat hari Lebaran tiba ialah ketika melakukan sungkeman pada kedua orangtuanya.
Â
"Saya merasa banyak dosa, saya orangnya keras. Mungkin saya pernah sakiti ibu saya dan saya juga belum bisa bahagiain beliau. Belum bisa jadi anak yang sempurna buat mereka," paparnya.
Namun, bagi istri dari Mehdi Zati tersebut, berlebaran tak hanya soal suasana haru ketika bermaaf-maafan. Satu keseruan yang pasti terjadi ketika Tata Janeeta mudik ke kampung halamannya ialah saat bagi-bagi angpao pada tetangga sekitar kediaman leluhurnya.
"Yang antri itu (angpao) biasanya kalau ke makam kakek nenek, satu desa antre panjang banget. Saya yakin sih Bukan uang yang mereka mau, tapi mereka seneng saja karena itukan tradisi, seru gitu. Itulah, lebaran di Indonesia itu seru sih dan nggangenin," pungkas Tata Janeeta.Â