Fimela.com, Jakarta Disadadari atau tidak, datangnya bulan suci Ramadan selalu membawa suasana berbeda dalam kehidupan kita yang tinggal di Indonesia. Nuansa puasa mungkin lebih terasa ketika kita masih di usia dini dan sibuk dengan berbagai kegiatan.
Ramadan 2018 datang lagi kepada Saya yang sudah repot dengan pekerjaan. Ternyata begini rasanya menjalani ibadah puasa Ramadan sebagai seorang dewasa dengan dunianya yang kompleks.
BACA JUGA: Beberapa Potret Chat Dengan Ibu Kos Yang Menyediakan Makanan Gratis
Advertisement
Di masa kecil Ramadan hanya tentang puasa, buka bersama keluarga, tarawih, mengaji dan main petasan seusai sahur. Tapi kini semua aktivitas tersebut ditambah dengan rutinitas kerja serta pikiran untuk menabung dan menjalani cicilan di masa depan.
Ditambah lagi Ramadan Saya jalani di kota perantauan, jauh dari keluarga. Kadang kerinduan datang membuncah, sepulang kerja berharap bisa mencicipi kolak atau sayur yang khas racikan tangan ibu.
Menjalani bulan Ramadan sebagai perantau Saya yakini sebagai bentuk pendewasaan. Kita tak selamanya jadi anak yang dapat kasih sayang orangtua. Kita juga akan menjadi orangtua dari penerus kita kelak.
Bagaimanapun, Ramadan selalu meninggalkan kesan dan pelajaran. Apa yang telah kita pelajari tahun ini?
Advertisement
Menguatkan
Salah satu hal yang saya pelajari adalah tentang makna bekerja. Hal ini Saya dengar dari seseorang yang cukup saya segani baik secara personal maupun profesional.
"Bekerja adalah ibadah juga, jadi bekerja harus yang bener," katanya. Kalimat itu mungkin terdengar sederhana dan cukup sering kita dengar. Tapi entah kenapa kali ini benar-benar menancap di ingatan.
Hal itu menimbulkan pemikiran positif, bahwa bekerja sembari berpuasa adalah dua ibadah yang dilakukan secara bersamaan. Keistimewaan ini yang mungkin kita dapatkan sebagai seorang dewasa, dan juga seorang perantau.
Puasa juga adalah tentang menguatkan iman dan pribadi kita sebagai manusia. Seperti yang kita tahu jaman now social media sudah membuat jempol orang menjadi sangat tajam, dan kadang juga sangat lembut.
Seperti yang sudah sering kita dengar juga, puasa adalah untuk menahan diri dari hawa nafsu. Entah itu lapar dan dahaga, atau emosi, dan hal-hal yang menyangkut syahwat. Karena itu jadi perantau di bulan Ramadan adalah medan yang tepat untuk berlatih sabar dan taqwa.
Sebelum ini terdengar seperti ceramah, semoga para perantau yang beribadah untuknya dan keluaga selalu diberi semangat dan kekuatan di manapun berada. Jauh secara jarak, tapi tidak secara hati.
Redaktur Kanal Musik,
Nizar Zulmi