Jakarta Dibesarkan dari keluarga seniman –kedua orangtuanya adalah pelukis—membuat Salvita juga memiliki passion yang besar terhadap seni lukis. Sejak kecil ia sudah terbiasa mencurahkan keinginan menggambarnya di tembok rumah, hampir tak ada satu tembok yang benar-benar bersih. “Orangtua aku melukis secara autodidak dan dari nol. Nah, kalau aku memang suka melukis sejak kecil namun nggak pernah terpikir untuk menjadi seorang pelukis,” tuturnya.
Akan tetapi, selepas Sang Ayah wafat, Salvita mulai tekun menjalani dunia lukis. “Papa aku punya sebuah studio lukis di Bali. Setelah beliau meninggal, studio itu sudah tak terpakai tapi canvas kosong dan kuas masih tersisa di sana. Hal itu yang membuat aku akhirnya ingin mencoba melukis. Kebetulan aku punya satu teman yang memang punya hobi yang sama, kami berdua akhirnya melukis bareng di studio itu,” ceritanya.
Advertisement
Perempuan keturunan Indonesia, India dan Jerman ini mengaku terinspirasi dari Sang Ayah yang identik dengan lukisan portrait abstrak dan Sang Ibu yang lebih gemar melukis graphic. “Lukisan yang aku hasilkan lebih ke portrait gambar muka aku. Entah bagian mata atau lainnya. Ekspresi wajah yang aku buat pun sama semua, cenderung murung menurut banyak orang,” katanya.
Tak dipungkiri, Salvita ingin bisa ‘hidup’ dari melukis. Ia pun berkeinginan untuk membuat sebuah pameran lukisan miliknya di masa mendatang.
Hobi kumpulkan batu
Sepertinya tak ada kata berhenti untuk berkembang bagi Salvita. Setelah memiliki segudang kesibukan mulai dari modeling, akting dan melukis, ia menambah kesibukan lain dengan menjadi desainer aksesori.
Berawal dari hobinya mengumpulkan aneka batu saat bepergian, entah ke luar atau dalam negeri. “Karena nggak memiliki cukup uang untuk membeli cenderamata, aku akhirnya rajin mengumpulkan batu mulai dari coral, batu kali dan lainnya. Tanpa disengaja, kamar aku sudah penuh dengan batu,” ceritanya. Dari situ, ia mulai tertarik untuk menggeluti bisnis aksesori –yang ternyata pernah ditekuni Sang Ibu semasa Salvita kecil. FYI, Produksi aksesori pertamanya yang didominasi dari batu coral (yang sudah mati) sukses terjual.
Gayung bersambut, bisnis aksesori milik Salvita dibantu oleh banyak pihak, salah satunya rekan bisnisnya yang bersedia memberikan domain website bernama Zlaba yang dalam bahasa Tibet berarti bulan. Kini, bisnis yang digelutinya mulai dijual tak hanya di Indonesia (Jakarta dan Bali) namun hingga mancanegara seperti Singapura, Jepang maupun Inggris.
Well, we really hope she could be a world well-known painter and accessories designer in the future!