Advertisement
Next
Jakarta Semenjak kecil, Dian Pelangi sudah akrab melakukan perjalanan jauh bersama orangtua yang kebetulan menggeluti bisnis pakaian. Meninggalkan masa SMA, Dian yang menetap di Pekalongan, akhirnya ia berpindah ke Jakarta untuk jalani kuliah. Padahal, keinginan untuk menimba ilmu sampai luar negeri sudah dicetuskannya pada orangtua, sayangnya ia belum menerima restu lantaran masih terbilang sangat muda. Hasrat ingin menjejakkan kaki ke belahan dunia lain akhirnya dilakukan usai masa kuliah. �Lulus dari ESMOD, aku nekad pergi sendiri ke Kairo, Mesir. Dari SMA memang sudah berkeinginan untuk melihat peradaban Islam di sana. Untungnya, orangtua sudah mengizinkan karena umurku sudah 18 tahun dan aku memiliki banyak teman di sana,� ceritanya. �Selama kurang lebih 3 bulan aku tinggal di Kairo dan belajar Bahasa Arab. Setelah pulang ke Indonesia awalnya aku ingin kembali ke Kairo tapi keburu dilamar,� tambahnya.
Tanpa menunda-nunda lebih lama, Dian yang masih berusia 20 tahun akhirnya menikah dengan Tito Prasetyo, kini menjabat Manajer Pengembangan Bisnis Dian Pelangi. Menikah muda ternyata nggak menjadi kendala bagi Dian untuk menjajaki negara lain. �Ternyata, lebih enak setelah menikah karena ada yang menemani. Kebetulan, suami aku menyukai traveling juga. Kami berdua sama-sama senang mencoba hal baru dari mulai makanan sampai mengenal budaya lain. Sekarang, aku merasa lebih bebas buat traveling karena bapak dan ibu sudah nggak perlu khawatir lagi,� tuturnya.
Advertisement
Dalam setahun, Dian memang nggak mematok jumlah negara yang dikunjungi. Biasanya, ia melakukan perjalanan kerja sambil berlibur. Tahun 2014 ini, ia dan suami bahkan sudah berkunjung ke tujuh tempat, di antaranya London, Budapest, Beijing, Maldive, Dubai, Milan, dan Cekoslowakia. �Aku bukan tipe yang suka menjalani traveling mewah. Seandainya memang bagus aku datangi tapi kalau terlalu mahal dan kurang bagus, ya nggak ke sana. Biasanya aku memang menyisihkan 20% dari penghasilan untuk dana traveling. Tapi, ujung-ujungnya terkadang dibiayai suami,� ungkapnya sambil tertawa kecil.
Tiba di suatu negara, Dian selalu menyempatkan waktu buat berkenalan dengan Komunitas Muslim setempat, melakukan gathering dengan penggemarnya sampai melakukan demo tutorial. �Banyak orang di negara lain yang nggak tahu soal hijab. Saat aku di Menara Eifell, misalnya ada orang asing yang salah sangka, dikira aku pakai scarf tapi akhirnya aku jelaskan. Aku malah kasih tutorial ke dia. Ya, hitung-hitung menyebarkan syiar,� ceritanya.
Next
Dari sekian perjalanan yang telah berlalu, ia punya satu pengalaman yang tak terlupakan saat berkunjung ke Palestina. Selain Kairo, Palestina memang negara yang ingin sekali Dian kunjungi. Kebetulan fashion show yang digelar di Aman, Yordania terbilang sukses. Dian pun mendapatkan complimentary dari pihak KBRI untuk berkunjung ke Palestina. Di negara yang sedang mengalami konflik tadi, ia mengaku melihat bagaimana umat Islam dan Kristiani hidup berdampingan meski pemandangan tentara bersenjata terlihat berjaga-jaga di sudut-sudut kota.
Tapi di saat mengunjungi Makam Nabi Ibrahim di Masjid Al-Khalil, ada kejadian yang nyaris membuat nyawanya melayang. �Usai mengunjungi makam Nabi Ibrahim, aku dan salah satu teman sempat tertinggal dari rombongan. Tiba-tiba ada seorang anak kecil menarik baju kami dan meminta sesuatu. Kami spontan berlari karena ketakutan. Nah, saat berlari ternyata ada tentara yang sudah mengokang senjata dan siap menembak. Ia meminta kami berhenti dan bertanya soal passport. Kami pun sempat terlibat adu mulut tapi untungnya guide kami melihat dan menjelaskan. Kalau nggak berhenti saat itu, mungkin aku nggak ada di sini sekarang,� jelas Dian.
Dalam setiap kesempatan traveling, Dian bilang selalu menyempatkan diri untuk berfoto dan membagi ceritanya lewat instagram. �Aku kepengin menginspirasi orang banyak agar dapat melihat dan merasakan apa yang aku rasakan saat berkunjung ke suatu negara,� tutupnya sambil menyudahi pembicaraan.