Sukses

Entertainment

Christina Phan, Fotografer Perempuan Yang Angkat Kejujuran dalam Karya Potrait!

Next

christina phan

“Awal adalah akhir. Akhir adalah awal,” kalimat itu yang keluar dari fotografer bertubuh mungil saat FIMELA.com menemuinya di Marsio Fine Art Gallery, Jakarta beberapa waktu lalu. Bagi Christina Phan atau biasa disapa Yaya, berakhir dari pekerjaan lama berarti mengawali petualangan baru di dunia fotografi. Ya, berkarier dalam bidang seni adalah hal yang sudah diyakininya sejak masih belia!

“Dari kecil aku lebih suka hal visual ketimbang yang lain. Dari semua pelajaran yang aku dapat, menggambar paling tinggi nilainya. Hahaha. Memasuki SMP, aku mulai tertarik sama dunia film setelah melihat suatu acara behind the scene. Sejak itu aku sudah ada gambaran akan mengambil kuliah bidang perfilman,” tuturnya antusias. “Sayangnya tahun 1990-an media belum semarak seperti sekarang. Orangtua –terutama ayahku, melarang untuk kuliah perfilman. Sesuai kemauan orangtua, aku mengambil Jurusan Marketing di Universitas Atma Jaya,” tambahnya.

Next

Christina Phan

‘Tercemplung’ menekuni jurusan yang kurang diminati ternyata memberikan berkah tersendiri bagi pecinta binatang ini. Di kampus Universitas Atma Jaya, ia tergabung dalam sebuah ekstrakulikuler fotografi bernama Studio 51. Bagi Yaya, foto dan film memiliki kemiripan yaitu sama-sama menangkap moment. Itulah mengapa ia akhirnya kepincut dunia fotografi lebih dalam.

“Aku belum memiliki kamera saat itu. Jadi, kalau mau hunting foto dipinjamkan kamera analog sama Mas Ully Zoelkarnain. Setelah ayahku meninggal, ibu kemudian kasih semangat dan membelikan kamera pertama, Canon EOS 5. Dari situ aku mulai mengembangkan teknik dan lainnya secara autodidak,” ceritanya.

Next

Christina Phan

Lebih gemar foto Portrait

Selangkah demi selangkah, Yaya mulai menemukan jati dirinya dalam fotografi. Ia mengaku lebih menggemari foto portrait dan fashion. Untuk hal itu, Yaya punya alasan tersendiri. “Basically, karena aku orangnya gampang bersosialisasi,” ucapnya singkat. “Kalau dikasih kesempatan untuk kuliah kembali, aku akan mengambil jurusan psikologi dan sosiologi. Bagi aku fotografi bukan tentang foto saja melainkan banyak hal seperti culture, body language, mimik muka, sampai cara berkomunikasi dengan orang. Semua proses tadi memberikan tantangan tersendiri,” tambahnya.

Sebagai penggemar majalah luar sekelas Monocle dan Frankie ini, ia sangat mengagumi foto fashion luar negeri. “Dulu aku sampai mengumpulkan uang untuk bisa beli majalah luar. Aku suka iklan-iklan yang ada di situ,” pendapatnya.

Dari 15 tahun pengalaman bekerja dan berkarya di bidang fotografi, mengabadikan ekspresi bayi atau hewan  jadi objek paling menantang. Dibutuhkan energi lebih agar bisa men-direct si objek sesuai keinginannya.

Next

Christina Phan

Hasilkan foto se-natural mungkin

Fotografi sama halnya dengan melukis, selain angle, komposisi warna menjadi hal penting dalam menghasilkan karya yang menarik. Dalam dunia fotografi sendiri, orang umumnya memainkan tone warna dalam proses editing. Soal editing karya,  Yaya tidak suka berlebihan. “Lebih apa adanya. Warna yang dipilih biasanya minimalis dan tetap mengutamakan kesan natural. Bagaimanapun yang harus ditonjolkan itu moment-nya,” ucap perempuan pecinta kamera digital Canon dan Phase One.

Mengenai kamera, Yaya merasa perkembangan kamera analog dan digital sama-sama menarik untuk dipelajari.

Next

Suguhkan konsep yang jujur!

Dalam menghasilkan suatu ide karya, setiap seniman punya proses unik tersendiri. Untuk Yaya, proses pengumpulan ide justru sederhana. Yang terpenting adalah menuangkan kejujuran dalam berkarya. “Semua ide berangkat dari hal yang dekat dahulu seperti pengalaman pribadi baru ke teman-teman dan lingkungan sekitar. Karena dengan begitu karya yang disuguhkan akan jujur. Karya yang jujur adalah segalanya. Itu pesan dari mentorku, Firman Ichsan. Dan bikin sebuah karya yang jujur itu tidak mudah karena sama saja dengan membuka diri terhadap orang lain.

Tidak heran bila karyanya pernah terpampang di Museumplatz Vienna saat acara Faceless Part II Exhibition digelar tahun 2013 lalu dan masih berlanjut dipamerkan di Mediamatic, Amsterdam pada tanggal 25-26 Januari 2014.

Next

Stand out

Fotografer di tanah air kami rasa tidak sedikit jumlahnya. Agar bisa ‘dilirik’ masyarakat sudah pasti sang fotografer harus punya ciri khas tersendiri. “Ciri khas atau jati diri itu penting dicari! Aku sendiri lebih suka bikin karya foto collage atau montage dengan pencahayaan clean. Ribuan foto boleh bagus tapi itulah cara aku untuk stand out di antara banyak fotografer lainnya. Satu lagi, harus tetap menghasilkan karya sampai mati. Hopefuly diberi kelancaran,” ungkapnya.

Saat kami tanya siapa kira-kira fotografer yang menginspirasinya selama ini, Yaya dengan cepat langsung menjawab Davy Lingar, Erwin Olaf, Marsio Juwono, Oetomo, Annie Leibovitz, David LaChapelle, Shirley Von Unwerth dan Cindy Sherman.

Next

Christina Phan

Serupa pasti berjodoh, berjodoh pasti serupa?

Setelah karyanya muncul di Vienna tahun lalu, kini Yaya menggelar pameran di Jakarta dengan tema Eksposisi Satu. Pun tema pameran ini juga diangkat dari rasa penasarannya terhadap keberadaan belahan jiwa (soulmate) dalam hubungan percintaan.

Yaya pun menjelaskan latar belakang mengangkat urusan jodoh alias soulmate ini, “Apakah sejodoh pasti memiliki wajah serupa atau memiliki wajah serupa pasti sejodoh? Perbincangan sederhana ini yang melatarbelakangi aku untuk bikin Eksposisi Satu,” ucapnya.

Konsep foto Yaya sangat unik karena menggabungkan dua wajah pasangan yang telah menikah dari rentang umur pernikahan 3 bulan – 51 tahun. Menariknya semua pasangan yang telah dipotret, menurut kami memiliki kemiripan mulai dari cara senyum sampai tatapan mata.

Eksposisi Satu yang menjadi pameran pertama yang digelar Yaya tahun 2013 ini, akan berlangsung mulai dari tanggal 24 Januari – 7 Februari 2013 di Marsio Fine Art Gallery, Menteng. Sebanyak 26 wajah pasangan menikah dengan latar belakang cerita cinta tersendiri –beda ras, ditentang oleh orangtua, sampai beda agama, akan terpajang di sini. “Proses pembuatan pameran Eksposisi Satu sangat magis. Hahaha. Satu demi satu jalan terbuka buat aku mulai dari pencarian tempat pameran sampai pemilihan talent (pasangan). Lewat proyek ini aku tidak hanya belajar tentang arti soulmate saja tapi paham akan arti faith,” tutupnya dengan muka tersenyum.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading