Advertisement
Next
Tidak Siap Duduki Posisi Kedua, Whulan lakukan Persiapan 3 Tahun.
Terjun ke dunia modeling sudah dilakoni Whulan sejak belia. Ia rela memboyong diri ke Jakarta demi bisa melebarkan sayap. Insting hijrah ke ibukota ternyata membuka peluang bagi perempuan kelahiran 26 Juni 1987 ini memenangi lomba Wajah Femina 2008. Tak berhenti di situ, ia pun mulai menjajaki dan mengantongi piala kemenangan di ajang modeling internasional di China maupun Korea.
Melihat prestasi gemilang Whulan, para sahabat dan keluarga memberikan motivasi agar ia ikut pemilihan Puteri Indonesia. Bukan seorang Whulan kalau saja berkompetisi tanpa persiapan matang. “Saat itu aku belum siap ikutan Puteri Indonesia. Aku sedang meniti karier di dunia modeling di luar negeri. Rasanya tidak siap kalau tidak menang di negara sendiri,” ungkap Whulan pada FIMELA.com sesaat sebelum photoshoot (jangan lewatkan photoshoot memukau Whulan di FIMELA bulan ini, ya Fimelova!).
Advertisement
Berbagai observasi akhirnya dijalani selama tiga tahun. Secara detail ia mempelajari tata bahasa, perilaku, dan kekuatan setiap pemenang Puteri Indonesia – Artika Sari Devi, Zivanna Letisha, dan Maria Selena. “Aku hubungi mereka dan meminta bimbingan. My target was the crown. Aku tidak mau menduduki posisi kedua,” ceritanya mengenang.
Persiapan detail selama tiga tahun akhirnya membuahkan mahkota kemenangan Puteri Indonesia 2013. Next plan? Sudah pasti mengukir prestasi di ajang Miss Universe 2013 di Moskow, Russia.
Sebagai perempuan perfeksionis, sudah barang tentu Whulan curahkan persiapan lebih matang di ajang tingkat dunia ini. Ia bahkan rela mengeluarkan dana pribadi buat sewa jasa Ines Ligron (director national Miss Universe Jepang) selama enam jam. Yes, bayarannya dihitung perjam, Fimelova! Ines terkenal menghasilkan lima runner-up di ajang Miss Universe dalam 10 tahun belakangan. Selain Ines, Whulan juga digembleng oleh Roston Ogata, guru yang juga membekali Nadine Alexandra di ajang yang sama pada tahun 2011.
Dengan “bekal” di tangan, Whulan terbang ke Russia dan menjalani karantina selama kurang lebih 3 minggu. “It’s really hard at the first. Aku sekamar sama orang yang belum aku kenal. Ada perbedaan bahasa dan budaya. Dari pertama saja, kami sudah tidak sepaham. Aku orang yang sangat tidy sedangkan roommate aku berantakkan. Baju dan alat makeup tersebar dimana-mana,” ceritanya tersenyum. FYI, saking perfeksionisnya Whulan membungkus pakaian yang akan dipakai berdasarkan hari lho, Fimelova!
Fashion Stylist: Asri Puspitasari. Fotographer: Ifan Hartanto @ Third Eye Space. Makeup Artist: MOOR'S PROFESSIONAL MAKE-UP. Wardrobe: Tex Saverio, Sapto Djojokartiko. Aksesori: necklace worn as crown and ring by Rinaldy A. Yunardi.
Next
Tak seperti finalis Asia sebelumnya, Whulan dikenal tampil percaya diri.
Namanya kompetisi jelas ada persaingan. “Semua perempuan di sana punya tujuan yang sama yaitu menang. Susah terkadang untuk menyatu. Dari antara mereka pasti ada satu yang paling berambisi. Memang tidak mudah tapi aku belajar memiliki jiwa kompetisi – yang sehat pastinya. Terkadang teman bisa jadi lawan. Makanya aku coba memahami perbedaan di sana” pungkasnya.
Berkompetisi di antara para perempuan cantik dari seluruh dunia memang cukup tricky. They have it all – pretty face, smart brain, well attitude. We should think out of the box and dare to push ourselves to be different. Whulan did it all!
“Normal is boring! Aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan. Aku selalu berpikir untuk tampil berbeda agar orang bisa selalu ingat tentang Miss Indonesia,” ungkapnya. “Setiap hari kami jalani empat kegiatan. Empat kali juga aku ganti baju. Pernah bahkan saat cuaca dingin aku malah pakai black leather pants. Can you imagine that? Teman-teman menjuluki aku Diva. Penjaga aku yang telah puluhan tahun menangani Miss Universe malah bilang belum pernah melihat finalis dari Asia yang memiliki rasa percaya diri seperti aku,” ucapnya sambil tertawa ringan. She nailed it! Bahkan salah satu majalah luar sampai membahas daily fashion Whulan.
Selain berhasil menyuguhkan busana segar tiap harinya, Whulan juga berhasil mengambil hati teman-teman satu lantai dengan berdagang. Yes, jiwa berbisnisnya muncul di sana! “Awalnya itu aku ingin memperkenalkan Indonesia lewat batik, rendang, sampai keripik padang. Tapi lama-lama aku capek kasih gratis, jadi aku jual,” kata gadis berdarah Padang ini sambil tertawa lebar. “Di lantai tempat aku tinggal ada 38 orang finalis. Apapun yang mereka butuhkan aku punya dan mereka bisa beli. Ini adalah trik buat menangkan hati juri karena setiap finalis harus menyebutkan satu nama finalis terbaik. Pastinya mereka akan memilih orang terdekat yang memiliki impresi bagus. Terbukti finalis yang selantai denganku hampir semua memilih aku,” tambahnya tersenyum. What a smart move, right Fimelova?
Bukan hanya mampu mencuri hati teman-teman sesama finalis, Whulan juga bisa bikin suasana cair saat penjurian meski ia menjadi finalis paling akhir. “Sedikit deg-degan juga sih karena takut para juri sudah bosan menanyakan hal yang sama. Trik aku untuk bikin mereka rileks dan tertawa ternyata berhasil. Aku dapat pujian mulai dari baju, suara, sampai muka yang kata Steven Tyler mirip Pocahontas,” seru perempuan yang memiliki cita-cita menjadi guru TK ini.
Advertisement
Next
Menangis sebelum tampil bawakan Kostum Reog Ponorogo.
Well, Kurang lengkap rasanya kalau tidak membahas Kostum Reog Ponorogo (terinspirasi dari seni budaya asal Jawa Timur) yang masuk headline Koran Russia dan juga keluar sebagai Best National Costume di urutan ke-4. Ide kostum ternyata tak semata berasal dari Yayasan Puteri Indonesia tapi juga hasil pemilihan Whulan. “Kostumnya cocok dengan karakter aku. Aku perempuan yang keras, seksi, tahu yang aku mau tanpa melupakan budaya yang ada. Di desain awal, tadinya akan pakai long torso dan rok di bawah lutut. Tapi aku ubah karena kepingin menunjukkan kaki aku,” ceritanya.
Kesibukan yang biasa dihadapi para model di belakang panggung peragaan tentu dialami juga oleh Whulan saat membawakan Kostum Reog Ponorogo. “Aku baru diperbolehkan melakukan persiapan tiga jam sebelum show. Semua dilakukan sendiri – makeup dan pakai baju. Berbagai kejutan tak terduga aku alami. Mulai dari hiasan bulu yang susah diatur sehingga perlu aku jahit di beberapa titik sampai mengelem hiasan kepala ayam yang tercopot. Belum lagi rasa cemas karena aku baru sadar hiasan kepala tertinggal di Jakarta sehari sebelum tampil. Untungnya tiba di waktu yang tepat,” cerita perempuan penyuka traveling ini panjang lebar. “Kejutannya belum selesai. Dengan memakai high heels dan kostum seberat 25 kilogram lebih, aku turun tangga tiga lantai. Lengkap sudah! Semua bikin aku mengeluarkan air mata,” ucapnya dengan nada jauh dari sedih melainkan bangga telah melewati masa tersulitnya di Miss Universe.
Di atas panggung semua air mata dan muka sembab tak terlihat. Whulan tampil profesional dan menjiwai Kostum Reog Ponorogo. Ia malah menari kecil di atas panggung, hal berbeda yang tidak dilakukan oleh finalis lainnnya. Kejadian inilah yang mencuri perhatian Koran Rusia dan membuatnya menjadi headline.
Rasanya semua tangisan dan kerja keras yang dilakukan oleh Whulan sangat setimpal dengan prestasi yang ditorehkannya sampai masuk Top 16 Miss Universe 2013. Sayangnya, belum ada finalis Indonesia yang bisa keluar dari zona Top 16. Untuk hal yang satu ini, Whulan coba angkat bicara. “Mungkin permainan bisnis termasuk di dalamnya. Nilai aku kemarin sudah sangat strong. Tapi pada akhirnya Donald Trump yang memutuskan,” komentarnya. “Aku pun sadar terkadang Indonesia menyiapkan orang yang kurang siap “perang”. Bergelut di ajang Miss Universe dibutuhkan persiapan matang. You have to be a fighter there,” pesan Whulan pada penerus selanjutnya. We agree with her opinion. Don’t you think, Fimelova?