Advertisement
Next
‘Gerah’ rasanya mendengar video mesum di kalangan remaja kembali menyeruak di tengah masyarakat. Tahun 2013, sudah lebih dari tiga kejadian muncul dan jadi perbincangan. Yang paling menyita perhatian terjadi pada Oktober lalu.
Advertisement
Dengan cepat, video mesum berdurasi 4 menit yang dilakukan para pelajar SMP di kawasan Sawah Besar, Jakarta menyebar di berbagai sosial media. Sangat miris karena dalam aksinya pasangan yang dikenal sebagai pelajar baik-baik ini terlihat santai dan tertawa ringan meniru salah satu adegan film dewasa. Tidak tampak perasaan malu atau takut menghampiri benak mereka. Tak habis pikir, aksi keduanya ditonton dan direkam oleh lima orang siswi lainnya. Setelah ditelusuri, tindakan tersebut bukanlah yang pertama kali dilakukan melainkan ketiga kalinya.
Menambah jajaran pahit tadi, lagi-lagi polisi menemukan keberadaan sebuah video yang dilakukan oleh kalangan pelajar SMP asal Kediri pada Jumat (8/11) lalu. Video yang berlangsung hampir 20 menit ini, diduga memiliki unsur paksaan dan direkam oleh pihak lain dengan ponsel. Kejadian berlangsung di sebuah titik hutan yang berada di Kecamatan Kepung.
Remaja merekam aksi mesum, memang tidak bisa dibilang langka terjadi di Indonesia. Bila diketik dalam situ pencarian seperti google, sepanjang kurun waktu dua tahun belakangan beragam kasus serupa terjadi dalam sejumlah kota lain seperti Aceh, Banyuwangi, Tegal, dan Medan.
Melirik ke negara seberang, bulan Oktober 2013 lalu kasus mengenai pemerkosaan dua gadis SMA kota Missouri sempat menghebohkan Amerika. Daisy dan sahabatnya direkam saat diperkosa oleh beberapa kakak kelas. Sebenarnya, kejadiannya berlangsung di tahun 2012 dan sudah dilaporkan ke pihak berwajib. Namun, salah satu keluarga pelaku memiliki kekuatan untuk menutup kasus tersebut. Keberanian Daisy membuka mulut membuat kasus ini menjadi sorotan kembali.
Sebanyak 97 % Remaja Indonesia Pernah Nonton Video Porno
Fenomena apa yang sebenarnya sedang terjadi belakangan? Kecenderungan remaja membuat video mesum menurut dr. Mira D. Amir, Psi dari LPT UI disebabkan oleh dua hal.
Pertama, penyalahgunaan teknologi yang terjadi di usia remaja. Kalau diperhatikan, remaja zaman sekarang sudah sangat melekat dengan gadget. Jangankan para pelajar, anak usia lima tahun saja sudah merengek minta dibelikan tablet atau smart phone terbaru. Dalam kondisi ini, orang tua memang memiliki kontrol paling besar. Mira memberi saran, sebaiknya para orang tua membuat kesepakatan dengan anak akan aturan dan tanggung jawab penggunaan gadget sebelum memberi.
Selanjutnya adalah experimental sexual behavior. Umumnya, di usia belasan remaja mengalami pubertas dan perubahan secara biologis. Inilah masa di mana remaja coba mencari tahu tentang orientasi sex mereka. Dengan teknologi di depan mata, orang tua sering kali menjadi pilihan terakhir para remaja untuk bertanya. “Sebagian orang tua dan guru masih kebingungan untuk menjelaskan dengan tepat. Sementara itu teknologi informasi kian cepat melaju dan semakin mudah di dapat. Kejadian ini membuat sebagian orang tua dan guru tidak siap,” ungkap Mira. Banyak dari remaja justru mencari pelampiasan lewat internet. Rasa penasaran menggiring mereka akhirnya pada dunia pornografi. Sayangnya, sebagian dari mereka justru praktek sebelum menikah, Fimelova.
Next
Pendapat Mira soal pemicu kenekatan para remaja merekam video mesum ternyata tak jauh berbeda dengan pandangan para pembaca Fimela. “Menurut aku teknologi internet sekarang memungkinkan para remaja mencari apa yang mereka mau, tanpa tahu mana yang benar atau salah,” ungkap Fitri yang bekerja sebagai pustakawan. Pendapat lain juga dikemukan oleh Swita, reporter salah satu media cetak. “Para remaja ini korban ketiadaan komunikasi yang terbuka mengenai pendidikan seks. Mereka belum matang secara mental untuk memutuskan mana yang benar dan salah,” ucapnya menggebu-gebu.
Mira menduga para remaja sepertinya telah terlebih dahulu mengenal dunia pornografi sebelum pada akhirnya menjadi pelaku. Well, catatan terbaru dari Komisi Nasional Perlindungan Anak menyatakan sekitar 97 persen dari 4.500 anak usia remaja mengaku pernah menonton video porno. Penelitian dilakukan di 12 kota besar di seluruh Indonesia.
Agar mengurangi tingkat kejadian yang sama di masa mendatang, sudah sebaiknya kualitas komunikasi mulai dilakukan dengan benar, Fimelova. “Komunikasi sangat penting sebagai tindakan pencegahan atas kenakalan remaja termasuk pornografi,” ujar Mira. Saat anak bertanya seputar seks atau hal lain, orang tua atau guru sebaiknya mendengarkan dan bukan langsung panik.
Mira menambahkan masalah pornografi bukan hanya tanggung jawab satu pihak saja melainkan semua pihak. Mulai lingkup terkecil sampai terluas. “Sering kali malah sebagian public figure tidak sadar akan tindakan mereka. Para remaja, bisa saja dengan mudah meniru panutan (public figure) mereka,” ucap Mira. Tentang hal tersebut memang sudah banyak contoh buruk yang terjadi. Masih ingat , kan, gonjang-ganjing kasus video porno yang menjerat Ariel, Luna Maya, dan Cut Tari? Belum lagi kasus video Yahya Zaini yang kala itu menjabat sebagai anggota DPR selingkuh dengan Maria Eva. Paling teranyar berita seorang pejabat BUMN Kabupaten Garut beradegan mesum dengan seorang mahasiswi mencuat Kamis (7/11) lalu. Well, sepertinya ancaman penjara maksimal 10 tahun yang telah ditetapkan di UU Pornografi kurang mengancam para oknum pembuat video mesum. Mungkinkah sanksi pidana juga perlu diterapkan kepada para pelajar agar benar-benar memberikan efek jera dan pembelajaran bagi pelajar lainnya?