Advertisement
Next
Ginjal demi ijasah
Kemarin (26/6), masyarakat dihebohkan dengan seorang ayah dan juga puterinya yang memegang sebuah papan di Bundaran Hotel Indonesia yang bertuliskan ‘Kepada Saudara yang butuh ginjal, kami siap jual.’ Adalah Sugiyanto, seorang ayah yang berprofesi sebagai tukang jahit yang rela merupiahkan ginjalnya demi selembar ijasah anaknya.
Sugiyanto membanderol ginjalnya dengan seharga ijasah puterinya, 17 juta rupiah. Ayu, puteri Sugiyanto yang menempuh pendidikan SMP dan SMA di Pondok Pesantren Al Asriyah Nurul Iman tidak bisa mendapatkan kertas ijasah pendidikan SMP dan SMA. Pihak pesantren mengharuskan orangtua Ayu membayar 17 juta rupiah untuk bisa menembus kedua ijasah tersebut.
Advertisement
Tamparan yang cukup keras rasanya untuk para pembuat kebijakan di Ibukota. Seketika, social media pun diramaikan dengan kejadian ini. Sugiyanto, sang ayah, mengatakan bahwa pemungutan biaya ini baru dilaksanakan sejak terjadinya pergantian pengurus pesantren. Bahkan, sebelumnya Siguyanto juga dimintai 70 juta rupiah sebagai timbal balik atas biaya hidup Ayu sejak tahun 2005. Aksi Sugiyanto mengundang simpati berbagai pihak, termasuk Jokowi. Gubernur Jakarta itu membuka tangan untuk membantu Sugiyanto.
Namun, hingga detik ini belum ada kabar selanjutnya dari pihak terkait, Kemendiknas atau Ponpes terhadap aksi Sugiyanto. Mungkinkah pemerintah dan pihak terkait tutup mata dan membiarkan Sugiyanto melanjutkan aksinya atau mungkin melakukan tindakan tegas terhadap pihak Ponpes? Karena menurut kabar yang beredar, Sugiyanto pernah mengadukan nasibnya 3 bulan lalu kepada pihak Komnas HAM, Kemendiknas, dan Kementeriaan Agama, tapi belum juga ada tanggapan positif yang ia dapat.
Ginjal demi gadget
Aksi jual ginjal bukan baru terjadi sekali ini. Tahun 2011 lalu, dunia digegerkan dengan aksi remaja di Cina yang juga menjual ginjal mereka. Berbeda dengan Sugiyanto yang menjual ginjal demi menebus ijasah anaknya, remaja Cina jutsru menjual ginjal mereka demi gadget terbaru keluaran Apple. Inc.
Seorang ibu di Cina mendapati kenyataan bahwa puteranya telah menjual ginjalnya. Sebuah iPad dan iPhone pun hadir sebagai pengganti ginjal yang hilang. Yes, uang hasil menjual ginjal digunakan lelaki bernama Wang Shangkun untuk membeli produk terbaru dari Apple. Inc. yang pada saat itu memang tengah booming.
Next
Atas tindakannya, Wang harus menghadapi hukum karena dinilai terlibat dengan perdagangan organ tubuh illegal. Uang senilai USD3.500 pun diterima Wang atas ginjalnya. Dua buah produk terbaru yang dilahirkan Steve Jobs ternyata tidak membuatnya lebih baik.
Tahun lalu, ketika Wang harus menghadiri pengadilan, ia mangkir karena menurut sang ibu kesehatan Wang terus menurun. Kesehatan Wang semakin memburuk karena ia mengalami penurunan fungsi ginjal dari waktu ke waktu. Dan ternyata, bukan hanya Wang yang menjual ginjal demi sebuah iPad, cukup banyak remaja lain di Cina yang merelakan ginjal mereka untuk ditukar dengan komputer tablet.
Buah zakar demi liburan
Sedangkan di Kolombia, kasus penjualan organ tubuh ekstrim pun terjadi beberapa waktu lalu. Seorang lelaki, menjual buah zakarnya untuk mengumpulkan uang demi liburan ke Eropa yang ia idamkan. Bukan orang biasa, Rafael Medina Brochero, 52, merupakan seorang penyair yang telah melahirkan 11 buah buku selama 35 tahun perjalanan kariernya rela memberikan sepasang buah zakarnya untuk mereka yang bersedia meng-cover biaya perjalanannya ke Eropa.
Masih simpang siur nominal yang diinginkan Media untuk sepasang buah zakarnya, ada sumber yang menyebutkan ia menjual buah zakarnya untuk USD20.000 ada juga yang mengabarkan ia menjual alat kelaminnya seharga USD200.000. Dia mengklaim bahwa tindakannya ini sebagai salah satu usaha untuk menyebarkan puisi-puisinya di seluruh dunia, terutama Eropa.
Tahun lalu, ketika bangkrut, Medina harus melanggar hukum di beberapa negara bagian Amerika dan menjual cincin pernikahannya demi mempublikasikan puisinya. Dan ide gila menjual buah zakar pun diakuinya muncul atas pengalamannya tahun lalu. Hm, berniat ingin membantu menyebarkan puisi-puisi Medina ke seluruh penjuru Eropa, Fimelova?