We love u Tata (father). Itulah salah satu bunyi poster yang dibawa anak-anak sekolah di luar Rumah Sakit Jantung Mediclinic Pretoria tempat Mandela dirawat intensif, selain bunga, kartu ucapan, balon, lukisan yang memenuhi gerbang. Hingga saat ini, makin banyak orang berkumpul untuk ikut mendoakan tokoh anti-apartheid yang kini berusia 94 tahun itu, sementara keluarga tengah mempersiapkan upacara perpisahannya dan mengadakan doa bersama agar Nelson bisa pergi dalam damai.
Mandela diperkirakan tak akan sempat merayakan ulang tahunnya yang ke-95 pada 18 Juli mendatang karena sejak dilarikan ke rumah sakit pada 8 Juni lalu, kondisinya terus menurun. Infeksi paru-paru yang kian parah ini memang sudah diderita Mandela sejak 27 tahun lalu, sejak dirinya menjadi tahanan di Pulau Robben, tempat para tokoh anti-apartheid diasingkan. Beberapa pertemuan keluarga sudah lakukan untuk menentukan waktu pencabutan alat bantu pernapasan yang selama ini menopang hidup Mandela.
Advertisement
Peraih Nobel itu telah mundur dari hadapan publik sejak satu dekade lalu, tapi jasanya tak berhenti dikenang. Empat tahun setelah kebebasannya, Mandela mencuri hati rakyat dan berhasil menduduki kursi presiden untuk masa jabatan 1994 sampai dengan 1999, dan melakukan banyak perubahan. Momen terpilihnya Mandela pun menjadi tanda pesta demokrasi baru saja dimulai. Setelah menyelesaikan tugasnya, Mandela memilih aktif mengampanyekan AIDS ketimbang berkecimpung di dunia politik.
Atas pilihannya itu, tak sedikit rakyat mengatakan Mandela sudah melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Itu sangat cukup. Waktunya bagi Afrika Selatan menikmati dan mempertahankan apa yang sudah Mandela berikan. Sementara bagi Mandela, kini saatnya untuk kembali berjuang, tapi bukan untuk rakyat. Kali ini untuk dirinya sendiri.