Advertisement
Next
Tidak sedikit universitas memberikan gelar kehormatan pada tokoh-tokoh yang mereka nilai telah memberikan perubahan dan kontribusi pada masyarakat, sesuai dengan keahlian masing-masing. Mulai dari aktor, aktivis, masyarakat sipil, hingga kepala negara pun mengisi daftar penerima gelar kehormatan.
Bulan lalu, aktor Hollywood sekaligus sutradara film yang penuh kontroversi Argo, Ben Afflek menerima gelar kehormatan Doctor of Fine Arts (DFA) dari Universitas Brown, Massachusetts, Amerika. Ben dinilai telah berkontribusi pada dunia film dan kemanusiaan. Film Argo yang ia sutradarai rupanya bukan hanya membuat Ben mengantongi beberapa penghargaan pada ajang Oscar tapi juga membuat Universitas Brown memberikan Doctoral Honoris Causa pada suami Jennifer Garner ini.
Bulan Juni, giliran Oprah Winfrey yang menerima gelar penghargaan atas kontribusinya di masyarakat. Salah satu universitas terkemuka di dunia, Universitas Harvard, memberikan gelar kehormatan pada si empunya acara talkshow Oprah. Gelar kehormatan ini diterimanya atas gebrakan nyata Oprah dalam bidang kemanusiaan. Bahkan, Oprah’s Angel Network yang ia bangun sejak 1998, telah berhasil mengumpulkan dana lebih dari USD70 juta dan membangun lebih dari 50 sekolah yang tersebar di 13 negara.
Advertisement
Tahun ini bukan hanya milik Ben dan Oprah...
Next
Tahun ini bukan hanya milik Ben dan Oprah. Hingga pertengahan tahun 2013, Presiden kita, SBY, telah menerim 2 buah gelar kehormatan dari Universitas Nanyang dan Tsinghua. Sejak kali pertama menerima gelar kehormatan, 2005, hingga saat ini, Presiden SBY telah menerima 7 buah gelar kehormatan dari berbagai universitas dan juga dari negara sahabat.
Tahun lalu, 2012, Presiden SBY mendapat gelar khusus dari Ratu Elizabeth II. Gelar ‘Knight Grand Cross in the Order of the Bath’ diterima SBY akhir tahun 2012 lalu, kabarnya gelar yang diberikan kepada Presiden kita ini merupakan gelar paling tinggi dari tingkatan gelar Order Bath yang ada. Penghargaan ini hanya diberikan kepada mereka yang memiliki prestasi menonjol baik dari kalangan militer maupun masyarakat sipil. Gelar tertinggi ini kali pertama diberikan kepada Raja George I pada 1725. Dengan gelar ini, Presiden SBY bisa dipanggil dengan sapaan Sir SBY.
Rupanya pihak luar melihat banyak perkembangan yang sangat besar atas kepemimpinan SBY selama 2 dekade. Buktinya, SBY menjadi satu-satunya Presiden RI dengan gelar kehormatan terbanyak. Gelar atas perannya menjaga kestabilan ekonomi dan politik, dalam bidang pangan, kepemimpinan dan pelayanan publik, serta gelar dalam pemimpin perdamaian, telah dikantongi SBY selama 10 tahun menjabat sebagai Presiden RI. Tak hanya berhenti di situ, April lalu, Raja Jordania pun kabarnya mengundang langsung Presiden SBY untuk menerima gelar kehormatan yang akan diberikan oleh Universitas Yarmouk dalam bidang perdamaian, terutama dalam Islam.
Mulai dari negara sahabat, Inggris, hingga berbagai universitas bergengsi dari luar negeri, memberikan gelar kehormatan atas usaha dan perubahan yang dilakukan oleh SBY pada masyarakat. Tidak tanggung-tanggung, 7 buah gelar telah dikantongi dan bukan tidak mungkin akan berkembang lagi menjadi 8, 9, 10, dan lainnya. Tapi mengapa, justru masyarakat belum bisa merasakan perubahan dalam bidang pangan, ekonomi, dan perdamaian di NKRI?
Mungkinkah masyarakat, termasuk saya, cukup buta atau mungkin terlalu menutup mata untuk bisa melihat kontribusi yang diberikan Presiden SBY pada Indonesia? Entah mengapa, di satu sisi ketika dunia melihat potret positif dari kepemimpinan seorang SBY, namun justru di dalam negeri rasanya cukup banyak masalah internal yang belum terselesaikan, mulai dari masalah perdamaian, ekonomi, hingga pangan. Ironis, saat masalah dalam bidang-bidang tertentu belum bisa diselesaikan, justru negara lain melihat keberhasilan sosok SBY dalam bidang tersebut.