Advertisement
Next
Perebutan Hak Asuh Anak
Melihat ke belakang, ada Tamara Bleszynski, Maia Estianty, Yulia Rahman, dan banyak lagi pasangan selebriti lain yang menempuh jalan perceraian dan berbuntut pada perkara perebutan hak asuh anak. Bagaikan “estafet”, masalah itu kini juga menyambangi Venna Melinda. Ia mengaku kesulitan untuk bertemu dengan putra keduanya, Attala, setelah memutuskan berpisah dari suaminya selama 18 tahun, Ivan Fadilla. Maternal instinct Venna terusik dengan terhambatnya frekuensi pertemuan dengan anak-anaknya. Jalan damai untuk meminta pada calon mantan suaminya sudah ia tempuh, namun nggak memberi hasil yang menyenangkan. Hingga akhirnya, Venna memberanikan diri duduk dan berbicara di depan banyak wartawan tentang kesulitannya untuk dengan kedua putranya.
Advertisement
Dari sinilah terbuka banyak cerita kalau perceraian Venna-Ivan tak jauh berbeda dengan perceraian pada umumnya yang tersandung masalah perebutan hak asuh. Venna pun memaparkan kekecewaannya pada sang suami kalau kurang berusaha untuk mendekatkannya dengan kedua puteranya. Ternyata, cara Venna memang berhasil mempertemukannya dengan buah hati. Namun, itu diikuti dengan satu janji, yaitu ia nggak akan banyak bicara lagi kepada media tentang masalah pribadinya, terutama soal perceraian ini. Katanya, ia nggak ingin perceraian ini berefek buruk pada perkembangan jiwa anak-anaknya bila terlalu diumbar kepada publik. Venna pun tampaknya juga nggak ingin prroses peceraiannya “dikotori” dengan momen berbalas pantun khas keributan rumah tangga figur publik.
Next
Woman empowerment
Atau bisa diartikan sebagai emansipasi, ini sangat terjadi di perceraian Venna. Selain memperjuangkan hak asuh anak-anaknya, berkali-kali wakil rakyat tersebut mengatakan kalau ia membela haknya sebagai perempuan untuk dihormati. Sambil, ia membuktikan bahwa mampu tegar berdiri sendiri. Seperti, saat ia menolak untuk menaiki mobil pemberian Ivan setelah ia mengetahui kalau dalam tuntutan yang diajukan suaminya terdapat poin pembagian harta gono-gini. Atau, ketika ia mengajukan empat syarat yang memungkinkan mereka bisa bersatu kembali. Tak dijelaskan secara jelas apa detail tersebut. Tapi lagi-lagi, Venna menekankan kalau ia sebagai perempuan ingin dihargai dan berani untuk menuntut itu. Termasuk, keberaniannya untuk keluar dari zona nyaman rumah tangganya dan memutuskan bercerai.
Hal ini menarik sebenarnya, karena menurut statistik yang terjadi di Amerika pada tahun 2011, 57% perempuan berinisiatif untuk mengajukan perceraian, sementara 79% suara setuju kalau perceraian akan dengan bulat diambil bila mengetahui suami mereka berselingkuh. Terlepas dari apa penyebab perceraiannya, Venna sebagai perempuan ingin memperlihatkan bahwa ia kuat. Memang bukan cara yang menyenangkan untuk membuktikan hal tersebut, tapi paling tidak kita perlu lihat dulu sisi positif dari carut-marut masalah rumah tangga ini. Yaitu, keberaniaannya untuk tetap berdiri menghadapi cobaan ini dengan sebaik mungkin. Bercerai dengan jalan tertutup saja sudah berat, apalagi seperti Venna yang juga harus melayani pertanyaan dan penilaian publik tentang keputusannya bercerai. Pada akhirnya, kita hanya bisa berkata, kalau itulah risikonya terkenal. Senang, susah, dinikmati bersama.