Advertisement
Next
Tony Stark menangis
“Iron Man 3” bisa dibilang menjadi sekuel yang memperlihatkan kepada penggemarnya bahwa Tony Stark, sanga tokoh utama, tetaplah manusia biasa dengan kelemahan yang ia sendiri tak bisa melawannya. Film dibuka dengan cerita kilas balik Tony di akhir tahun 1999. Ia mengisahkan betapa egois, ceroboh, dan “jahat”nya Tony kepada banyak orang yang akhirnya menciptakan musuh untuk dirinya. Lalu, hal tersebut dikaitkan dengan memori buruknya atas pertarungan sengit yang dilakukannya bersama The Avegers melawan Loki, yang memporakporandakan kota New York. Kedua hal tersebut, lalu seperti menyerang Tony setiap saat hingga membuatnya paranoid dan tak bisa tidur berhari-hari.
Advertisement
Paranoid ini juga turut menggoyahkan hubungannya dengan Pepper Potts (Gywneth Paltrow) yang merasa Iron Man sebagai gangguan, bukan lagi superhero penyelamat. Tony juga kerap mengalami serangan panik setiap kali diingatkan peristiwa di New York. Belum lagi ditambah dengan serangan terorisme dari figur bernama Mandarin dan tokoh antagonis yang sakit hati dengannya, Aldrich Killian (Guy Pearce). Sedari awal, musuh Tony memang adalah orang yang punya dendam dengannya. Namun, khusus ketika menghadapi Killian, ilmuwan yang ia campakkan dan sakit hati, menjadi musuh yang paling menyentuh hatinya hingga membuatnya berkomitmen untuk berubah jadi orang yang lebih baik. Banyak adegan dimana Tony tak kuasa mencegah matanya untuk berkaca-kaca, sehingga menonton film ini bagaikan mendapatkan paket combo. You can get the action scenes and dramatic tempest at the same time.
Next
Gwyneth Paltrow mencoba merebut posisi Robert Downey Jr.
Entah apakah ini terkait dengan keputusan Paltrow untuk menjadikan “Iron Man 3” sebagai sekuel terakhirnya, tapi aktris yang paling dibenci di tahun ini memang terlihat sedikit berusaha stand out. Di seri sebelumnya, Paltrow diistilahkan sebagai pelengkap cerita hidup Stark dan Iron Man, namun ia diposisikan sebagai pihak yang lemah dan perlu dilindungi setiap saat. Namun, khusus untuk sekuel ini, Paltrow secara mengejutkan diposisikan cukup sentral dan mendapat slot adegan laga yang memamerkan perut six packs dan ketagguhan ala superhero. Potts yang menjadi target Killian, banyak berkontribusi dalam misi Iron Man untuk membereskan situasi. We can’t tell you much, but the clue is, Paltrow did some kick ass moves and it looked good!
Advertisement
Next
Cyborg, zombie, dan hantu bersatu!
Jadi, siapa yang dilawan oleh Stark dan Iron Man di seri ini? Selain figur Mandarin yang meneror Amerika Serikat dengan pengeboman dahsyat, ada juga makhluk kreasi Maya Hansen –mantan teman semalam Stark-bernama Extremis yang dikembangkan oleh Killian untuk menjadi anak buahnya. Extremis ini awalnya adalah manusia biasa, kebanyakan adalah mantan tentara yang cacat akibat berperang. Dengan teknologi berbasis panas, Extremis lalu menjadi manusia super yang menjadi tentara untuk Killian. Dari semua musuh Iron Man yang pernah ada, Extremis cukup mengerikan, karena seperti kombinasi cyborg, zombie, dan hantu yang immortal dan tak mudah dibunuh. Extremis sesekali juga mengingatkan kita pada Terminator era Arnold Swachzenegger dimana robot kreasi manusia di masa depan malah mengancam manusia di zaman sekarang dan menjadi predator tak terkalahkan.
Next
Terorisme kembali jadi bahan bercanda Hollywood
Selalu ada saja cara Hollywood untuk kembali mengingatkan dunia bagaimana negara mereka diteror oleh terorisme. Bahkan, untuk seri Iron Man kali ini. Timur Tengah tetap menjadi negara utama yang dikambinghitamkan untuk segala bentuk terorisme. Ledakan terjadi di mana-mana, korban terus berjatuhan, pembajakan siaran televisi Nasional, hingga ancaman langsung kepada Amerika dan presidennya dari Mandarin, sosok teroris yang ditakuti. Namun nyatanya, Shane Black sebagai sutradara masih punya rasa humor juga, sehingga memberi twist tersendiri untuk soal terorisme ini. Malah terkesan, masalah ini sudah resmi dijadikan bahan lelucon dan ditertawakan bersama-sama. Terlepas dari nilai kemanusiaan yang terlibat langsung pada masalah terorisme, insight yang ditunjukkan dalam film ini perlu dijadikan bahan pertimbangan. Apakah benar sosok yang selama ini ditunjuk sebagai biang dari rasa takut, memang dalang dari semua kejadian? Atau jangan-jangan, sosok tersebut hanya aktor yang dimainkan oleh pihak tertent?. Penasaran? Bila minggu lalu kamu belum sempat menonton”Iron Man 3”, kami sarankan untuk segera menontonnya agar tahu apa yang kami maksud.
Advertisement
Next
The Iron Man’s jokes just keep getting better!
Inilah poin terbaik yang menjadi nilai jual Iron Man selain ketampanan Robert Downey Jr. atau aksi canggih yang disiapkan Marvel ketika memfilmkan komik mereka. Rasanya, nggak ada sosok pas lain yang bisa menghidupkan karakter Stark yang nyeleneh dan ceroboh selain Robert. Ia juga nggak akan dikagumi seperti sekarang ini bila tak berhasil menghibur penontonnya dengan akting memukau… dan lelucon dengan kadar lucu yang pas. Itu semua bisa didapatkan kembali di “Iron Man 3” ini. Sempat ada kekhawatiran kalau sekuel Iron Man akan kehilangan charm-nya dibanding seri sebelumnya. Apalagi, dari segi sutardara Jon Favreau undur diri dari kursi sutradara dan hanya menampakkan sedikit performanya dibanding dengan seri sebelumnya. Nyatanya, kekhawatiran kami tak beralasan, karena “Iron Man 3” tetap berhasil menjadi film yang punya alur cerita kuat, penokohan yang pas, dan unsur humor tak berlebihan. All in one package.