Advertisement
Next
Banjir besar yang melanda Jakarta di awal tahun ini pastinya masih menempel dan teringat dengan jelas dalam ingatan kita. Jakarta yang katanya memang erat dengan ‘banjir’, kali ini benar-benar lumpuh total. Tanggul jebol dan waduk yang meluap membuat Ibukota benar-benar lumpuh total.
Jalan utama, seperti Jalan Jendral Sudirman dan Bundaran Hotel Indonesia berubah layakya kolam akibat tanggul jebol. Bahkan, Istana Negara yang terdapat di Jalan Merdeka Barat pun harus terendam banjir padahal saat itu Presiden sedang menerima tamu kenegaraan. Bukan hanya warga Jakarta yang menyoroti banjir kali ini, seluruh daerah di Indonesia, serta sebagian warga dunia pun menaruh perhatian pada banjir besar yang melumpuhkan Ibukota selama 2 hari ini. Melalui akun resmi instagramnya, National Geography pun memotret fenomena banjir Jakarta.
Next
Lepas hujan, warga Jakarta dipaksa harus menerima kondisi jalan berlubang. Dari tahun ke tahun siklus seperti ini harus kembali terulang dan lagi-lagi warga harus bersabar. Kondisi jalan berlubang menyebabkan kemacetan parah dan yang paling buruk hingga memakan korban.
Banjir besar yang melanda Jakarta awal tahun ini menyebabkan 4.700 titik jalan berlubang di Jakarta Barat. Sekitar 6,5% dari total jalan di Jakarta seluas 44,3 juta meter persegi mengalami kerusakan. Saat membuat tulisan ini, saya pun nyaris menjadi korban, terjungkal dari motor akibat jalan rusak di Jalan Sudirman. Wakil Gubernur baru Jakarta, Ahok meminta Dinas PU untuk segera memperbaiki jalan rusak, bahkan ia mengancam akan mencopot kepala Dinas PU jika tidak beres membereskan masalah jalan rusak dengan cepat. Sebagai gambaran, di Kampung Nagrak Desa Nagrak Kecamatan/Kabupaten Cianjur, warga menanami jalan-jalan berlubang di sepanjang Jalan KH Abdullah bin Nuh dengan pohon pisang. Aksi ini merupakan sebagai bentuk protes warga terhadap pemerintah daerah mereka.
Advertisement
Next
Ada dua jenis jalan yang biasa kita temui, yakni jalan aspal dan juga jalan beton. Bingung membedakan yang mana jalan beton dan yang mana jalan aspal? Jalan aspal adalah jalan yang biasa kita lewati sehari-hari, dengan permukaan warna hitam. Sedangkan jalan beton adalah bentuk jalan yang digunakan di jalur Transjakarta dengan permukaan berwarna abu-abu.
Mayoritas jalan di Jakarta dibuat dengan menggunakan jalan aspal. Menurut sebuah tulisan yang terdapat dalam Image Bali Architect dan Contractor, jalan beton memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan jalan aspal, yakni mampu menahan beban yang lebih berat, tahan terhadap genangan air dan banjir, serta biaya perawatan yang lebih murah. Namun memang dalam tahap pembuatannya, jalan beton memerlukan biaya yang sedikit lebaih besar dari jalan aspal dan memerlukan pengawasan yang ekstra ketat. Sebab, sedikit saja lengah dalam pembuatan, jalan beton bisa rusak. Selain itu, Kepala Bidang Pemeliharaan Jalan dan Jembatan, Dinas PU DKI Jakarta Maman Sukarman mengatakan bahwa memang perbaikan jalan menggunakan sistem beton membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan hotmix (aspal) yang biasa dilakukan.
Next
Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta, Zainuddin berpendapat bahwa solusi untuk masalah jalan berlubang di Jakarta adalah dengan membuat jalan beton. Kepala Suku Dinas Pekerjaan Umum (PU) Jalan Jakarta Selatan, Yayat Hidayat, mulai melakukan betonisasi di beberapa jalan rusak di Jakarta Selatan. Yayat mengatakan akan ada sekitar 49 titik di daerah Jakarta Selatan yang akan segera dibetonisasi. Namun, entah kapan titik-titik rawan jalan berlubang lainnya akan mendapat penanganan yang sama.
Sebagai warga yang berhak mendapatkan jaminan perlindungan dari pemerintah pastinya kita berhara pemerintah segera cepat tanggap menangani jalan-jalan berlubang di Jakarta secara menyeluruh. Entah jalan aspal atau jalan beton, yang jelas warga sudah jenuh harus terus berhadapan dengan jalan berlubang setiap kali musim penghujan berakhir. Haruskah menunggu banyak korban jatuh hingga akhirnya pemerintah mau memberi perhatian khusus pada permasalahan jalan berlubang?