Sukses

Entertainment

Tak Sekadar Pesan Moral, 'Habibie & Ainun' Juga Sarat 'Titipan' Komersial

Next

habibie & ainunSepanjang tahun 2012 hingga awal tahun 2013 ini cukup banyak film menarik yang muncul di bioskop dan menanti untuk dinikmati para pencinta film Tanah Air. Trailer-trailer yang menarik pun dikeluarkan untuk memancing rasa penasaran penonton. Namun, tidak jarang banyak penonton yang merasa “terjebak” dan akhirnya kecewa usai menonton. Salah satu hal detail yang cukup mengganggu estetika dan isi sebuah film adalah dengan hadirnya pesan sponsor dari para pihak pemberi dana.

Adalah Habibie & Ainun film Indonesia yang sangat dinantikan penayangannya di bioskop. Sejak kali pertama rilis pada tanggal 12 Desember 2012 hingga saat ini awal tahun 2013, film Habibie & Ainun sudah berhasil menjaring sekitar 3.154 juta pencinta film Indonesia. Nama mantan Presiden RI, Habibie, yang menjadi judul film tersebut sukses membuat film yang disutradarai oleh Faozan Rizal bisa bertahan di bioskop hingga awal tahun ini.

Next

habibie & ainunNamun sayang, cerita yang terinspirasi dari buku memoar yang ditulis langsung oleh Pak Habibie tersebut seolah dirusak dengan hadirnya peletakan pesan sponsor yang seolah hanya sekadarnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam pembuatan film akan memerlukan dana yang cukup besar dan tentunya kehadiran pihak penyokong dana sangat dinantikan oleh para produser film. Akan tetapi, estetika film sudah pasti harus menjadi fokus perhatian yang utama.

“Saya menonton film Habibie & Ainun karena memang penasaran terhadap jalan ceritanya yang terinspirasi oleh kisah hidup Pak Habibie. Secara keseluruhan, saya suka jalan ceritanya yang cukup menyentuh. Tapi jujur, saya cukup terganggu dengan kehadiran iklan-iklan sisipan dalam film yang peletakannya tidak memerhatikan keselarasan dengan isi film. Seolah-olah para pembuat film tidak memerhatikan detil. Yang paling mengganggu saya adalah ketika salah satu anak Habibie masuk dan memberikan sekotak cokelat pada Habibie. Cokelat tersebut masuk begitu saja dan diletakkan di atas meja tanpa ada adegan lanjutan dari adegan pemberian cokelat. Dan apakah memang cokelat tersebut sudah ada pada masa yang sedang diceritakan di dalam film? Detil-detil seperti inilah yang sepertinya tidak diperhatikan, sedangkan untuk penonton film yang menikmati film tidak hanya “sekadarnya”, kejanggalan ini cukup mengganggu dan mengurangi nilai film secara keseluruhan,” Silvy, 25, Editor.

Next

habibie & ainunPengemasan pesan sponsor dalam sebuah film memang selayaknya diperhatikan para pembuat film karena dengan masuk ke dalam film artinya pesan sponsor merupakan bagian film yang pastinya harus selaras dengan keseluruhan cerita. Salah satu film Indonesia yang juga terasa pesan sponsornya adalah film Modus Anomali garapan Joko Anwar. Namun sisipan pesan sponsor tidak terasa dipaksakan karena masih sejalan dengan alur cerita.

“Sejauh ini, ada beberapa film Indonesia yang mengandung pesan sponsor yang terlalu dipaksakan. Di Bawah Lindungan Kabah dan Habibie & Ainun yang memasukkan produk cokelat dan kacang. Kenapa? Karena kemasan dan logika pada tahun yang terdapat dalam cerita tidak masuk dan terlihat dipaksakan. Ada juga Garuda Di Dadaku yang memasukkan produk sabun secara frontal. Tapi, bukan hanya film Indonesia yang mengandung pemaksaan pesan sponsor dalam film, Transformer 3 juga cukup banyak product placement di sana. Ada juga film dengan penyampaian produk pesan secara halus, misalnya saja film Arisan 2 yang memasukkan produk handphone, es krim, dan cat; serta Skyfall yang memasukkan produk bir dan jam,” Nana, 25, Marketing & Communication Muvila.com.

Next

habibie & ainun“Dari produser saya, saya belajar bahwa salah satu cara untuk bertahan “hidup” adalah dengan membuat variasi yang mendatangkan banyak penonton. Dan dalam membuat sebuah film kita sudah harus bisa membaurkan antara sisi komersil dan idealis. Karena menurut saya nggak ada salahnya juga kita memikirkan sisi komersial untuk menghidupkan film kita,” ujar Chairunnisa, sutradara muda Purnama Di Pesisir.

Tidak bisa dipungkiri bahwa dana yang datang dari pihak sponsor memang sangat diperlukan oleh para pembuat film mengingat cukup besar dana yang dibutuhkan untuk memproduksi sebuah film. Tapi, akan lebih bijak lagi jika para film maker lebih bijak menyaring sponsor dan mencari akal agar keselarasan film tidak dirusak oleh sekadar penempatan produk yang nggak pas. So, nggak akan ada lagi penempatan produk terbaru dalam cerita flashback atau produk yang muncul dalam adegan yang sama sekali tidak ada keterkaitan. Jangan sampai hal-hal seperti ini malah menurunkan animo penikmat film untuk menonton film Indonesia mengingat apa yang dikatakan oleh Lala Timothy bahwa film di Indonesia masih belum menjadi industri jadi satu-satunya cara untuk mengembalikkan modal film lewat jumlah penonton yang menyaksikan sebuah film di bioskop.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading