Advertisement
Next
Verbal bullying? Saya tahu benar bagaimana sakitnya menerima perlakuan itu. Saya ingat, peran saya sebagai homoseksual di film “Arisan!”, membuat beberapa orang berspekulasi dan berkomentar kalau jangan-jangan saya benar seperti peran yang bawakan. Jangan-jangan saya memang gay atau bisa jadi biseksual. Hal itu pun lalu ditambah juga dengan gosip yang mengatakan kalau saya sedang menjalin hubungan dengan laki-laki. Itu jujur menyakitkan, apalagi bertepatan dengan momen perceraian.
Tapi, daripada saya menganggapnya terlalu serius, ini justru jadi kabar baik untuk saya, karena tandanya saya sudah berhasil memerankan karakter tersebut dan terlihat meyakinkan untuk yang menontonnya. Saya nggak mau terikut dengan arus negatif gosip tersebut, apalagi membalasnya dengan kata-kata kotor juga. Saya cukup mengambil sisi positif dari kejadian ini dan nggak menjadikan itu masalah untuk saya. Ya, gosip adalah bentuk verbal bullying untuk saya yang bekerja di dunia hiburan. Saya sudah menjadi milik publik dan memang benar ada usaha beberapa pihak yang ingin menjatuhkan saya dengan gosip negatif.
Advertisement
Sudah mengetahui kalau tidak semua orang baik, cara yang paling mungkin saya lakukan untuk memutus siklus verbal bullying yang terjadi di kehidupan di sekitar saya adalah dengan selalu berbuat baik untuk diri sendiri, keluarga saya, dan Tuhan. Dengan terus mengingat itu, saya hingga saat ini selalu bisa melihat sebuah kejadian dari sudut pandang positif dan menanggapinya dengan cara yang baik. Cara lainnya adalah, saya terpacu untuk menjadi orang yang lebih baik.
Next
Saya menilai diri saya sendiri sebagai orang yang sangat memikirkan setiap kata yang akan keluar dari mulut saya agar jangan sampai menyakiti orang lain. Saya orang yang sangat to the point, tapi selalu mengusahakan menyampaikan itu dengan kalimat yang baik. Jangan sampai apa yang saya bilang membuat orang kesal, marah, atau menangis. Tapi, saya tetap manusia, dan sangat mungkin khilaf yang bisa menyakiti orang lain. Kalau itu sudah terjadi, saya nggak akan segan-segan untuk meminta maaf. Mau itu dengan Cynthia atau orang yang bukan pasangan saya sekali pun, saya selalu berusaha berkata yang baik dan langsung meminta maaf bila salah.
Bertutur kata baik itu memang diperlukan di zaman yang seperti ini. Menurut saya, sekarang sudah terlalu banyak karakter mendominasi, menyakiti, hanya memikirkan diri sendiri, dan tidak menghargai antara satu sama lain sekarang. Namun, bukan berarti kita harus terikut seperti mereka. Jangan pernah berhenti untuk berkata baik, walaupun di sekitar kita tidak seperti itu. Tidak hanya berkata baik dengan teman-teman saja, tapi juga dengan siapa pun menurut saya. Saya mungkin sering dianggap aneh karena selalu tersenyum duluan dengan orang lalu menyapa mereka dengan ramah layaknya sudah saling mengenal. Tapi, apa yang salah dengan melakukan itu? Kalau bukan kita yang memulai, siapa lagi? Speak4Peace and stop verbal bullying!
Empowered by: