Advertisement
Next
Menjadi idola itu…
Bagaikan menjadi raja. Dulu ketika saya masih dalam rangka kampanye acara idola tersebut, saya seringkali dijamu bagaikan tamu besae. Berbagai macam makanan enak-enak disajikan untuk saya dan itu susah sekali untuk ditolak. Jujur saya kaget dan sempat terlena dengan itu, hingga terlalu enak dengan itu dan kebablasan. Berat badan saya melonjak banyak. Di masa itu, saya sebenarnya juga harus pintar-pintar untuk mencari kegiatan yang menggerakkan badan saya. Jadwal manggung memang padat, tapi kalau secara kuantitas bergerak, saya merasa lebih produktif saat bekerja di studio milik teman. Saya dulu masih banyak berjalan kaki dan bergerak untuk melakukan segala sesuatunya sendiri. Sementara, ketika saya berada di era idol, saya cukup duduk anteng, nyanyi, dan ketika turun panggung semuanya sudah diurus oleh orang lain. Belajar dari hal itu, saya kini sudah tahu cara bagaimana menolak tawaran tersebut dengan cara halus, tanpa harus berbohong. Demi menjaga kesehatan diri sendiri, memang harus tegas.
Advertisement
Menurunkan berat badan demi umur dan karier panjang
Berat badan saya dulu mencapai 150 kilogram. Hal itu mulai nggak bisa dibiarkan lagi saat saya merasa kaki dan tangan ada gejala asam urat. Saya periksakan diri dan dokter yang memeriksa saya bertanya, saya ingin hidup berapa lama lagi. Saya kaget mendapat pertanyaan seperti itu, karena ternyata memang benar kalau hasil check up saya sudah sangat buruk. Dari situlah pikiran saya terbuka kalau selama ini yang saya kira tidak apa-apa, sebenarnya adalah masalah besar untuk saya. Tubuh besar saya menabung penyakit. Cara almarhum papa saya meninggal karena sakit juga menjadi motivasi lain saya. Maka, mulailah saya menanamkan sugesti ke dalam kepala saya sendiri kalau saya harus berubah. Saya berbenah diri secara total, mulai dari pola makan hingga olahraga harus disempatkan. Untunglah usaha dari akhir tahun 2010 sampai 2011 itu sudah memperlihatkan hasil.
Penurunan berat badan saya jelas suatu berkah luar biasa, baik untuk kesehatan pribadi maupun karier. Dulu tampil 6 lagu saja sudah ngos-ngosan setengah mati, sekarang mau menyanyikan 12 lagu juga nggak masalah. Rasanya enak banget, badan lebih mudah dibawa beraktivitas. Namun, sempat beberapa waktu belakangan ini saya meliburkan diri hingga naik lagi 6 kilogram. Kecewa juga dengan kenaikan berat badan ini, tapi saya sikapi dengan santai. Yang penting saya terus menjaga pola makan dan berolahraga yang saya suka seperti berenang. Kalau ditanya berapa berat badan saya sekarang, saya nggak mau jawab itu sebelum bisa mencapai target. Yang bisa saya bocorkan di sini adalah saya nggak mau terlalu kurus karena pernah mencapai 97 kilogram tapi itu membuat saya seperti orang lain dan nggak dikenali lagi. Prinsip saya berdiet untuk sehat kok, bukan untuk berubah jadi orang lain.
Next
Saya bukan Mr. Nice Guy
Saya sering dikatakan atau dianggap Mr. Nice Guy, padahal saya sendiri merasa kebalikan dari itu. Mengenai hal itu, saya juga jadi teringat dengan salah satu saran dari salah seorang musisi senior, yang mengatakan kalau saya nggak perlu terlalu jadi orang baik. Tapi, cara saya bersikap sebenarnya ada dasarnya. Saya adalah orang baru di dunia hiburan. Apa jadinya saya kalau anak baru langsung bersikap sok, sementara saya belum dikenal dan punya banyak teman di sini? Memang sudah seharusnya saya bersikap baik ke semua orang, tanpa harus terlalu jaga image atau berpura-pura. Saya harus tahu diri karena saya adalah orang baru dan harus pintar beradaptasi dengan keadaan yang nggak semuanya nyaman. Tapi sebenarnya, anggapan Mr. Nice Guy itu tercipta karena saya cenderung nggak banyak omong atau diberitakan aneh-aneh, padahal kalau yang kenal saya dari belakang panggung, saya tetaplah anak muda biasa yang punya tingkah asli yang not so Mr. Nice Guy.
Tapi, beda halnya kalau berkaitan dengan perempuan, dalam hal ini adalah mama saya. Saya sudah jelas akan selalu menyanjung dan memperlakukan dia dengan baik. Tujuan hidup saya hanya satu, yaitu menjaga dan membahagiakan mama. Selama 26 tahun mama berumahtangga dengan almarhum papa, dia harus berpindah-pindah tempat tinggal, bahkan pernah sempat diusir dari rumah kontrakan di Tebet karena papa nggak mampu bayar uang sewa rumah. Di situlah saya sebagai anaknya berniat, berusaha, dan meminta dukungan doa mama untuk bisa mewujudkan tempat tinggal untuk kami, hingga bisa benar-benar tercapai di tahun 2010. Puji Tuhan, mama sekarang bisa tenang hingga akhir hayatnya tanpa harus khawatir masalah tempat tinggal lagi. Itu menjadi pencapaian terbesar untuk membahagiakan perempuan yang paling saya sayangi dalam hidup saya.
Kalau tentang perempuan untuk pasangan hidup, saya terbilang masih mencari pasangan yang cocok. Masalah cantik bukan hal utama, karena saya mencari kecocokan dan kualitas inner beauty seorang perempuan. Tipe oriental masih jadi yang menarik untuk saya, tapi itu hanya masalah selera, yang terpenting adalah klik di hati yang bisa ditemukan ketika saya bisa menemukan kecocokan. Kalau menyebut nama, saya paling suka dengan penampilan fisik ala Salma Hayek tapi dengan kualitas kepribadian seperti Desy Ratnasari. Cantik alami ala Hayek dipadukan dengan kepandaian Desy menampilkan dirinya apa adanya di hadapan publik sekalipun, kombinasi yang sempurna untuk saya.