Advertisement
Next
"Masalah untuk orang-orang di Asia ketika berhadapan dengan wine adalah mereka tidak bisa membedakan wine bagus dan enak karena ini adalah dua hal yang berbeda."Wine, untuk sebagian orang Indonesia memang minuman yang satu ini tidak terlalu familiar dengan lidah orang Indonesia. Nggak mengherankan karena wine memang berasal dari kebudayaan masyarakat Eropa. Tapi, saat ini perlahan wine sudah masuk ke dalam budaya makan Indonesia seiring dengan populernya fine dining. Untuk membicarakan wine secara lebih detail, FIMELA.com menemui ahli wine dari Dimatique, Yohan Handoyo.
Untuk orang awam yang sama sekali belum pernah mencicipi atau jarang sekali bersentuhan dengan wine, tentu akan sulit untuk membedakan wine yang bagus. “Wine bukan produk kuliner orang Indonesia dan di Asia secara umum. Masalah untuk orang-orang di Asia ketika berhadapan dengan wine adalah mereka tidak bisa membedakan wine bagus dan enak karena ini adalah dua hal yang berbeda. Wine yang enak adalah wine yang saat kita minum, pas di lidah kita, tanpa memandang harga dan dari mana wine tersebut berasal. Sedangkan wine yang bagus adalah bisa disimpan dalam jangka waktu yang lama, punya kompleksitas, balance, dan memiliki after taste yang panjang. Tapi, tidak semua orang suka dengan wine tersebut,” ujar Yohan Handoyo.
Next
Dalam acara Wine Class di acara Jakarta Culinary Festival, Yohan Handoyo menjelaskan panjang-lebar tentang sejarah wine. Wine menyebar dengan cepat di Eropa karena wine sangat berkaitan erat dengan agama Kristen, yakni menjadi bagian dari Liturgi. Selain itu, kekaisaran Roma juga membuat wine berkembang pesat karena wine adalah bekal wajib para tentara Roma saat bepergian pada saat sumber air masih sangat sulit untuk ditemui.
Wine dari Eropa, khususnya Prancis, memang terkenal sebagai wine berkualitas bagus. Tapi, belakangan ini, Australia pun sudah mulai memproduksi wine yang tidak kalah bagusnya dengan wine produksi Eropa, Prancis. Wine bisa terdiri dari beragam rasa dan aroma, tapi sejatinya wine hanyalah sari anggur yang mengalami fermentasi. “Wine adalah jus anggur yang mengalami fermentasi jadi sebenarnya rasa wine adalah rasa jus anggur. Perkara ada aroma lain dalam sebuah produk wine hanyalah masalah jenis anggur yang digunakan karena tidak ada tambahan produk lain saat pembuatan wine,” ujar Yohan.
Advertisement
Next
Sering kita melihat di tayangan-tayangan televisi yakni adanya aturan dan cara tertentu untuk bisa menikmati segelas wine. Lantas, bagaimana para masyarakat awam ketika berhadapan dengan wine untuk kali pertama?
"Wine bukanlah minuman yang diminum hanya sekadar untuk menunjukkan tingkat kedewasaan seseorang. Menikmati wine adalah sebuah seni."“Wine merupakan minuman beralkohol yang dibuat dengan tujuan untuk dinikmati, bukanlah minuman ugal-ugalan. Wine bukanlah minuman yang diminum hanya sekadar untuk menunjukkan tingkat kedewasaan seseorang. Menikmati wine adalah sebuah seni. Buat saya, untuk menikmati sesuatu, masing-masing dari kita punya cara tersendiri. Untuk minum wine, kita bisa langsung membuka botolnya, menuangkan di gelas, dan minum. Itu adalah cara termudah untuk meminum wine, bukan menikmati wine. Untuk menikmati wine, kita harus menggunakan gelas-gelas tertentu yang bisa membantu mengangkat pesona dan aroma wine itu sendiri. Misalnya saja, ketika kita menikmati wine dari gelas yang tepat dan dari cangkir kopi maka akan ada rasa dari wine yang berubah. Kenapa? Karena ada aroma-aroma tertentu dan kecantikan wine yang tidak keluar. Tapi, untuk mereka yang baru pertama kali berhadapan dengan wine, yang paling penting adalah mereka tahu mana wine yang mereka suka. Karena untuk bisa memperlakukan wine dengan tepat dan membedakan wine berkualitas diperlukan jam terbang wine yang cukup panjang,” ujar Yohan.