Advertisement
Next
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada tahun 2009 terdapat sekitar 2,5 juta anak Indonesia yang berada pada erentan usia 5—17 tahun berprofesi sebagai pekerja anak. Dua setengah juta anak Indonesia bekerja dengan jam kerja yang tidak menentu, upah yang tidak layak, situasi kerja yang membahayakan, dan juga pastinya merenggut kebahagiaan masa kecil mereka.
Acapkali faktor ekonomi keluargalah yang menjadi alasan utama para anak-anak yang semestinya masih berada di bangku sekolah, terpaksa ikut turun tangan mencari nafkah. Namun, tidak sedikit juga mereka yang berkecukupan secara ekonomi terjun ke dunia kerja dan ke jalan karena kurangnya perhatian dari orangtua mereka.
Next
Menyoroti fenomena ini, Yayasan nirlaba Kampung Halaman pun membuat dokumentasi video yang memuat tentang kehidupan pekerja anak Indonesia dari berbagai daerah dan profesi, mulai dari anak jalanan, pembantu rumah tangga, pekerja pabrik, hingga pekerja seks komersial. Kampung Halaman merupakan sebuah organisasi nonprofit yang terbentuk pada tahun 2006. Yayasan Kampung Halaman menggunakan Metode Participatory Photo dan Video sebagai alat dokumentasi untuk proses pembelajaran.
Anggota komunitas Kampung Halaman adalah remaja dan anak muda. Setiap video dan dokumentasi yang dihasilkan dibuat oleh anak-anak yang juga merupakan objek dalam video. Yayasan Kampung Halaman memberikan pelatihan mulai dari cara menggunakan kamera hingga bagaimana untuk mengembangkan sebuah cerita kepada mereka dalam kurun waktu 1,5 bulan hingga akhirnya jadilah sebuah video tentang pekerja anak di beberapa kota di Indonesia.
Advertisement
Next
Dian Herdiany selaku Ketua YKH mengatakan pembuatan video dengan menggunakan Metode video diary ini merupakan metode yang dapat membantu peserta mengenali pengalaman hidup mereka. Tentunya, dengan adanya video-video seperti ini, diharapkan masyarakat luas mengerti tentang kehidupan para pekerja anak, mengapa mereka menjalani hidup seperti itu, dan juga agar kita memahami cara pandang para pekerja anak tentang kehidupan.
Kehadiran para pekerja anak seharusnya juga menjadi bahan renungan tersendiri bagi kita. Sedikit banyak, kita juga memberikan kontribusi terhadap meningkat atau menurunnya angka pekerja anak Indonesia. Mulailah bertanya pada diri sendiri, apa yang bisa kita lakukan untuk membantu mereka.