Advertisement
Next
Naturopathic Doctor, dokter yang mengedukasi, bukan mengobati
Tugas saya sebagai Naturopathic Doctor bukan mengobati, tapi lebih mengedukasi. Contoh kasus, bila ada pasien yang datang dengan masalah libido turun atau batuk berkepanjangan, saya nggak memberikan mereka resep, namun men-screening gaya hidup mereka lalu memberikan hasil screening itu untuk memperlihatkan apa yang kurang tepat di gaya hidup pasien. Dengan cara kerja yang bukan mengobati dengan obat, saya menjadi dokter yang bagus apabila saya berhadapan dengan pasien yang mau mengubah pola pikirnya saat menemui saya, sehingga mau menerima saran saya dan melakukannya. Dengan cara kerja seperti itu, sering saya dibilang dokter yang galak karena hanya menerima seorang pasien maksimal tiga kali kunjungan. Bila di pertemuan ketiga pasien masih begitu-begitu saja keadaannya, baik yang ingin menyembuhkan atau menurunkan berat badan, tandanya mereka nggak serius menerima perintah saya dan nggak bertanggung jawab dengan pilihan mereka, jadi buat apa mereka datang terus? Lebih baik waktu saya diberikan untuk pasien yang lain.
Advertisement
Selain itu, saya juga spesialis detoksifikasi yang lalu berlanjut menjadi konsultan organik dari segi gaya hidup, karena apabila sudah detoksifikasi namun tetap memasukkan racun ke dalam tubuh lewat produk yang dipakai sehari-hari, tentu nggak akan berguna juga membersihkan racun dari tubuh. Ilmu tentang organik juga untuk meneliti suatu bisnis usaha yang ingin berbasis organik apakah sudah melakukan prosedur dengan benar. Mempercayai sebuah produk itu benar-benar organik atau bukan bukan hanya langsung mempercayai label, tapi juga harus diteliti dari awal penggarapannya hingga berupa produk jadi.
Next
Gaya hidup serba sehat bukan paranoid
Organic lifestyle yang saya selalu tekankan maksudnya adalah kita tahu apa yang kita lakukan. Mulai dari makanan sampai produk yang dipakai sehari-hari, kita sebagai pengguna tahu apa yang terkandung di dalamnya untuk dimasukkan ke dalam tubuh. Nggak usah seluruhnya organik untuk bisa sehat, paling tidak 50% dari apa yang dikonsumsi atau digunakan adalah produk organik. Bila ada pilihan yang organik di antara yang biasa, pasti lebih baik yang organik, seperti sayuran, snack, sampai personal care seperti deodoran dan sabun, yang lebih bagus organik karena dimasukkan ke dalam tubuh dan dipakai langsung ke kulit minimal dua kali dalam sehari. Memang harganya lebuh mahal, tapi kita tahu apa yang kita masukkan dan yang kita pakai. Saya mulai dari pelembap, cleansing milk, toner, sabun, shampo, sampai pembalut dan pantyliner pun, memilih yang organik karena bebas dari bahan-bahan kimia berbahaya. Dari hal kecil seperti deodoran yang misalnya mengunggulkan bisa memutihkan ketiak, pasti menggunakan bahan kimia yang bila digunakan dalam waktu lama sebenarnya bisa berbahaya dan bisa memicu kanker payudara. Makanya, hal dan produk yang saya pakai paling sering, harus organik.
Lebih teliti dalam memilih makanan dan menggunakan produk sehari-hari bukan berarti menjadi paranoid, tapi ini adalah bukti kalau kita peduli dengan tubuh. Mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat sudah jelas tujuannya, yaitu untuk menjaga siklus hidup ini lebih sehat dan panjang, sementara kalau paranoid adalah ketakutan terhadap sesuatu yang belum terjadi. Kalau misalnya kita divonis penyakit kronis lalu membela diri dengan nggak tahu bagaimana bisa sampai terkena, itu nggak masuk akal, karena semuanya tergantung dari gaya hidup kita. Gaya hidup itu pilihan, dan masing-masing ada konsekuensinya. Inilah gunanya profesi seperti saya, yaitu untuk mengedukasi dan memberi arah yang benar tentang pilihan-pilihan yang lebih sehat, tapi hasil akhirnya tetap tergantung pasiennya itu sendiri. Makanya saya selalu menekankan motto saya kepada setiap pasien, yaitu mengubah pola pikir dulu, baru bisa mengubah pola hidup.
Advertisement
Next
Mengaplikasikan hal teknis dalam cara praktis
Pasien yang datang ke klinik saya, selalu mengecek hormon karena inilah unsur yang berperan besar dalam aspek kehidupan manusia. Without hormone, you don’t have any life. Kalau saya mengajarkan pada orang awam tentang hormon dengan segala istilahnya yang rumit, pasti nggak akan menarik untuk didengar. Itu sebabnya saya aktif mengedukasi tema hormon ini dalam problema yang familiar di kehidupan sehari-hari, karena terbukti akan lebih dipedulikan dan diminati. Seperti yang akan diadakan adalah talkshow bertema pengaruh makanan pada seks dan kehidupan rumah tangga, karena nggak bisa dipungkiri kalau makanan yang dimakan pasti berpengaruh ke kehidupan orang terkait. Saya ingin memberikan awareness yang benar tentang seks dengan cara yang lebih mudah diterima oleh publik. We all need to talk about sex, mulai kepada anak remaja kita sampai pasangan suami istri yang sudah lama menikah dan sering menganggap remeh peran seks karena istrinya lebih fokus pada anak. Kalau saya bersikeras untuk menggunakan istilah atau cara penyampaian yang terlalu teknis, edukasi ke masyarakat awam nggak akan sampai.
Keinginan saya yang besar untuk mengedukasi masyarakat agar lebih sehat sebenarnya didasari dari masa lalu saya yang bermasalah dengan berat badan. I had my own problem. Dulu saya sempat mengalami kenaikan berat badan hingga 33 kilogram saat hamil, lalu menderita kronik konstipasi hingga membuat saya jerawatan. Keadaan itu diperparah oleh kesenangan saya dengan makanan manis. Masalah saya bukannya berkurang, malah semakin bertambah dengan menstruasi berhenti padahal menopause juga belum tahu kapan. Dari situ saya sadar kalau ada yang salah dengan tubuh saya, saya harus melakukan sesuatu untuk mengatasi ini. Niatnya adalah kalau hidup saya harus diakhiri karena penyakit kronik, minimal saya tahu dulu apa penyebabnya. Dari mencari tahu sebab penyakit saya, lalu menyadari memang saya banyak salahnya, mulai untuk berubah dan diteruskan dengan membawa brand Healthy Choice ke Indonesia di tahun 2004. Nggak sampai di situ, saya kemudian mengambil gelar diploma di bidang Naturopathic Medicine Doctor, detoksifikasi, dan colon hydrotherapy hingga menjadi seperti sekarang. Pada akhirnya, memang terbukti bahwa yang mengubah kita adalah diri sendiri, omongan dari orang lain akan terpental kalau diri kita sendiri sebenarnya nggak mau berubah.