Advertisement
Next
Saat berbicara tentang kesehatan kandungan dan persalinan pastinya setiap ibu menginginkan yang terbaik untuk anak yang mereka kandung. Namun, tampaknya tidak semua ibu di Indonesia bisa merasakan perawatan dokter kandungan untuk kesehatan diri dan anak yang mereka kandung.
Di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, dan Bogor; mayoritas ibu hamil bisa mendapatkan perawatan layak dari seorang dokter kandungan dengan berbagai jalan. Mulai dari berbagai dokter ternama, pelayanan rumah sakit, puskesmas, hingga bidan menjadi alternatif yang bisa mereka pilih untuk menangani kehamilan mereka hingga proses persalinan menghampiri.
Selama 24 jam dokter kandungan pun siap untuk melayani tatkala dibutuhkan secara tiba-tiba. Namun, rupanya keberuntungan seperti ini tidak bisa dinikmati oleh ibu-ibu yang ada di pelosok Indonesia. Ketersediaan dokter kandungan dan praktisi kesehatan rasanya menjadi barang yang cukup langka di desa-desa terpencil. Rasanya keberadaaan seorang dokter kandungan di pelosok adalah sebuah kemewahan tersendiri.
Advertisement
Next
Data yang dirilisa Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada tahun 2005 menyatakan bahwa di Indonesia terdapat 46.926 orang dan 1.608 orang di antaranya adalah dokter spesialis kandungan dan kebidanan. Pada tahun 2009 di Kapuas, Kalimantan Tengah, tercatat bahwa daerah tersebut hanya memiliki satu buah rumah sakit dengan ketersediaan jumlah dokter sebanyak 41 orang (dokter umum dan spesialis) yang artinya bahwa masih ada ketimpangan jumlah dokter dengan jumlah penduduk yang ada di sana.
Undang Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa tujuan pembangunan di bidang pelayanan kesehatan agar pelayanan kesehatan merata dan bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Namun pada kenyataannya, pelayanan kesehatan dan juga ketersediaan dokter belum merata ke berbagai daerah penjuru di Indonesia.
Jangankan di wilayah Kalimantan Tengah, di daerah Nusa Penida, Bali yang dikenal sebagai salah satu daerah wisata Indonesia, masyarakat masih harus mengalami ketimpangan tenaga medis di daerah mereka. Rasanya hampir semua orang pecinta olahraga diving tahu keberadaan pulau yang terletak di sebelah tenggara Pulau Dewata ini. Tapi, ternyata miris, Nusa Penida yang sangat terkenal dengan keindahan alamnya dan sering menjadi objek kunjungan wisatawan tidak diimbangi dengan kesejahteraan warganya dalam hal kesehatan. Fasilitas Puskesmas Nusa Penida yang dinilai cukup lengkap ternyata harus teronggok sia-sia karena tidak adanya tenaga dokter di sana.
Advertisement
Next
Bahkan, yang menjadi tamparan adalah saat melihat kenyataan bahwa ada seorang ibu yang berjuang antara hidup dan mati setelah melahirkan akibat pendarahan karena ia terlebih dahulu harus menempuh perjalanan selama 2 jam di perairan menuju Klungkung sebelum bisa mendapatkan perawatan yang layak dari dokter. Dan yang mengenaskan, ternyata hampir semua ibu melahirkan akan mengalami nasib serupa ketika mereka mendapatkan masalah dengan persalinan mereka.
Kurang lebih sekitar 20% tenaga dokter yang ada di Indonesia membuka praktik-praktik hanya di kota besar, seperti Jakarta, Bogor, Depok, dan Tangerang. Di sebuah daerah di Sulawesi Selatan, jika sakit, seseorang harus menempuh jarak dengan menggunakan kendaraan selama berjam-jam hingga bisa sampai ke rumah sakit ataupun unit medis lainnya.
Nah, bayangkan jika yang terjadi adalah seorang ibu hamil yang mengalami gangguan dan pendarahan pada kehamilannya. Jarak antara fasilitas medis dengan masyarakat desa yang sangat jauh sama sekali tidak bisa dielakkan dan memang harus dialami oleh semua masyarakat di desa tersebut.
Kalau sudah begini, rasanya kematian ibu dan anak bukan lagi menjadi satu hal yang luar biasa. Pasalnya tidak semua orang bisa menahan penderitaan selama berjam-jam hingga mereka bisa mendapatkan penanganan yang layak.
Tapi, apakah ini artinya Indonesia memang masih kekurangan dokter dan tenaga medis lainnya? Atau hanya masalah penyebaran dokter dan tenaga medis yang hanya terkonsentrasi di kota besar?