Advertisement
Next
Restart
Nina Ardianti
Melepaskan diri dari hubungan yang sudah berlangsung lama memang nggak gampang, tapi Syiana harus melakukannya ketika memergoki Yudha, kekasihnya selingkuh. Untungnya nggak lama Syiana bertemu dengan Fedrian. He's a rock star. Tapi Syiana bukan perempuan sembarangan yang akan begitu saja jatuh hati sama seorang laki-laki cuma karena dia piawai main gitar, menulis lagu, tampan, dan mempunyai ribuan fans yang mengelu-elukan namanya. Atau memang iya? Yang jelas, butuh waktu nggak sebentar bagi rocker tampan ini buat meyakinkan Syiana kalau dia serius, apalagi ditambah dengan kemunculan mantan kekasihnya, Delisa, yang sepertinya belum rela melepaskan Fedrian. Buku yang ditulis dengan bahasa yang ringan dan cerdas ini akan membuat kita sibuk berangan-angan seandainya saja ada seorang bintang rock yang jatuh hati pada kita. A great read for the weekend.
Advertisement
Next
Water for Elephants
Sara Gruen
Dalam masa tersulit pun, cinta bisa datang dan bersemi. “Water for Elephants” adalah salah satu dari sekian banyaknya novel yang mengambil setting saat dunia berada di era Great Depression atau krisis ekonomi besar-besar yang terjadi di sekitar tahun 1929 hingga 1940. Bercerita tentang Jacob Jankowski, seorang penghuni panti jompo yang menerawang kembali ke masa mudanya saat bekerja di sirkus dan menjalin hubungan percintaan terlarang dengan Marlena, bintang sirkus sekaligus istri dari bos sirkus yang sadis dan berkepribadian aneh. Kenangan masa mudanya di saat terdampar dan beruntung bisa mendapatkan pekerjaan di sebuah sirkus yang sedang berjaya di masa itu, menjadi pengalaman yang semakin berkesan dengan adanya intrik asmara dengan Marlena yang berisiko, indah, namun nggak menjanjikan akhir yang bahagia. Gaya bercerita Gruen yang cepat dan bolak balik antara masa lalu di era sirkus dan resesi ekonomi, lalu beralih ke masa Jacob tua berusia 90 tahun, menjadikan novel ini susah untuk ditutup ketika ceritanya belum selesai dibaca. Dari sini, terasa sekali bahwa true love never dies, even when you get older and going to be senile.
Advertisement
Next
The Time Traveler’s Wife
Audrey Niffenegger
Novel ini juga sudah diangkat ke layar lebar, namun penilaian secara umum, Rachel McAdams dan Eric Bana yang memerankan Clare Abshire dan Henri DeTamble kurang bisa merepresentasikan apa yang dibayangkan ketika membaca bukunya langsung. Well, terlepas dari berhasil atau tidaknya aktor/aktris di dunia nyata bisa menghidupkan imajinasi pembaca, novel ini adalah bacaan yang jangan dilewatkan ketika ingin berada dalam mood romantis. Kamu bisa tergelak saat membaca bab kencan pertama mereka atau ikut merinding dan jantung berdetak lebih kencang saat mereka akan bercinta untuk pertama kalinya. Bahasanya yang detail tanpa kesan vulgar sedikit pun, membuat kisah cinta antara seorang gadis seniman dan laki-laki yang bisa menjelajah waktu ini, menerbangkan kita ke khayalan andaikan bisa memajumundurkan hidup kita sendiri layaknya yang dilakukan oleh DeTamble. Nilai kesetiaan juga menjadi bumbu terpenting dalam ramuan cerita novel ini, karena di bab terakhir tangis saya pun pecah karena terlalu hanyut dengan gambaran seorang Clare yang setia menunggu kekasih hatinya datang lagi.
Next
Antologi Rasa
Ika Natassa
Nggak banyak novelis Indonesia yang bisa bercerita dengan ritme yang sangat cepat –yang sudah menjadi gaya penceritaan Ika Natassa- namun di saat yang sama juga bisa mendayu-dayu dan melambungkan perasaan pembacanya ke tingkat romantis tertinggi. Dari keempat novelnya yang lain, “Antologi Rasa” juga sangat berbentuk lain karena mengambil gaya bercerita dari 4 sisi. Buku ini bercerita tentang Keara, gadis urban dengan track record sebagai man eater yang memendam perasaan cinta kepada Rully, rekan sekerjanya yang alim, pendiam, dan malah jatuh hati kepada perempuan lain. Di sisi lain ada Harris, laki-laki player yang berperan sebagai sahabat Keara, namun sebenarnya mencintai perempuan itu hingga merusak hubungan persahabatannya dengan Keara.
Ceritanya memang hanya seputar cinta antarsahabat, namun Ika dengan cerdasnya mengemas persoalan sejuta umat itu dengan gaya urban yang lincah, terkini, dan dari sudut yang berbeda-beda. Kita sebagai pembacanya bisa membaca pikiran di kepala Keara, Harris, dan Rully, sehingga bisa tahu benar apa yang diinginkan atau dibenci oleh karakter di dalam buku. Pembaca diberi kebebasan penuh untuk menjadi “Tuhan” dari jalan cerita di buku ini, karena dengan sangat mudahnya tahu suara hati dan perasaan terdalam yang dirasakan oleh mereka bertiga sebagai pemeran utama. Sebagai pembaca perempuan, kita juga bisa sangat terhibur dengan selera fashion Keara yang sophisticated dan mahal, sehingga sesaat bisa ikut terhanyut dalam putaran gaya hidup ala metropolitan yang serba bermerek dan mementingkan status. Dalam satu buku, kamu bisa mendapatkan cerita cinta sekaligus “tutorial” untuk menjadi perempuan keren. Perfect combination!
Advertisement
Next
Test Pack
Ninit Yunita
Bentuk novelnya yang compact dan dengan tebal buku yang nggak seberapa, mengesankan kalau novel ini adalah teenlit yang mengangkat hal ringan nggak penting. Tapi, pepatah “Don’t judge a book by its cover” memang benar adanya, karena di dalam buku ini menyimpan kisah perjuangan cinta yang banyak dialami oleh pasangan suami istri di manapun. Tata dan Rahmat adalah sepasang suami istri yang telah menikah 7 tahun, namun belum dikaruniai anak. Selama itu pula, Tata menjadi istri yang paranoid dengan pikiran buruk bahwa dialah yang infertil sehingga nggak kunjung hamil, sementara Rahmat menjadi suami yang terus membesarkan hatinya dengan yakin bahwa tertundanya mereka menjadi orang tua karena kehendak Tuhan, bukan akibat ada masalah medis.
Ternyata, keadaan rumah tangga mereka yang semula bisa bertahan dengan kealpaan buah hati, berubah runyam dan nyaris di ujung tanduk perceraian karena menemukan kenyataan yang memutarbalikkan semua keyakinan mereka. Gaya bercerita Ninit yang ringan dan nggak muluk-muluk, memberikan suasana yang menyenangkan dan mudah diikuti, sehingga nggak terasa buku ini sudah sampai di halaman terakhir. Saya pun sempat menitikkan air mata karena terikut arus cerita dimana begitu rawannya sebuah tangga saat terpapar masalah keturunan. Pasangan yang dulu bersumpah sehidup semati, bisa berbalik membenci dan bulat ke arah perceraian. Bagi kamu yang sudah menikah, terlepas dari sudah memilik anak atau belum, bisa sedikit mendapat pencerahan bahwa pernikahan adalah “arena perjuangan” karena masalah akan datang silih berganti untuk mendewasakan pihak yang berada di dalam pernikahan itu sendiri.