Advertisement
Next
Jawabnya: tidak. Paling nggak, itulah yang dianut oleh Reni Kusuma dan Iwan Kurniawan sebagai figur yang sudah berkecimpung lama di dunia pertelevisian. Mereka yang dulu bergerak di belakang layar acara stasiun televisi Nasional, melihat sendiri bagaimana pergerakan pertelevisian lokal sangat bergantung pada rating.
“Program dengan konten yang kurang mengikuti selera pasar agak sulit untuk diterima. Bahkan, saya yang baru saja bertemu dan rapat dengan pihak Komisi Penyiaran Indonesia, mengatakan bahwa mereka pun nggak bisa berbuat apa-apa atas konglomerasi media di Indonesia,” ujar Iwan buka-bukaan.
Advertisement
Tapi, kedua figur ini nggak diam saja mengamati situasi yang mereka tahu terpuruk dalam rating dan selera pasar. Dan, mendirikan IniTV sejak 2011 lalu, menjadi pembuktian mereka bahwa idealisme pun bisa dijajakan di layar kaca.
“Kami ingin menghadirkan hal-hal yang menghibur, namun nggak perlu terlalu banyak mikir karena itu sudah didapatkan di televisi lainnya,” ujar Reni.
Mengetahui IniTV, juga mengikutkan nama Chantal Della Concetta. Apa hubungannya dengan presenter acara ini?
“Keterlibatan saya bergabung di sini adalah sebagai ambassador IniTV untuk membantu mengenalkan stasiun TV ini ke masyarakat. Salah satu programnya, ‘In Bed with Zoya’, yang tayang di IniTV sampai saat ini, merupakan salah satu buah kerja sama kami. Saat itu saya sudah kenal duluan dengan Zoya, banyak ngobrol, lalu sama-sama menggodok untuk membuat program tersebut,” cerita Chantal.
Khusus untuk “In Bed with Zoya”, acara bincang-bincang seputar masalah seksual tersebut, menjadi acara unggulan di IniTV, karena bisa dibilang pertama kali di Indonesia secara terbuka membicarakan seks. Pemilihan nama yang cukup provokatif, ditambah dengan pembawaan yang alami, justru malah menjadi daya tarik tersendiri untuk penonton IniTV dari kalangan laki-laki dewasa. Yang lebih membanggakan lagi, penonton mereka pun berasal dari kalangan terpelajar yang menerima acara tersebut dengan pikiran terbuka, bukan menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang tabu.
“Yang pasti ‘In Bed with Zoya’ harus tetap jalan, karena belum ada program acara bagus seperti ini yang bicara secara terbuka tentang seks tanpa bungkusan yang vulgar. Baik dari segi cara berpakaian saya dan Zoya saat membawakan acara, maupun pemilihan kata-kata, benar-benar alami. Acara ini sama sekali bukan dibuat-buat untuk memancing pikiran-pikiran lair di luar konteks Penontonnya pun bisa disortir karena mereka harus mendaftar dulu dan berusia 18 tahun ke atas,” tutur Chantal tentang acara yang dibawakannya.
Next
Dengan tim kecil sejumlah 12 orang untuk memegang jalannya acara selama 24 jam sehari, IniTV boleh berbangga hati karena semua acara mereka adalah konten lokal produksi sendiri. Selain itu, hingga berusia 1 tahun mereka tetap berpegang teguh ingin seterusnya mandiri dan menolak untuk relay dengan stasiun televisi normal seperti layaknya internet tv lainnya.
“Bila di stasiun televisi Nasional, kita pasti akan bertengkar dengan rating, karena bila ratingnya kurang baik, pasti program acaranya nggak dijadikan atau malah dihentikan. Sementara, di IniTV ini bisa kelihatan bagaimana sebuah program acara disukai berdasarkan page view, bukan survei dari lembaga riset seperti halnya di televisi,” ujar Chantal mendukung keputusan mandiri IniTV.
Lalu, apakah benar acara aman nggak laku secara komersil? Ya, tentang hal itu, baik Renny maupun Iwan, berterus terang mengakui bahwa keberadaan IniTV masih berjuang untuk menarik sponsor atau pengiklan karena komitmen acara mereka yang dipertahankan.
“Biarpun begitu, angin segar itu sudah mulai datang dengan beberapa pihak yang mulai tertarik. Acara kami memang nggak semudah itu dijual, tapi kami terus optimis masih bisa bertahan di jalur yang benar. Dari awal kami sudah berkomitmen untuk menyajikan acara televisi yang berkualitas dan spesifik, bukan layaknya supermarket yang banyak menayangkan acara dengan variasi beragam. Intinya, semua acara IniTV harus memuat informasi dan edukasi tanpa harus berkerut dahi. Kami sama sekali bukan stasiun televisi yang bisa berbelok arah mengubah acara karena secara finansial nggak menguntungkan,” kata Iwan semangat.
Selayaknya media massa yang bergantung pada teknologi, IniTV juga memperluas opsi akses tayangan mereka, tak hanya dari PC, tapi juga smartphone semacam Blackberry, iPhone, dan Android. Tujuannya, apalagi kalau bukan agar persebaran informasi khas IniTV bisa lebih banyak ditonton oleh publik tanpa harus dibatasi dengan masalah teknis.
“Kami pasti bertahan dengan tetap berada di koridor stasiun televisi yang memberikan tayangan inspiratif. Kalaupun menyajikan berita hiburan, kami nggak menayangkannya dari segi gosip. Kehadiran IniTV inginnya bisa menjadi tayangan yang aman untuk ditonton oleh semua kalangan, dari anak-anak hingga orang dewasa,” tutup Iwan semangat.