Di Indonesia, kepekaan, kepedulian, dan pengetahuan konsumen terhadap bahan-bahan yang digunakan untuk membuat sebuah produk masih sangat minin. Di antara kamu, berapa banyak yang memeriksa label kandungan sebuah produk sebelum memutuskan untuk membeli? Kebanyakan orang masih menganggap merk adalah faktor yang paling penting diperhatikan sebelum terjadinya transaksi. Dari 10 perempuan yang kami temui, hanya 3 orang yang memeriksa label bahan-bahan sebuah produk. Sedangkan 7 lainnya hanya membaca label fungsi sebuah produk.
Disadari atau nggak, setiap hari kita sudah banyak mengonsumsi deterjen melalui penggunaan produk pembersih tubuh setiap hari. Dan sayangnya semua bahan-bahan yang kita gunakan bisa diserap oleh kulit, kulit kepala, dan lama-kelamaan akan menumpuk di jaringan-jaringan tubuh kita.
Advertisement
Sampo, sabun, pembersih wajah, dan pasta gigi pastinya nggak pernah absen digunakan setiap hari. Dan setiap menggunakan produk-produk tersebut pada umumnya kita inginkan menghasilkan busa sebanyak mungkin. Tahukah kamu bahwa bahan penghasil busa pada produk-produk tersebut justru tidak bersahabat dengan kulit dan tubuh kita? Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan sampo adalah sodium lauryl ether sulfonate. Bahan tersebut yang menghasilkan busa pada sampo yang kita gunakan sehari-hari. Sedangkan, sabun dihasilkan dari proses hidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol dalam kondisi basa yang biasanya menggunakan NaOH (natrium/sodium hidroksida) dan KOH (kalium/potasium hidroksida). Bahan-bahan yang menghasilkan sabun tersebut bisa membuat kulit kita menjadi kering dan terbakar apabila tidak digunakan dengan tepat.
Banyak produk yang menjanjikan bahwa produk mereka mengandung busa sabun yang bersahabat dengan kulit. Tapi justru malah zat penghasil sabun pada produk tersebut sama sekali nggak bisa hidup berdampingan dengan kulit kita. Kalau kamu ingin mendapatkan produk-produk yang bersahabat dengan tubuh, carilah produk yang bebas dari bahan pembuat busa. Yang perlu diingat, busa pada sampo dan sabun bukanlah tolak ukur kualitas kebersihan yang akan kita peroleh.
Itu baru pemakaian produk di atas permukaan kulit, lalu bagaimana dengan penggunaan pasta gigi yang juga mengandung deterjen dan berpotensi langsung masuk ke dalam tubuh? “Kandungan deterjen dalam sebuah produk pasta gigi ada batas maksimal dan selama tidak melebihi batas normal, sebuauh pasta gigi aman digunakan. Namun, sayangnya produsen nggak mencantumkan dengan detail bahan-bahan apa yang terkandung dalam produknya. Deterjen yang terkandung dalam pasta gigi memberikan efek buih dan membersihkan gigi. Nah, zat tersebut bisa menjadi berbahaya apabila tertelan dalam jumlah yang cukup banyak. Terlalu banyak tertelan pasta gigi yang mengandung deterjen bisa menyebabkan pembakaran saluran cerna. Makanya biasanya pada kemasan pasta gigi akan tertera peringatan: pasta gigi jangan ditelan,” ujar drg. Tanaya Saraswati.
Nah, Fimela friends mulai dari sekarang belajarlah untuk menjadi cerdas dengan tidak memilih sebuah produk hanya dari segi popularitas dan merk-nya saja. Tetapi, mulailah untuk cerdas memeriksa label bahan-bahan pembuat produk yang akan kamu beli untuk memastikan produk tersebut untuk kamu dan orang-orang tersayang.