Christina Aguilera seperti mematenkan rambut pirang emas dan riasan khas Marilyn Monroe sebagai her signature style. Madonna pun pernah tampil glamor ala Monroe dengan strapless gown warna pink di video klip “Material Girl”. Dan, sudah tidak terhitung lagi berapa banyak buku yang menuliskan cerita tentang aktris yang meninggal di umur 36 tahun ini, seakan belum habis cerita yang diulik darinya. Mengapa ia begitu menarik di mata banyak orang?
"Her image is forever locked in that beauty, we will never find a picture of her looking old or past her prime," Perempuan yang terlahir dengan nama Norma Jeane Baker ini dianggap adalah seorang manusia yang memiliki segalanya, tapi ternyata di balik itu semua kemewahan yang membalutnya, ia adalah sosok yang rapuh dan tidak punya apa-apa. Kira-kira begitu yang diungkapkan David Gainsborough Roberts, seorang investment banker dan kolektor loyal segala macam bentuk memorabilia Monroe.
"She died in a little bungalow, in a cluttered room, bombed out of her mind on pills and unhappiness, and I think people identify with that,” cerita Roberts yang begitu mengagumi Monroe dan mencari tahu banyak hal tentang aktris tersebut.
Advertisement
Penulis biografi “The Final Years of Marilyn Monroe: The Shocking True Story”, Keith Badman, turut menambahkan bahwa daya tarik Monroe bisa terpancar dengan kuat berkat citra dirinya yang cantik, ceria, dan seksi, yang diaturnya dengan baik, sehingga tidak menyisakan celah bahwa ia tidak sempurna. Dan, walaupun ini tidak bisa dibilang keuntungan, Monroe yang meninggal saat ia masih sangat cantik, tidak akan pernah menghasilkan foto di saat ia menanjak tua dan berkeriput, sehingga bayangan di kepala semua orang Monroe tetap awet muda dan cantik.
"Her image is forever locked in that beauty, we will never find a picture of her looking old or past her prime. She was an exceptionally beautiful woman and she died very young," ujar Badman.
Yang hebatnya lagi dari Monroe: ia merupakan objek seni yang bisa diaplikasikan di berbagai media. Lukisan karya seniman Andy Warhol berbentuk silkscreen, dinilai telah mengangkat derajat Monroe, bukan hanya sebagai aktris layar lebar Hollywood, namun juga sebagai art icon bernilai tinggi. Dengan berbagai karya seni, Monroe dengan mudah bisa dikenali oleh mata yang melihat, entah dari rambut bergelombangnya, pose andalannya, atau dari bibir merahnya.
"She's become almost a decorative motif, which can be applied to all sorts of art -- and we instantly recognize her," terang Laura Beresford, kurator American Museum di Inggris.
Berbicara tentang penggemar Monroe, bisa menjadi suatu obsesi yang sama sekali tidak berbiaya murah. Selain ceritanya yang laris manis untuk dijual, setiap pelelangan yang menyediakan item pribadinya, pasti akan diperebutkan oleh kolektor setianya.
Roberts bercerita bahwa barang pribadi Monroe yang pertama kali dibelinya adalah swimming costume dari film yang diperankan Monre berjudul “There’s No Business Like Show Business” pada tahun 1991 di London, dengan harga 15.000 Poundsterling. Setelah berhasil mendapatkan item tersebut, Roberts mengaku ketagihan untuk mengoleksi lagi item milik Monroe, sehingga di tahun yang sama ia melanjutkan hobinya dengan membeli gaun sequin warna merah yang dikenakan Monroe di film “Gentlemen Prefer Blondes” seharga 18.000 Poundsterling, yang diestimasi berharga 29.000 Poundsterling untuk saat ini.
Bukti bahwa Monroe begitu dikagumi juga bisa dilihat dari sengitnya pelelangan barang miliknya. Pada tahun 1999, sempat terjadi kericuhan di balai lelang Cristie di New York, ketika sedang dibuka penawaran untuk gaun yang ia kenakan saat bernyanyi di acara ulang tahun Presiden John F. Kennedy di tahun 1962. Akhirnya gaun tersebut laku terjual dengan ketokan palu seharga USD1,2 juta. Inilah keistimewaan Monroe, ia tetap menjadi figur publik, bahkan di saat ia sudah tidak lagi berjuang untuk terkenal.