Fimela.com, Jakarta Mengolah emosi dan menyelami keresahan dalam diri dapat menjadi inspirasi di proses kreatif seorang musisi. Begitu hal dengan Danilla Riyadi atau yang akrab disapa Danilla. Ia menuangkan sekelumit kegundahan perjalanan hidup lewat sederet karya yang telah dilahirkan.
***
Nama pelantun Ada di Sana ini tentu tidak asing lagi bagi penikmat musik indie. Panggung demi panggung gigs mantap Danilla jajal untuk mempersembahkan karya terbaik. Perlahan namun pasti, eksistensinya diakui, apalagi setelah merilis debut album bertajuk Telisik tahun 2014 lalu.
Advertisement
BACA JUGA
Tak ingin membatasi diri dan terus mengeksplorasi musikalitas, dengan penuh perjuangan Danilla melakukan penggarapan album kedua. Dihadapkan pada lika-liku proses mengulik lagu hingga adanya selisih paham dengan tim, tidak lantas memadamkan api semangatnya.
Buah dari sabar dan ketekunan mengantarkan Danilla pada satu momen tak terlupakan. Adalah peluncuran album kedua, Lintasan Waktu yang merangkum segenap perasaan, emosi, hingga peran besar sang produser, Lafa Pratomo, membawa Danilla pada petualangan baru yang penuh keseruan.
"Album kedua itu konsepnya banyak mau, karena kalau di album pertama itu aku suka banget dan itu fit sama vokal aku. Tapi di album pertama banyak intervensi bahkan aku dan Lafa masih mencari. Cuma di album kedua sebuah pengalaman yang baru lagi karena kita ngerjain sendiri aku juga orang yang selalu nggak percaya diri," ungkap Danilla kepada Bintang.com.
Selain itu, Danilla terlibat penuh untuk soal penulisan lagu di album Lintasan Waktu. Sementara di debut albumnya, Lafa memiliki kontribusi lebih untuk hal tersebut. Komitmen Danilla sederhana, ia ingin berbagi sebagian hidupnya lewat musik yang disuguhkan.
Danilla berbagi kisah lebih dalam terkait album kedua, Lintasan Waktu, penggarapan yang penuh liku, masa-masa selisih paham saat pengerjaan, harapan, hingga perjalanan karier bermusik. Simak wawancara eksklusif Bintang.com bersama Danilla lewat rangkuman berikut ini.
Advertisement
Danilla dan Album Kedua, Lintasan Waktu
Curahan ide, musikalitas, kerja keras mantap Danilla curahkan di album Lintasan Waktu. Ia mengurai kisah di balik penggarapan dan konsep yang ia usung di album keduanya tersebut.
Apakah perbedaan album pertama dan kedua?
Kalau album pertama banyak Lafa yang bikin lagunya, di album kedua ini banyak aku yang nulis, dari orang yang nulis aja sudah beda pasti warnanya beda. Tapi kembali lagi aku sudah terjun di dunia ini tandanya aku sudah membagi sebagian besar hidup aku untuk aku share sama orang.
Jadi, aku nggak mau main aman, nggak main bikin Telisik lagi. Karena referensi musik aku juga nambah, yang mau aku bagi ke mereka jadi macam-macam, otomatis berubah dan itu buat aku ketika kalian dengerin suka ya bagus, nggak juga nggak apa-apa tapi yang pasti ini bagian dari perjalanan aku sendiri.
Mengapa sempat tidak percaya diri saat awal karier?
Kalau ke radio aku selalu ajak Lafa dan dia bilang, 'Ci, ini kan album kau, kenapa musti ajak saya,' terus aku bilang 'Lah kan kau yang nulis, orang-orang tahunya penyanyinya doang,' cuma kata Lafa, 'Once sudah lo nyanyikan, itu jadi milik lo, berarti album kedua gue nggak mau lo kayak gini lagi, lo mesti percaya diri,'. Akhirnya, bikin lagu sendiri terus keteteran karena ternyata pas aku dengerin lagi album kedua, masing-masing lagu seperti berbeda.
Konsep dari album Lintasan Waktu seperti apa?
Konsepnya memang aku suka sama instrumen yang berbau ambience gitu yang ngawang-ngawang dan di album kedua itu banyak banget aku tumpahin di situ. Jadi, kalau Telisik teman tidur dan teman jalan-jalan sore, kalau album kedua teman di malam hari. Telisik lebih jauh hitam putih dari segi cover sedangkan di album kedua warnanya memang banyak.
Kenapa judulnya album kedua Lintasan Waktu?
Karena ada judul lagu Lintasan Waktu di dalamnya, sudah itu saja. Kalau secara filosofis, orang mengikuti di album kedua seperti melihat sisi Danilla yang lain. Aku mengajak mereka ke dunia itu.
Proses penggarapannya?
Dibantu Lafa sama kita punya kawan namannya Aldi Nada tapi tuganya Lafa berat juga sih karena dia berusaha menginterpretasikan kemauan aku. Proses kreatifnya aku kasih Lafa lagunya, jadi take guide nya. Aku nyari sound sendiri karena banyak mau. Masalah gitar, bass, drum itu Lafa tapi kita bareng ngerjainnya karena kalau drum aku buta banget tapi kalau bass ada titipan-titipan.
Sempat mengalami selisih paham saat proses penggarapan?
Sering berantem, pada akhirnya ada momen di mana aku pas dengerin semua ini berat banget sih. Kita manggung banyak, terus nabung untuk rekaman dan dengan bangga Lafa bilang tulis dong executive produser Danilla, hasil nabung yang bikin album jadi pending karena kita setiap manggung nunggu dulu, tapi pada saat lihat terakhirnya, aku masih nggak puas, aku harus cinta dengan karya ini.
Penggarapan sejak kapan untuk Lintasan Waktu?
Penggarapan dari 2015, jadi kita memang benar-benar hasil manggung juga hasil pemirsa yang mengundang Danilla. Aku juga baru pertama kali ngerjain, karena kalau di Telisik ada executive produser, kalau album kedua mikir-mikir. Belum lagi yang berantem-berantem tadi, biasanya hari ini kerjain cekcok, seminggu baru ketemu lagi. Drama kayak orang pacaran.
Harapan Danilla untuk album Lintasan Waktu?
Aku harapannya itu aku tetap manggung. Sisanya orang-orang malah berpikir band-band yang baru mau merintis atau mungkin sudah album kedua atau ketiga karena banyak yang aku kenal juga mereka bikin ini dan itu tapi nggak berani. Aku ngerasa bikin, ya bikin aja berkarya apa aja. Aku pengen ngasih tahu betapa gue itu orangnya terserah banget.
Aku harus bisa lebih luas menceritakan apa yang mau aku kasih tahu karena aku nggak ada label, yang kedua aku kerja bikin album ini bersama teman-teman aku. Mumpung ini serba sendiri, gue akan bikin sesuatu yang spektakuler at least buat aku dulu.
Apakah Danilla puas dengan album kedua?
So far, aku puas. Aku dulu bikin-bikin lagu, kalau lagi aransemen sendiri, kok kayak kurangnya. Sudah kayak gini, kayak semua settle dan buat aku kalau memang ada yang kurang dari album kedua ini aku merasa justru itu kelebihannya karena perfection is imperfection.
Danilla dan Karier Bermusiknya
Selain soal album Lintasan Waktu, Danilla turut mengungkapkan awal perjalanan karier bermusiknya. Ada sederet kisah menarik tentang fakta di balik Danilla, solois bersuara khas yang tampil begitu memikat.
Awal Danilla terjun bermusik seperti apa?
Awal banget terjun ke dunia musik sebetulnya SD sudah mama suruh nyanyi, tapi aku nggak nyaman. SMP aku sempat ngeband dan terjun di rentang waktu SMA itu sempat ada kesepakatan dengan salah seorang executive producer untuk merilis album cover, karena aku mikirnya nggak mau jadi penyanyi tetap jadi anak band, ngeband di tahun 2008, bandnya gagal, udah mau bikin lagu tapi emang ternyata aku menyatu dengan band susah banget.
Akhirnya, ketemu dengan Pak Richard Buntario yang punya record label namanya Orion Records, Lafa kerja disana sebagai arranger sama Aldi juga ketemu di situ. Pak Richard tanya mau pilih yang mana, kalau sama Aldi orangnya memang musikalitasnya bahaya banget, tapi ternyata aku nyambungnya sama Lafa.
Apakah langkah bermusik setelah mengenal Lafa?
Bikinlah Telisik. Pas Telisik lahir sebetulnya aku tidak sebegitu seriusnya, karena tetap mau jadi anak band. Setelah itu berjalan masih nggak mau jadi solois, lama-lama keenakan sendiri karena pada dasarnya, katakan aku nggak sekedar musisi atau penyanyi, ketika sudah di atas panggung mau nggak mau harus jadi entertainer juga dan seru juga. Dari situ aku serius sampai sekarang.
Mengapa waktu itu memilih kerja bareng Lafa?
Waktu itu simpel karena aku disuruh dengar dua lagu, pertama kali aku ketemu Lafa dan Aldi itu. Pas lagu Aldi bagus banget kayaknya suara aku sudah nggak di situ lagi. Terus dengerin lagunya Lafa dan itu Terpaut Oleh Waktu, saat dengerin lagu Lafa itu kayak gila lagunya enak banget.
Dari awal hingga kini, Danilla merasakan ada perbedaan dari segi bermusik?
Drastis sih. Aku harus adaptasi lagi kalau dulu zaman ngeband, aku nyanyi sambil main piano masih percaya diri. Tiba-tiba aku harus jadi solois, aku sampai di momen itu bilang sama band mau jadi solois. Akhirnya, dari mindset aku anak band terus jadi solois, harus entertain banget akhirnya belajar-belajar malah nyaman jadi penyanyi. Enak juga nggak main alat.
Kenapa akhirnya bermain alat musik saat manggung?
Makin kesini, Lafa bilang main alat, dia yang selalu support untuk jangan nyanyi aja kalau bisa main alat, pas pertama kalia aku main alat itu pianika, sebenarnya aku nggak bisa main pianika. Akhirnya dikenal Danilla yang main pianika padahal lagunya itu doang yang aku bisa. Sampai akhirnya mental aku jadi mesti aku balikin ke yang pertama tapi diperbaharui lagi karena belakangan aku main synthesizer tapi malah jadi kemajuan, awalnya nggak bisa jadi penyanyi doang bisanya jadi anak band, ternyata nggak, itu sama aja. Bisa jadi apa saja di atas panggung.
Banyak yang mengajari aku bermusikalitas bukan hanya orang-orang dalam, tapi penonton juga. Karena kalau mereka nyanyi nggak antusias, aku sedih. Tapi aku malah sering lihat sampai dengerinnya merem dan merasa sebuah achievement. Sebuah pendewasaan diri sih. Music nice.
Danilla ingin dikenal sebagai penyanyi yang seperti apa?
Penyanyi yang bebas karena aku nggak bakal stick to commitment mau bikin selalu kayak gitu. Bebas aja tergantung mood terserah mereka mau mengganggap aku apa.
Ada hal khusus yang dilakukan saat menulis lagu?
Dari pengalamanku bikin lagu nggak pede, dibuat-buat, sok-sok disedih-sedihin atau berusaha memberi motivasi itu nggak bakal jadi apa-apa. Aku pernah nyobain momen aku pengen bikin lagu ketika orang mendengarkan mereka termotivasi, pas dengerin ke temen, jelek lagunya. Itu benar-benar tanpa aku rencanankan ada satu lagu yang menurut aku sebuah momen yang jarang aku temui tapi mayoritas semuanya begitu aku mengerjakan lagunya.
Memang tiba-tiba perasaannya kayak lagi kacau terus ada gitar, nothing to lose saja, cuma main terus beneran bagus. Intinya jujur dan relax, aku biasanya malah dapat sedang gundah gulana. Kalau lagi senang, nggak kepikiran.
Harapan untuk karier bermusik ke depannya?
Harapannya yang simpel, album kedua lancar. Apapun yang terjadi aku akan selalu ada di dunia musik bukan karena aku mau please orang, itu bonus buat aku itu kayak gift dari Tuhan, tapi di samping itu salah satu cara aku mengontrol emosi dan mengeluarkan emosi. Jadi, aku bakal terus ada di dunia itu sampai kapanpun baik itu dapat bonus atau nggak aku akan ada di situ.
Danilla telah menuangkan segenap upaya hingga akhirnya kerja keras itu berbuah manis dengan kehadiran album kedua, Lintasan Waktu. Lewat album ini pula, Danilla mengarungi petualangan penuh suka, duka, canda, dan tawa untuk berbagi sepenggal kisah dalam hidupnya. Sukses selalu, Danilla.