Fimela.com, Jakarta Bait-bait puisi Ibu Indonesia yang dibacakan Sukmawati Soekarnoputri disebut melecehkan Islam. Kecaman demi kecaman pun terus datang menghampiri salah satu putri Proklamator Republik Indonesia, Bung Karno, tersebut.
Tak sebatas isapan jempol, protes ini dilayangkan rentetan pihak dengan melaporkan perempuan 66 tahun tersebut ke polisi. Hingga hari ini, Jumat (6/4/2018), sebagaimana dimuat CNN, tercatat ada 14 laporan yang memberatkan nama Sukmawati.
Advertisement
BACA JUGA
Riuh di dalam negeri ternyata terdengar sampai ke luar. Persoalan ini pun kemudian dimuat sejumlah kantor berita internasional, termasuk beberapa media Australia, yakni ABC Online dan WAToday, juga Reuters.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Sukmawati sudah meminta maaf apabila isi puisinya dianggap menyinggung, bahkan melecehkan umat Islam. Berderai air mata, ia menyampaikan permintaan maaf.
"Saya mohon maaf lahir batin kepada umat Islam Indonesia khususnya bagi yang merasa tersinggung dan berkeberatan dengan puisi Ibu Indonesia," ucap Sukmawati Soekarnoputri di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (4/4/2018).
Advertisement
Sukmawati Soekarnoputri Adakan Pertemuan dengan Pihak MUI
Kemarin, Kamis (5/4/2018), Sukmawat Soekarnoputri menyambangi kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dalam jumpa pers yang dilakukan usai pertemuan tertutup selama 2 jam, Ketua MUI, KH Maruf Amin mengatakan, sebaiknya kontroversi puisi Ibu Indonesia tak diteruskan.
"Kontroversi puisi Ibu Indonesia tidak perlu diteruskan. Yang akan membuang energi dan menimbulkan kegaduhan karena Sukmawati Soekarnoputri sudah meminta maaf," tutur Maruf Amin seperti dikutip dari salah satu media online, Jumat (6/4/2018).
Sukmawat Soekarnoputri Kena Tegur Kartika Putri
Kontroversi puisi Ibu Indonesia yang dibacakan Sukmawati Soekarnoputri ini menimbulkan tanggapan-tanggapan dari ragam pihak, tak terkecuali artis Kartika Putri. Lewat unggahan di akun Instagram-nya, perempuan yang akrab disapa Karput ini menegur Sukmawati.
Menjabar bait demi bait yang dianggap menimbulkan perdebatan, di bagian akhir Kartika berpesan. "Islam bukanlah budaya, tetapi adalah agama. Maka tidak bisa dibandingkan dengan budaya. Buatlah karya tanpa membandingkan. Cukup dengan menceritakan keindahan budaya dan tanah air tercinta kita," tandasnya.