Fimela.com, Jakarta Profesi pengajar khususnya guru ngaji terkadang dipandang sebelah mata. Padahal lewat seorang guru ngaji, seseorang yang beragama Islam bisa mengenal huruf-huruf hijaiyah sebagai huruf yang digunakan dalam kitab suci Alquran. Itulah yang kemudian menjadi alasan bagi Chanex Ridhall Pictures untuk membesut cerita ke film Guru Ngaji.
Dalam film ini sosok guru ngaji digambarkan sebagai seorang manusia dengan segala keterbatasannya. Meskipun memiliki keikhlasan yang sangat tinggi, namun mereka harus berjuang ketika dituntut untuk menghadapi kebutuhan dunia.
Advertisement
BACA JUGA
"Melalui film ini kami ingin menggambarkan situasi tersebut bagaimana mereka kerja dengan ikhlas mengajar ngaji ke masyarakat. Tapi guru ngaji juga manusia, punya anak dan istri yang harus dihidupi," tutur Rosa.
Ditambahkan oleh Rosa, film drama keluarga ini berkisah tentang perjuangan seorang guru ngaji, yang mengajar tanpa mengharap imbalan tapi sebagai manusia juga harus memenuhi kebutuhan hidupnya untuk keluarga.
Rosa menegaskan bahwa ini adalah film yang didedikasikan untuk seluruh guru ngaji di seluruh Indonesia. Mereka yang tak pernah tergerus oleh jaman yang sudah berbasis teknologi maju. "Film ini didedikasikan untuk seluruh guru ngaji di Indonesia," tuturnya. Berikut 5 potret kehidupan nyata yang diangkat di film Guru Ngaji.
Advertisement
1. Double Job
"Kita banyak sekali melihat keadaan guru ngaji yang memprihatinkan. Di daerah khususnya banyak sekali guru ngaji yang harus dobel job untuk memenuhi kebutuhannya," kata sang Produser, Rosa Rai Djalal di kawasan Melawai, Jakarta Selatan, Senin (19/2/2018).
2. Tidak Mematok Imbalan
"Guru ngaji itu tidak pernah meminta imbalan mematok harga berapa pun apa yang kita kasih kadang hanya terima kasih aja mereka menerima dengan ikhlas. Ini yang diangkat dalam film ini potret sebagian guru ngaji," tuturnya.
Advertisement
3. Tanggungjawab Keluarga
"Ada satu bagian dimana ia harus berjuang untuk anak dan istri yang sedang sakit. Sehingga ia harus kerja sampingan, sebagai badut di pasar malam. Sebuah situasi yang ironis tentunya, makanya ia menyembunyikan," ujarnya.
4. Ada Sisi Humornya
"Mudah-mudahan di film ini kita bisa memberi apresiasi lebih dengan merasakan penderitaan mereka, kerja keras mereka, suka dukanya. Film ini tidak dikemas secara berat tapi ada juga humornya," tukas produser Guru Ngaji.
Advertisement
5. Toleransi
"Di film ini ada tenggang rasa terhadap masyarakat sekitar, terhadap golongan, terhadap orang yang lain kepercayaan dan agama. Dan sarat akan komedi dan juga pesan. Bukan ditujukan terhadap satu golongan tertentu, tapi tentang keluarga," tambah Donny Damara.
Sedikit tentang karakternya dalam film Guru Ngaji ini, Donny Damara mengatakan bahwa dirinya menjadi seorang pria yang ingin memberikan kebahagiaan bagi keluarga kecilnya, selain sebagai sosok yang begitu sabar dan penuh keikhlasan. "Bagaimana layaknya seorang kepala rumah tangga ingin menyenangkan anak dan istrinya. Jadi ketika Guru Ngaji punya peran lain sebagai badut belum tentu diterima," imbuh Donny Damara.