Fimela.com, Jakarta Setelah sempat menjajal film bergenre drama dan beberapa tahun ikut dalam syuting striping, Ashraf Sinclair memulai tahun 2018 dengan tampil di sebuah film bergenre horor, Bayi Gaib: Bayi Tumbal Bayi Mati. Suami dari Bunga Citra Lestari itu mengaku sudah lama menantikan tantagan baru di akting.
******
Ashraf Sinclair menjadi tokoh utama di film Bayi Gaib: Bayi Tumbal Bayi Mati produksi MD Pictures dan Dee Cinema bersama Rianti Cartwright. Ia mengakui sangat menikmati perannya sebagai Rafa di film karya Rizal Mantovani tersebut.
Advertisement
BACA JUGA
"Film horor itu cuma sebuah genre doang. Setiap film mmbutuhkan ekspresi dan membutuhkan sesuatu yang berbeda. Jadi saya seneng sekali main film horor, kita bisa eksplor imajinasi karena harus bener-bener imagine apa yang terjadi dan eksplor ekstrimisnya," ungkap Ashraf di kantor Bintang.com, Jakarta Pusat beberapa waktu lalu.
Mengaku sangat menikmati keterlibatannya dalam film horor, Ashraf pun mengatakan tak perlu banyak adaptasi untuk perannya tersebut. Suasana mencekam yang dibangun di lokasi syuting sudah cukup untuk dirinya mengekplorasi perannya di film Bayi Gaib.
Difilm Bayi Gaib sendiri Ashraf Sinclair berperan sebagai Rafa yang merupakan suami dari Farah (Rianti Cartwright). Dalam cerita, kebahagiaan mereka berdua yang tengah menanti kelahiran anak yang sangat dinantikan harus berubah menjadi sebuah petaka lantaran satu dan lain hal.
Banyak tantangan baru yang didapatkan Ashraf di film ini. Rizal Mantovani, Sang Sutradara memintanya melakukan percobaan-percobaan baru agar bisa memberikan efek maksimal bagi penonton film.
Rasa bahagia, mual, merinding, hingga sedih harus bisa diperlihatkan silih berganti oleh Ashraf. Tentu butuh kematangan akting untuk memenuhi permintaan tersebut. Apa saja tatangannya? Simak percakapan eksklusif Bintang.com bersama Ashraf Sinclair berikut ini.
Advertisement
Pengalaman Syuting Horor
Stigma kejadian mistis yang kerap terjadi saat proses pembuatan film bergenre horor memang menarik untuk dibicarakan. Dan, Ashraf Sinclair pun menceritakan apa yang sempat ia alami saat menjalani syuting film horor.
Sudah lama nggak main film?
Iya sudah lama banget ya nggak main film. kebanyakan main sinetron. Tahun 2017 itu saya mikir butuh break sebentar untuk main film. Tapi yang dapat pertama itu mini series yang tayang di Malaysia. Karakter yang saya mainkan beda banget.
Kesempatan main di Bayi gaib itu buat saya momen yang pas untuk masuk ke film Indonesia lagi. Sebenarnya story line untuk film horor itu menarik banget. Horor itu formula ajaib ya memnurut saya. Kalau dikerjkan denagan benar kayaknya orang suka sengan perasaan ditakuti. Di Indonesia formula horor itu bagus karena budaya mistis itu banyak dan jauh lebih banyak bisa digali.
Peran kamu?
Saya jadi suaminya Rianti yangs udah beberapa tahun menikah dan punya momongan. Dia sangat mencintai istrinya, sampai mereka hamil. kesempatan itu datang, dia memberikan semuanya ke istrinya. Tapi mulai dari situ ada momen masalah yang datang ke masalah.
Bedanya apa main horor dan drama?
Yang membedakan dengan (film) yang lain itu suasana. Setiap pengalaman syuting di malam hari, syuting dibikin seram dan spooky lighting dan ambiencenya. Film horor itu mungkin bisa mendapat nikmatnya dengan bener-bener menikmati suasana karena suasana yang paling penting dlm film horor. Sepinya, takutnya, kagetnya itu bener-bener harus dirasain.
Ada pengalaman mistis selama syuting?
Saya inget di Bayi Gaib itu, kan sebelum take, astrada call, 'oke silent please'. Itu semua bercanda, lagi ngobrol, pas 'silent please' itu diem. Nah itu dia pas dibilang 'silent please', kita sih rasanya udah silent, tapi diteriakin lagi sampai astradanya, 'Woy diem', padahal kita yang bukan di onset nggak kedengaran apa-apa, kita udah diem. Pada saat kita udah sadar situasi, mungkin ohh (hantu).
Apa yang kamu lakukan saat itu?
Ya di diemin aja, mungkin (karena) syuting tengah malam, malam itu. mungkin tengah malem, jam 2 atau jam 3 pagi gitu kan. Dunia kan beda-beda.
Di trailer kan kamu harus muntah darah dan gigi patah. Bagaimana pengalaman syuting saat itu?
Auh jijiknya masih terasa, mual. Sebenarnya itu idenya mas Rizal. Dia nggak mau pakai darah merah biasa yang dibuat sama artistik biasanya. Adukannya beda, pas lihat hasilnya di trailer itu puas. Tapi rasa adukannya itu terasa sampai sekarang.
Yang kena pertama itu Rianti, saya ejekin dia. Giliran saya, rasanya huaah nggak enak banget.
Film horor nuntut imajinasi?
Iya benar, karena film horor itu membutuhkan imajinasi yang sangat tinggi. Untuk aktor main film horor itu nggak gampang. Bukan sekedar teriak-teriak tapi bagaimana membuat suasana seriil mungkin. Kalau diburu-buruin pasti nggak dapat. Apapun yang sutradara mau harus saya rasakan dulu sebelum syuting.
Dukungan Bunga Citra Lestari
Mengaku sangat menikmati keterlibatannya dalam film horor, Ashraf Sinclair pun mengatakan tak perlu banyak adaptasi untuk perannya tersebut. Suasana mencekam yang dibangun di lokasi syuting sudah cukup untuk dirinya mengekplorasi perannya di film Bayi Gaib.
Ketagihan main film horor?
Sebenarnya tidak ada ketagihan untuk sebuah karakter. Karena karakter itu ada momennya sendiri. Yang ketagihan itu aktingnya. Mas Rizal memberikan keleluasaan bagi saya untuk mengembangkan karakter yang saya perankan.
Ada sutradara yang sudah punya visi maunya seperti apa adegannya. Dan aktor harus bisa mengikuti maunya sutradara, itu bagus sekali karena bisa jelas. Ada juga sutradara yang meminta kita eksplore sndiri. Dan Mas Rizal itu kombinasi suda-duanya. Itu yang membuat saya candu, ketagihan. Mau horor atau enggak semua tergantung skenario dan penggarapannya.
Pertimbangan kamu menerima tawaran film?
Menurut saya skenarionya harus bagus. Skenario yang kurang bagus tidak mungkin menghasilkan film yang bagus. Penggarapannya juga harus bagus. Karena ada film yang skenarionya bagus tapi penggarapannya kurang bagus bisa menjadi film kurang bagus. Tetapi semua bermulai dari skenario.
Kalau saya baca seknario bagus dan muncul ide-ide berarti bagus. Kedua bagaimana komunikasi saya dengan sutradara. Kalau saya mendapat chemistry dengan sutradara itu bagus. Ketiga saya main dengan siapa. Melihat pada saat yang sama harus ada pertimbangan tiga itu.
Di film ini Mas Rizal itu kerjaanya bagus, Rianty total banget mainnya. Walaupun kerjaannya lama tapi saya sangat menikmati suasana syutingnya.
Suka ngobrol dengan BCL sebelum terima tawaran film?
Iya, saya senang sekali ngobrol dengan Bunga. Sayang, ini saya dapat job ini itu. Karena dia di entertaiment juga jadi kita bisa sharing banyak hal. Sutradaranya bagus, lawan mainnya bagus, dia juga ikut membedah skenarionya.
Seru punya istri seperti teman yang bisa diajak sharing sama ide dan passion. Kalau pulang ke rumah setelah stress dengan adegan tertentu bisa ngobrol. Dia mengerti, dan pengertian itu luar biasa.
Nggak kangen akting di Malaysia?
Justru sebelum ini kan saya main miniseries di Malaysia. Setelah launching saya akan terima akting lagi di Malaysia. Ini syuting miniseries judulnya Dosa ini unik. Produsernya dari Malaysia, syuting disana 5 hari sisanya di Jakarta. Tim produksinya dari Indonesia.
Syuting sutradaranya Ifa Ifansyah, DOP-nya Yadi Sugandi. Ini job dimana saya merasa nggak perlu melihat playback. Saya yakin sama tim yang mmengerjakan. Saya bilang Mas Ifa kalau kurang tinggal bilang.
Kesatuan itu tidak mengenal perbedaan bangsa dan negara. karena kita disana berasa seperti keluarga. Keluarga film itulah yang penting. Semua harus menyatu, karena film adalah produksi bersama. Tidak ada pemikiran bahwa akting bagus atau enggak, tapi bagaimana setiap orang dalam kru itu menjadi kesatuan.
Tidak ada beda negara, kita semua manusia, perbedaan itu cuma ada di pikiran. Saat manusia ada dalam satu visi dan misi itu tidak mengenal bangsa, RAS, dan umur. Yang penting komitmen yang besar untuk menghasilkan karya yang tidak terbatasi.
Asharf Sinclair membuktikan kehadirannya di Indonesia bukan karena sekedar cintanya pada Bunga Citra Lestari. Ashraf bertahan di Indonesia dan Malaysia secara bersamaan karena besarnya passion akting yang dimilikinya. Sekses selalu Asharf.