Fimela.com, Jakarta Orang bilang bongkar pasang personel dalam sebuah band atau grup musik adalah hal yang lumrah. Namun, sesulit itukah menjaga keutuhan sebuah rumah yang sedari awal dibangun dengan kesepakatan bersama?
Sebagai makhluk sosial, manusia memang senang berkumpul dan berinteraksi dengan manusia lainnya. Namun di dalam lingkup yang luas itu terdapat circle yang lebih sempit lagi, yang kita putuskan menjadi tempat kita berbagi.
Advertisement
Produk dari perkumpulan itu salah satunya adalah grup musik. Sebelum memutuskan berjuang bersama di musik, tentu ada proses saling menemukan, menyamakan visi dan referensi. Mereka bahkan tak ragu bermimpi untuk menaklukkan panggung terbesar, atau terus bermusik bareng.
Pada kenyataannya memang tak semudah itu. Menyatukan banyak kepala dalam satu wadah seringkali menimbulkan masalah. Hal-hal yang dulu sudah ditentukan kembali dipertanyakan.
Saat satu dari keluarga itu pergi, rumah terasa berbeda. Ketika beberapa band idola saya ditinggal personelnya, rasa kecewa melanda tanpa bisa dihindari.
Advertisement
Solo Vs Band
Tahun 2017 menjadi tahun yang baik bagi industri musik tanah air. Kebiasaan membajak karya yang mengakar mulai tergantikan dengan mudahnya musik legal secara digital. Membeli musik digital maupun fisik sekarang hanya tinggal menggerakkan jari di smartphone.
Di sisi lain tahun kemarin menjadi hari patah hati bagi sejumlah kalangan. Beberapa grup menyatakan diri bubar, sementara beberapa lainnya cukup puas dengan statement yang menggantung dan bikin penasaran.
Bagi generasi zaman now, bubarnya CJR sampai Blink jadi sesuatu yang menyesakkan. Dua nama tersebut memiliki para penggemar muda yang memang dikenal posesif. Karena itu ketika mereka bubar, postingan emosional tersebar di social media.
Selain itu Nidji dan Payung Teduh juga mengisyaratkan berhenti setelah sama-sama ditinggal vokalisnya. Kepergian vokalis dari sebuah band tentu bukan hal sepele dan sangat berpengaruh tentunya dari segi musikalitas.
Era band dan grup saat ini memang sudah tak lagi bersinar. Justru industri tengah ramai dengan hadirnya para solois dan kolaborasi di antara mereka. Menjaga karier solo terlihat lebih mudah dari band, apakah ini menjadi bukti bahwa meredam ego banyak kepala itu mustahil?
Setidaknya masih cukup banyak band yang tetap bertahan dengan karakter dan spiritnya dari awal hingga sekarang. Toh, Slank mungkin takkan sebesar ini jika tak berganti-ganti personel seperti sekarang?