Fimela.com, Jakarta Ketika poster film Benyamin Biang Kerok dirilis, netizen banyak yang mengatakan bosan dengan Reza Rahadian. Mereka tak melihat lagi bagaimana upaya Reza menjelma menjadi sosok Bang Ben di poster tersebut. Ada apa dengan virus Reza lagi, Reza lagi ini?
Terakhir Reza main ke kantor Bintang.com, kala itu Reza sedang mempromosikan film Critical Eleven. Saat itu saya bilang complain duluan ke Reza. "Reza, gue bosen lu lagi lu lagi di layar bioskop. Istirahatlah, beri ruang pada yang muda," kata saya.
Percakapan itu menjadi percakapan hangat tentang film Indonesia. Rasanya wajar jika bannyak yang merasa bosan sama Reza ya. Bayangkan saja, tahun ini ada 5 film yang dibintangi Reza tayang di bioskop.
Advertisement
BACA JUGA
Ya, saya tahu nggak semua filmnya syuting bebarengan. Tapi ketika setiap ada dua bulan sekali ada wajah Reza di bioskop, bosen ya. Pengin muntah sih enggak, karena jadi apapun perannya, Reza tetap punya pesona. Dia selalu bisa menanggalkan peran lama dan menjadi bunglon di peran baru.
Dan jujur, saya nggak nonton semua film Reza tahun ini. Kartini dan Critical Eleven menunjukkan bagaimana Reza mencoba terus belajar untuk aktingnya. Reza tampil sangat realis di Critical Eleven.
Dia bisa tampil sebagai sosok baru, tubuhnya ikut jatuh cinta seperti dalam cerita filmnya. Bukan cuma sekedar muka dan kata, bagaimana Reza memeluk Adinia Wirasti, mencium, juga ketika marah itu menyakinkan bahwa mereka pasangan.
Saya ingat kata-kata Reza dulu. "Akting itu pekerjaan menipu. Menipu dengan sebaik-baiknya. Harus bisa membuat orang percaya dengan karakter yang kita bawakan," katanya.
Sekarang, ibarat kata sudah populer, Reza mah tinggal milih mau main film apa. Produser mana yang bisa menolak jika Reza mau bergabung di produksinya? Tapi dia tetap belajar.
"Tahun 2016 saya berangkat be Berlinale belajar lagi, itu juga setelah pencapaian saya. Orang bertanya ngapain sih saya belajar akting lagi. Banyak manfaatnya. Saat ini saya sedang menggunakan positioning saya di film untuk hal-hal di luar film," kata Reza. Semangat inilah yang nggak dimiliki oleh semua pemain film di Indonesia.
Â
Â
Advertisement
Reza Rahadian Sempat Break Akting
Bahkan Reza sendiri sebenarnya sadar, wajahnya terlalu sering nongol di bioskop. Dia memutuskan break dari layar lebar setelah syuting Critical Eleven.
"Saya ingin membuktikan bahwa film Indonesia itu tidak cuma Reza Rahadian. Kalau ada film yang saya bintangi sampai jutaan, belum tentu juga tahun depan saya mencapai hasil yang sama dengan film yang baru. Tapi karena ada film saya dengan pencaipaian yang tinggi, lalu media memberitakannya, otomatis publik sebagian berfikir film Indonesia Reza lagi Reza lagi," katanya.
Tuh kan Reza aja sadar kok sama kritikan 'Reza Lagi Reza Lagi'!
Sebenarnya, aktor yang bermain film banyak dalam satu tahun tidak cuma Reza. Tapi, karena film Reza selalu mendapat banyak eksposure, publik melihat Reza dengan sudut pandang berbeda.
"Banyak aktor yang bermain lebih banyak dari saya. Misalnya saya main tiga film, ada aktor kok yang main tujuh film setahun. Produksi film kita saja setahun ratusan judul. Jadi nggak melulu Reza Rahadian. Cuma nggak semua ter-ekspose, nggak semua diberitakan," jelasnya.
Jadi sebenarnya apa yang salah sih? Salah satu jawabannya adalah tidak ada regenerasi aktor Indonesia.
"Akting itu full time job ya. Akting itu penting untuk dipelajari. Akting itu perlu diasah. Bukan sekedar mendapatkan popularitas, dan merasa cukup karena populer. Jangan karena merasa populer lalu nggak merasa perlu belajar. Paling bisa bertahan 2-3 tahun, lalu ilang lagi. Kita kehilangan regenerasi aktor," kata Reza.
Yups, karena itulah Hanung Bramantyo kembali mendaulat Reza untuk berperan di Benyamin Biang Kerok. Ya karena belum ada aktor muda yang bisa punya semangat belajar seperti Reza. Ya karena belum ada aktor muda yang berdedikasi tinggi pada akting seperti Reza.
Â
Reza Rahadian Keluhkan Minimnya Regenerasi
Kalau belum ada, lantas salah siapa? Bukan salah siapa-siapa gitu? Ya salah semua unsur sineas Indonesia.
Produser maupun sutradara jarang ada yang mau bermain dengan pemain baru. Selain susah cari talenta baru dan harus mengajari dalam waktu lama. Itu butuh bugjet sendiri lho ya untuk membuat workshop. Mereka juga tentu meragukan popularitas pemain baru cukup untuk bahan promosi. Secara buat film pakai uang beneran, buat apa coba-coba?
Tapi tidak semuanya begitu lho. Masih banyak produser dan sutradara yang mau susah payah cari telenta baru. Sebutlah Mira Lesmana, Joko Anwar, dan Upi. Bagaimana mereka mau menggandeng pemain baru dibuktikan dari waktu ke waktu.
Terakhir Upi membesut My Generation dengan empat pemain film segar. "Saya sengaja pilih pemain muda yang belum terlalu dikenal, karena memang harus ada regenerasi pemain, jangan yang itu-itu aja orangnya. Itu juga sesuai dengan temanya karena kan tentang remaja, nggak mungkin kan saya pilih pemain yang dulu jadi idola remaja terus sekarang maen lagi, kan nggak mungkin juga, hahaha. Jadi biar ada regenerasi yang sehat," kata Upi.
Persoalan lain adalah, bagaimana bintang baru ini kemudian mampu memiliki dedikasi tinggi untuk akting? Jefri Nichol, contohnya. Dia 'dilahirkan' oleh Upi lewat film Pertaruhan. Setelah film ini tayang, banyak produser yang menggaetnya untuk main film.
Tapi apa yang terjadi? Bahkan Nichol pun tak bisa menolak kontrak banyak judul film. Tahun ini Nichol telah membintangi 6 judul film. Melebihi Reza Rahadian! Coba dipikir, bagaimana bisa seorang bintang baru mengejar akting Reza dengan tingginya demand seperti itu?
Saya yang protes malah ke Nichol saat dia main ke kantor. "Kamu digadang sebagai the next Reza Rahadian. Tapi kalau akting tanpa jeda bagaimana bisa menyamainya?" tanya saja. Untungnya, saya melihat Nichol semangat untuk belajar akting. Dia nggak marah, dia sepakat dia butuh nafas untuk belajar akting. Makanya jangan heran jika ada Reza lagi, Reza Lagi. Karena film kita, tak memberi nafas untuk regenerasi aktor.