Fimela.com, Jakarta Euforia film Pengabdi Setan belum juga berlalu. Film besutan Joko Anwar ini bahkan masih diputar di banyak bioskop dan memecahkan sejumlah rekor. Salah satunya menjadi film horor Indonesia terlaris sepanjang masa.
Sebelumnya, film Danur menjadi film horor Indonesia terlaris sepanjang masa pada bulan Mei 2017. Film yang dibintangi Prilly Latuconsina ini meraup 2,7 juta penonton. Rekor ini baru saja dipatahkan oleh film Pengabdi Setan yang sudah mendapat 2,9 juta penonton pada 16 Oktober 2017.
Advertisement
BACA JUGA
Tak lama kemudian, tepat pada 20 hari penayangannya, 17 Oktober, Pengabdi Setan sudah menembus 3 juta penonton. Jumlah penonton itu sangat mungkin akan terus bertambah secara sigifikan karena Pengabdi Setan masih diputar di bioskop seluruh Indonesia. Gencarnya promo dengan meet and greet pemain Pengabdi Setan yang digelar Rapi Films juga makin menambah penasaran.
Ditambah lagi, Joko Anwar rajin membagikan reaksi penonton lewat sosial media setiap harinya. Film Pengabdi Setan, seperti diketahui memang film yang sempat sukses di era 80-an. Kini film tersebut kembali digarap dengan gaya khas Joko Anwar sebagai sutradara dan dibintangi Tara Basro dan Dimas Aditya.
Terima kasih telah jadi bagian dari 3 juta penonton Pengabdi Setan, teman-teman. Love you all. pic.twitter.com/xKLasAsdrZ
— PENGABDI SETAN Film (@jokoanwar) October 17, 2017
Sebagai salah satu pemain, Endi Arfian merasa bangga. Menurutnya Pengabdi Setan layak mendapat jutaan penonton. "Masyarakat Indonesia bakal rasain nonton film horor yang beda. Kayak rollercoaster gitu. Ada senang, sedih, menyeramkan dan lain-lain," ujarnya beberapa waktu lalu.
Mereka memang layak bangga karena prestasi lain juga diukir Pengabdi Setan.Film ini berhasil meraih 13 nominasi di ajang Festival Film Indonesia (FFI) 2017, diantaranya untuk kategori Film Terbaik, Sutradara Terbaik, Penulis Skenario Terbaik, Aktor Anak Terbaik dan Penata Rias Terbaik.
Advertisement
Pengabdi Setan Bisa Jadi Pemicu Film Horor Berkelas
Ini buat pertama kalinya film bergenre horor memperoleh banyak nominasi di ajang bergengsi sekelas FFI, bahkan termasuk di dua kategori bergengsi yaitu Film Terbaik dan Sutradara Terbaik. Gope T. Samtani, selaku produser film Pengabdi Setan mengucap syukur karena film yang diproduserinya tersebut mencapai hasil memuaskan.
Di kantor Rapi Films di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu, ia bersama pemain lainnya turut mengundang anak-anak yatim atas raihan Pengabdi Setan."Iya dapat 13 nominasi FFI. Kami bersyukur karena dapat apresiasi dari berbagai pihak," ucap Gope T. Samtani.
Sementara itu, Joko Anwar merasa bersyukur sekaligus tak menyangka jika filmnya bisa masuk nominasi Piala Citra di tahun ini."Enggak berharap apa-apa sih, dapet nominasi aja udah lemes, wah film horor dapet banyak nominasi termasuk buat Film Terbaik. Udah Alhamdulillah banget kan," kata Joko Anwar.
Diakui Joko Anwar, menggarap film Pengabdi Setan pada awalnya karena memang memiliki keresahan akan film horor Indonesia yang monoton. Apalagi Pengabdi Setan adalah salah satu alasan ia menyukai dan terjun ke dunia film.
Tanpa memikirkan akan mendapat penghargaan atau masuk nominasi, ia dan kru film lainnya hanya fokus untuk mengangkat film horor ke tempat yang lebih terhormat dibanding sebelumnya. Nah, kalimat terakhir ini menarik buat dicermati.
Mengangkat film horor Indonesia ke tempat yang lebih terhormat dari sebelumnya, atau dengan kata lain naik level. Mampukah film horor kita naik level? Membuat film horor apalagi yang bisa mendatangkan jutaan penonton memang bukan hal mudah.
Pengabdi Setan Bisa Jadi Pemicu Film Horor Berkelas
Sejauh ini sineas-sineas kita membuktikan kalau mereka bisa. Buktinya, di tahun ini sudah ada empat film horor yang meraih jutaan penonton. walaupun begitu bagus atau tidaknya film horor tak hanya soal jumlah penonton, tapi juga tanggapan maupun apresiasi terhadap film tersebut.
Saya dan mungkin banyak penonton film Indonesia berharap akan semakin sedikit atau bahkan tak ada lagi film-film horor yang hanya mengandalkan efek visual, musik atau hal-hal lain yang sekedar untuk membuat penonton kaget.
Tapi hanya itu saja yang diperhatikan, sedangkan jalan ceritanya dan logikanya hanya sekedarnya saja. Atau juga mengandalkan keseksian maupun adegan seks yang untungnya saat ini sudah hampir tak ada di film-film horor kita.
Saya juga berharap pencapaian Pengabdi Setan bukan hanya membuat para sineas makin semangat dan terpacu buat menorehkan prestasi serupa, tapi juga punya rasa ‘malu’. Dalam arti, mereka malu kalau ingin membuat film horor yang sekedarnya, hanya sekedar membuat penonton kaget tapi kurang memperhatikan unsur lainnya.
Kalau mereka punya rasa ‘malu’ dan mau lebih kreatif lagi, tentu akan semakin banyak film horor berkualitas di negeri. Dengan begitu aka semakin banyak lagi para pengabdi film-film berbobot di Indonesia, khususnya film horor seperti Pengabdi Setan.