Fimela.com, Jakarta Kehidupan yang terus berjalan membuat setiap orang harus tahu bagaimana cara bertahan. Mau tidak mau, keadaan memaksa setiap insan untuk terus 'berkarya' dalam konteks yang berbeda-beda. Bohong rasanya jika pengulangan yang terjadi tidak menimbulkan rasa jenuhyang teramat sangat.
Memang harus pintar-pintar memutar akal menyiasati agar kebosanan tidak sepenuhnya menguasai diri. Bagi saya pribadi, ketika perasaan tidak enak itu melanda, saya harus mencari jalan pintas atau setidaknya melarikan diri sejenak.
Advertisement
BACA JUGA
Lalu, bagaimana dengan momen membunuh jenuh dalam semalam? Terdengar agak seram dan aneh? Sebenarnya, rasa bosan yang kamu rasakan setiap harinya justru jauh lebih menakutkan daripada saat menepikannya.
Di antara berbagai opsi, musik adalah salah satu jawabannya. Musik tidak pernah salah. Musik, rangkaian nada yang selalu melantukan rasa-rasa yang tidak bisa bersuara.
Lewat musik, banyak musisi memotret realitas yang tidak pernah dilirik. Tragedi yang bersembunyi, cinta yang begitu-begitu saja, hari demi hari yang super membosankan, hingga teman-teman yang bisa saja jadi lawan.
Tentunya, musik memiliki arti yang mendalam untuk saya. Pun ketika berusaha untuk membunuh jenuh, saya memilih musik sebagai momen melarikan diri tuk sejenak. Tapi saya tidak sendiri melepas semua bongkahan perasaan yang tertahan, tetapi bersama para penikmatnya, di sebuah festival. Sungguh bahagia.
Advertisement
Kembali ke Festival
Euforia festival malam itu masih jelas terekam dalam benak. Bagaimana banyak penikmat musik berbagai genre kumpul bersama di dalam satu venue dilingkupi rasa tidak sabar untuk menonton aksi panggung sang idola.
Di antara kerumunan, saya dan kawan-kawan turut hadir. Kemudian ketika bergegas ke sana, saya sempat 'tertampar' akan satu momen, tetapi saya abaikan karena saya akan membunuh kumpulan bosan dalam satu malam. Rasa antusias kian menguasai.
Kala itu, perjalanan saya ditemani oleh minuman buah yang sebenarnya tidak saya ingini, tetapi tidak apa daripada tidak ada. Panggung demi panggung saya jelajahi menikmati festival yang telah lama tidak saya kunjungi.
Kembali menyambangi festival musik menjadi satu hadiah istimewa untuk diri sendiri. Sebab, hadir ke gigs musik di masa saya saat ini adalah sebuah kesempatan yang bisa dikatakan langka. Ya, saya harus berkutat dengan kegiatan sehari-hari.
Kembali tidak hanya sekedar bermakna hadir lagi di sana dan menyanyi bersama. Kembali berarti saya bisa menemukan sisi dalam diri yang sempat hilang dan kini hadir lagi.
Jenuh Lainnya
Tiba di penghujung malam, idola yang saya tunggu-tunggu sedari senja akhirnya tiba. Tetapi tidak ada yang lebih mengejutkan dari ketiadaan sang vokalis. Ya, terkejut campur kecewa seketika menyapa. Lagi-lagi, bukan hanya saya dan kawan, tetapi semua penonton turut mengungkapkan kekecewaan.
Belum habis ucapan sedih, band cerdas idola saya tetap berusaha tampil maksimal dengan menghadirkan empat vokalis dari band yang tidak kalah ternama. Berusaha menghapus kecewa bukan berarti membuat perasaan itu hilang.
Meski jauh di dasar hati dan tidak dapat dipungkiri bahwa saya kecewa, namun apalah daya dan kembali berusaha turut hanyut dengan euforia di sana. Benar saja, penampilan dengan 11 lagu dari band idola mantap membunuh jenuh dalam semalam. Ditambah, hangatnya kebersamaan usai festival kian terasa.
Namun saya sadar, setelah hari itu, akan ada banyak jenuh yang menunggu. Mau pergi? Lari? Hadapi. Semoga festival bukan hanya sebagai kesempatan langka, tetapi dapat kembali seperti sedia kala.
Â
Putu Elmira
Â
Editor Kanal Musik Bintang.com