Sukses

Entertainment

Dua Film Perang Ini Pernah Jadi Tontonan Wajib di Era Soeharto

Fimela.com, Jakarta Hari ini, 5 Oktober 2017, diperingati sebagai hari ulang tahun Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang ke-72. Sosok tentara di Indonesia sudah pernah beberapa kali diangkat ke layar lebar.

Ada yang berdasarkan kisah nyata terutama tentang sosok pahlawan nasional, dan ada juga yang fiksi dengan latar belakang perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sosok tentara juga kerap ditampilkan di sejumlah film Indonesia beberapa tahun terakhir ini. Ceritanya biasanya disesuaikan dengan kejadian kekinian, misalnya bagaimana sosok tentara sebagai kepala keluarga.

Kalau sosok tentara dikaitkan dengan perjuangan kemerdekaan Indonesia, ada banyak film Indonesia bertema perang kemerdekaan. Yang unik, di era kepemimpinan Presiden Soeharto atau sering disebut dengan era Orde Baru, ada sejumlah film yang terkesan mengkultuskan sosok Presiden ke-2 Republik Indonesia itu.

Kamu pasti masih ingat dengan film Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI yang kembali banyak dibahas dan ditonton. Menjelang peringatan pemberontakan G 30 S/PKI dan Hari Kesaktian Pancasila, sejumlah tempat menggelar acara nonton bareng film yang dirilis pada 1984 tersebut. Di era Orde Baru, film besutan Arifin C. Noer itu jadi tontonan wajib.

Adegan film Serangan Fajar. foto: twitter

Anak-anak sekolah di era 80-an diwajibkan menonton film Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI. Setelah tidak lagi diputar di bisokop, film tersebut wajib diputar di televisi tiap tanggal 30 September. Alasannya memang cukup masuk akal yaitu menunjukkan betapa kejam dan berbahayanya komunis terutama PKI, sehingga semua masyarakat Indonesia harus waspada agar komunis tak lagi mendapat tempat di negeri ini.

Tapi hal itu terkesan sebagai propaganda karena wajib diputar setiap tahun. Setelah Pak Harto tumbang dan masuk era reformasi, kebijakan wajib memutar film G 30 S PKI langsung dihapus. Namun ternyata selain film tersebut, ada beberapa film lagi yang meski tak tiap tahun diputar sudah tidak wajib diputar lagi di televisi.

Dua Film Perang Ini Pernah Jadi Tontonan Wajib di Era Soeharto

Dua film itu adalah Serangan Fajar dan Janur Kuning yang berlatar perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pada September 1998, empat bulan setelah jatuhnya Soeharto, Menteri Penerangan Yunus Yosfiah menyatakan kalau ketiga film tersebut tidak akan lagi menjadi bahan tontonan wajib. Alasannya, ketiga film itu adalah usaha untuk memanipulasi sejarah dan menciptakan kultus dengan Soeharto di tengahnya.

Menurut TEMPO pada 2012, Saleh Basarah dari Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) telah mempengaruhi dikeluarkannya keputusan ini. Majalah ini menyatakan kalau bahwa Basarah sudah menghubungi Menteri Pendidikan Juwono Sudarsono dan memintanya untuk tidak menayangkan film G 30 S PKI karena dinilai sudah merusak citra AURI.

Dua film lainnya, Janur Kuning (1980) dan Serangan Fajar (1982), kemudian juga dipengaruhi oleh keputusan tersebut; Film Janur Kuning yang dibintangi Kaharudin Syah sebagai Soeharto dan Deddy Sutomo sebagai Jenderal Soedirman ini dianggap menggambarkan Soeharto sebagai pahlawan di balik Serangan Umum 1 Maret 1949.

Sedangkan film Serangan Fajar yang disutradara Arifin C. Noer menunjukkan sosok Pak Harto sebagai pahlawan utama Revolusi Indonesia. Film Janur Kuning sendiri menceritakan tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia dalam meraih kembali kemerdekaannya yang direbut kembali oleh pasukan sekutu. Latar belakang yang diambil adalah di sekitar peristiwa Enam Jam di Yogya.

Ilustrasi film Janur Kuning (istimewa)

Sementara janur kuning adalah lambang yang dikenakan para pejuang di lengan sebagai tanda perjuangan kemerdekaan. Sedangkan Serangan Fajar termasuk film drama perang yang berbobot. Film ini berhasil meraih empat Piala Citra di ajang FFI 1982 ternasuk untuk Sutradara Terbaik dan Cerita Asli Terbaik yang juga ditulis Arifin C. Noer. Tokoh anak kecil bernama Temon juga cukup memorable.

Kabarnya, keberhasilan Arifn dalam membesut Serangan Fajar jadi pertimbangan utama pemerintah Orde Baru untuk mendapuknya sebagai sutradara dan penulis cerita film G 30 S PKI. Terlepas dari polemik dan kontroversi, Serangan Fajar termasuk salah satu film drama-perang terbaik di perfilman Indonesia.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading